KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Pelbagai Jenis Variasi
Bahasa”.
Makalah
ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Sosiolinguistik,
di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran sosiolinguistik
yaitu menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang pengertian variasi
bahasa, penyebab adanya variasi bahasa, dan jenis variasi bahasa yang
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1)
Bapak
Akhiril Pane, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Sosiolinguistik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami;
2)
Para
penulis yang bukunya penulis jadikan sebagai referensi dalam penulisan makalah
ini; dan
3)
Terakhir
kepada rekan-rekan yang turut bekerja sama demi terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala
kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga
materi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Padangsidimpuan, Desember
2013
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa
adalah lambang bunyi yang di hasilkan oleh alat ucap yang mempunyai makna atau
arti. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh makhluk hidup untuk
berinteraksi sesamanya, terutama manusia. Macam-macam bahasa di dunia ini
sungguh beragam, terutama di Indonesia yang mempunyai banyak suku bangsa,
budaya dan bahasa. Proses menguasai bahasa melibatkan soal-soal luaran seperti
latar belakang sosial penutur, kedudukan dan kebudayaan penutur dalam masyarakat.
Sosiolinguistik merupakan ilmu disiplin antara sosiologi dan linguistik,
dua bidang ilmu yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial ataupun gejala sosial dalam suatu
masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa,
atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta
hubungan diantara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam
suatu masyarakat bahasa.
Variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang
masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya.
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial
yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen.
Dalam kehidupan sosial masyarakat
yang kompleks tersebut, wajar jika kemudian muncul bermacam-macam variasi di
dalam sebuah bahasa. Terlebih lagi jika hal tersebut dipandang dari berbagai
sudut yang berbeda. Memperhatikan cara orang-orang menggunakan bahasa dalam
konteks sosial yang berbeda memberikan kekayaan informasi mengenai cara bahasa
itu bekerja, bagaimana hubungan sosial orang-orang tersebut dalam sebuah
komunitas, dan cara mereka saling memberi isyarat terhadap aspek-aspek
identitas sosial mereka melalui bahasa yang mereka gunakan.
Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu
dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman
fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah
ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat
yang beraneka ragam. Berkaitan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hakikat variasi bahasa dan jenis-jenis variasi bahasa
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari utaian
latar belakang di atas dapat kita rumuskan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Apakah
yang dimaksud dengan variasi atau jenis bahasa?
b.
Apa
sajakah variasi atau jenis bahasa?
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Pembaca
khususnya mahasiswa mengetahui makna dari jenis variasi bahasa.
b.
Pembaca
khususnya mahasiswa mengeahui variasi bahasa yang ada.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Sosiolinguistik. Selain itu,
juga untuk menyajikan penjelasan mengenai materi jenis variasi bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Variasi
Bahasa
Variasi bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh
masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para
penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan.
Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi
variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.
Dalam pandangan sosiolinguistik,
bahasa tidak saja dipandang sebagai gejala individual, tetapi merupakan gejala
sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakaiannya tidak hanya ditentukan
oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik.
Faktor-faktor nonlinguistik yang mempengaruhi pemakaian bahasa seperti di bawah
ini.
- Faktor-faktor sosial: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
- Faktor-faktor situasional: siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.
Menurut Chaer (2010:62) variasi
bahasa adalah keragaman bahasa yang disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi
sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan
dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Menurut Allan Bell (dalam
Coupland dan Adam, 1997:240) variasi bahasa adalah salah satu aspek yang paling
menarik dalam sosiolinguistik. Prinsip dasar dari variasi bahasa ini adalah
penutur tidak selalu berbicara dalam cara yang sama untuk semua peristiwa atau
kejadian. Ini berarti penutur memiliki alternatif atau piilihan berbicara
dengan cara yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Cara berbicara yang
berbeda ini dapat menimbulkan maksa sosial yang berbeda pula. Jadi, berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah sejenis ragam
bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa
mengabaikan kaidah-kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan.
Hal ini dikarenakan, variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya
keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa.
2.2
Penyebab Adanya Variasi Bahasa
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai
berikut :
1.
Interferensi
Chaer
(1994:66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur
bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak adanya
penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi
proporsi utama dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa
nasional terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.
(2003:9) menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya
pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahsa Inggris oleh
sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal
tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Selain bahasa daerah, bahasa
asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang
tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya bahasa dan budaya
Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona.
Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull” untuk “dorong” dan
“push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
2.
Integrasi
Selain Interferensi, integrasi juga
dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67),
menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa
masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai sebagai bagian dari bahasa
yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan
waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di sesuaikan,
baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi
seperti montir, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
3. Alih Kode dan Campur Kode
Chaer (1994:67) menyatakan bahwa alih
kode adalah beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke
dalam kode yang lain (bahasa lain). Campur kode adalah dua kode atau lebih di
gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer,
1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode
gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam
berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah,
begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering kali bahasa
Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4.
Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai
muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai
bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal
khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang digunakan
dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus bahasa gaul
pada tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah seperti : Ayah (Bokap), Ibu
(Nyokap), Saya (Gue), dan lain-lain.
2.3 Jenis Variasi
Bahasa
Chaer dan Agustina (2010:62) mengungkapkan variasi
bahasa itu ada beberapa jenis, diantaranya:
2.3.1 Variasi Bahasa dari Segi Penutur
a. Variasi Bahasa
Idiolek
Variasi bahasa
idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan. Menurut konsep idiolek
setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya masing-masing. Idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara,
pemilihan diksi, gaya bahasa, susunan kalimat, ekspresi, dan bahkan karena
kelainan keadaan rohani dan kemampuan intelektual .Yang paling dominan adalah
warna suara, kita dapat mengenali suara seseorang yang kita kenal hanya dengan
mendengar suara tersebut.
b. Variasi Bahasa
Dialek
Variasi bahasa
dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif,
yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Umpamanya, bahasa
Jawa dialek Banyumas,
Pekalongan, Surabaya, dan lain sebagainya.
c. Variasi Bahasa
Kronolek atau Dialek Temporal
Variasi bahasa
kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang digunakan oleh
sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi bahasa Indonesia pada
masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi
bahasa pada masa kini.
d. Variasi Bahasa
Sosiolek
Variasi bahasa
sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan
kelas sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah
pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain sebagainya.
Variasi bahasa sosiolek dibagi
menjadi sebagai berikut:
1) Variasi Bahasa
Berdasarkan Usia
Variasi bahasa
berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan berdasarkan tingkat usia.
Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan variasi remaja atau orang
dewasa.
2) Variasi Bahasa
Berdasarkan Pendidikan
Yaitu variasi
bahasa yang terkait dengan tingkat pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya,
orang yang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan berbeda variasi
bahasanya dengan orang yang lulus sekolah tingkal atas. Demikian pula, orang
lulus pada tingkat sekolah menengah atas akan berbeda penggunaan variasi
bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
3) Variasi Bahasa
Berdasarkan Seks
Variasi bahasa
berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis kelamin dalam
hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi bahasa yang
digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh
bapak-bapak.
4) Variasi Bahasa
Berdasarkan Profesi
Variasi bahasa
berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang
digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu
mempunyai perbedaan variasi bahasa.
5) Variasi Bahasa
Berdasarkan Tingkat Kebangsawanan
Variasi bahasa
berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang lerkail dengan lingkat
dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja) dalam masyarakatnya.
Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh raja (keturunan
raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata, seperti kata mati
digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja menggunakan kata mangkat.
6) Variasi Bahasa
Berdasarkan Tingkat Ekonomi Para Penutur
Variasi bahasa
berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai
kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja
tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat
kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi
akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat
ekonomi lemah.
7) Variasi Bahasa
Berdasarkan Tingkat Golongan,
Status, dan Kelas Sosial
Dalam Chaer dan Agustina (2010:87-89)
variasi bahasa
berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal
adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgar, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang
variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
a. Akrolek adalah
variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi
sosial lainya;
b. Basilek adalah
variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
dipandang rendah;
c. Vulgar adalah variasi
sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang kurang terpelajar atau
dari kalangan yang tidak berpendidikan;
d. Slang adalah
variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
e. Kolokial adalah
variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung
menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok (dokter),
prof (profesor), let (letnan), nda (tidak);
f. Jargon adalah
variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial tertentu.
Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
g. Argot adalah
variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan
bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet, barang dalam
arti mangsa, daun dalam arti uang, dll;
h. Ken adalah
variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan
kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh para pengemis.
2.3.2 Variasi Bahasa dari Segi Pemakaian
Variasi bahasa
berkenaan dengan pemakaian atau fungsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang
menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya
bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan
sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya
adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang
kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang
lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan penggunaan kata dari
segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata yang tepat. Ragam bahasa
jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana,
komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah;
komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas
karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam
media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam
bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan
bahasa tersebut.
2.3.3 Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
Joos (Chaer dan
Agustina, 2010:70) membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu:
a.
Ragam Beku (frozen).
Gaya atau ragam
beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada
situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai
nya.
b.
Ragam Resmi (formal)
Gaya atau ragam
resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat
dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c.
Ragam Usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam
usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan
biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil
atau produksi.
d.
Ragam Santai (casual)
Gaya bahasa
ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi
untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat
dan sebagainya.
e.
Ragam Akrab (intimate)
Gaya atau ragam
akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang
hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak
jelas.
2.3.4 Variasi Bahasa dari Segi Sarana
Variasi bahasa
dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya,
telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa
yang digunakan. Jenisnya adalah ragam
atau variasi bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan
struktur yang tidak sama. Ragam bahasa lisan adalah bahan yang
dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Ragam
bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
semua orang, baik dari kalangan atas maupun kalangan rendah. Itulah yang
menyebabkan mengapa banyak sekali variasi dalam bahasa. Variasi bahasa adalah macam-macam bentuk bahasa yang berbeda. Variasi bahasa disebabkan
oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau
kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak
homogen.
Variasi bahasa dari segi penutur terbagi menjadi empat macam, yaitu:
idiolek, dialek, kronolek/dialek temporal dan sosiolek. Variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial. Variasi bahasa dari segi keformalanpemakaian
dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan dan
sarana penggunaan. Variasi dari segi keformalan terbagi atas lima
macam gaya (style), yaitu: gaya/ragam beku (frozen), gaya resmi (formal),
gaya usaha (konsultatif), gaya santai (casual), dan gaya akrab (intimate). Variasi dari segi sarana adalah dengan
menggunakan sarana atau alat tertentu,
yakni misalnya dalam bertelepon dan
betelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada
kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang
tidak sama.
3.2 Saran
Sebagai masyarakat pemakai bahasa,
kita harus bisa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah
bahasa yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dan bahasa yang benar adalah
bahasa yang sesuai dengan konteks waktu, tempat, situasi, ataupun lawan bicara.
Oleh karena itu, kita harus menjadi masyarakat pengguna variasi bahasa yang
tepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwi, dkk.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Chaer,
Abdul. 1994. Sosiolinguistik Suatu
Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010.
Sosiolinguistik:
Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta
Coupland,
Nikolas dan Adam Jaworski. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and
Coursebook. England: Macmillan Press LTD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar