Rabu, 25 Desember 2013

Makalah Tidak Berstruktur- Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa



KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua”.
            Makalah ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Teori Belajar Bahasa, di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran Teori Balajat Bahasa yaitu menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang pengertian pemerolehan bahasa, bahasa pertama dan bahasa kedua, serta tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan kedua yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
            Dalam penulisan makalah ini, penulis tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1)      Ibu Anni Rahimah, S.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Belajar Bahasa yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami;
2)      Para penulis yang bukunya penulis jadikan sebagai referensi dalam penulisan makalah ini; dan
3)      Terakhir kepada rekan-rekan yang turut bekerja sama demi terselesainya makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya. Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
                                                                        Padangsidimpuan,    Desember  2013
                                                                        Penulis,


DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................. ii
A. Pendahuluan...................................................................................................................... 1
B.  Pengertian Pemerolehan Bahasa .................................................................................... 2
C.  Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama .................................................................... 3
D.  Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama .......................................... 5
E.  Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua ....................................................................... 9
F.  Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua .............................................. 10
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 13


A. Pendahuluan
            Tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua merupakan proses bagaimana bahasa tersebut diperoleh oleh seorang individu. Setiap manusia diharuskan menguasai suatu bahasa agar bisa hidup di lingkungan tempat tinggalnya. Telah menjadi kodrat bahwa bahasa tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Semua aspek kehidupan berkaitan dengan bahasa. Oleh karena itu, pemerolehan bahasa adalah mutlak bagi manusia.
            Pemerolehan bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menakjubkan terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran-ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibuya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut. Seorang manusia tidak hanya dapat memiliki satu bahasa saja melainkan seseorang bisa memperoleh dua sampai empat bahasa tergantung dengan lingkungan sosial dan tiangkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut.
            Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu sendiri, pemerolehan bahasa pertama itu didapatkan seorang bayi secara langsung dari ibunya atau lingkungan yang dekat dengan bayi tersebut, sedangkan jika pada pemerolehan bahasa kedua dan seterusnya itu didapatkan seseorang dengan melalui proses pembelajaran. Dengan teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta mengetengahkan teori yang memudahkan anak-anak belajar. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa alamiah. Dengan perkataan lain setiap anak yang normal atau pertumbuhan yang wajar, memperoleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa asli, bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupan di dunia ini. Walaupun tidak disangkal adanya kekecualian misalnya secara fisiologis (tuli) ataupun alasan-alasan lain.

B.  Pengertian Pemerolehan Bahasa
Dardjowidjojo (2008:225) mengatakan proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Istilah pemerolehan dipakai untuk padanan istilah Inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah learning. Dalam pengertian learning proses itu dilakukan dalam tatanan yang formal, di belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya disebut pemerolehan bahasa, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas disebut pembelajaran bahasa.
Pemerolehan bahasa anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa telah memperoleh bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Pemerolehan bahasa sangat erat dengan perkembangan kognitif, yakni, pertama, jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tatabahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik. Kedua, pembicara harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah.
Manusia mempunyai warisan biologi yang sudah dibawa sejak lahir berupa kesanggupannya untuk berkomunikasi dengan bahasa khusus manusia. Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian anatomi dan fisiologi manusia. Tingkat perkembangan bahasa semua anak adalah sama, artinya semua anak dapat dikatakan mengikuti pola perkembangan yang sama.
Orang dewasa umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa yang terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapa pun seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya. Dari umur satu tahun sampai dengan umur dua tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk kata bahasa yang telah diidentifikasi sebagai kata. Ujaran satu kata ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang kompleks menjelang umur empat atau lima tahun. Setelah umur lima tahun, seorang anak mendapatkan kosa kata dan kalimat yang lebih baik dan sempurna. Jadi, secara umum dapat kita simpulkan bahwa pemerolehan bahasa adalah tahap seorang individu menguasai suatu bahasa dalam kehidupannya.

C.  Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
            Menurut Abdul Chaer dan Agustina (2004:81) bahasa ibu lazim juga disebut bahasa pertama (disingkat B1) karena bahasa itulah yang pertama-tama dipelajarinya. Sependapat dengan hal itu, Solehan, dkk (2011:25) juga mengatakan bahwa bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak. Menurut Arifuddin (2010:114) pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu anak-anak di seluruh dunia sama. Kesamaan proses pemerolehan tidak hanya disebabkan oleh persamaan unsur biologi dan neurologi bahasa, tetapi juga oleh adanya aspek mentalitas bahasa. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bahasa pertama (B1) atau bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali diperoleh oleh seorang individu dalam kehidupannya. Bahasa ini akan menjadi bahasa yang paling menurani dan sering digunakan oleh si pemakai bahasa.
Bahasa Pertama Berciri Urutan Pemerolehannya
            Menurut Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:433) istilah pertama mengacu pada perkembangan bahasa pada setiap individu. Artinya, tidak tertutup kemungkinan seorang anak dalam pertumbuhannya akan menguasai dua, tiga, atau empat bahasa, bahkan lebih. Jika hal ini yang terjadi bahasa yang pertama dikuasai sebelum mereka menguasai bahasa lain inilah yang disebut bahasa pertama. Barangkali anda mengenal kasus sebagaimana yang dialami yang dialami oleh Indro. Dia lahir dalam lingkungan masyarakat Madura dan ayah ibunya juga menggunakan bahasa Madura. Bahasa ini akan digunakan oleh Indro untuk berkomunikasi pada tahun-tahun awal usianya hingga kira-kira umur 5 tahun. Pada masa pubertas (12-14 tahun) hingga masa dewasa (18-20 tahun) bahasa tersebut tetap dipergunakan. Jika setelah menguasai bahasa Madura Indro belajar bahasa Indonesia, bahasa Indonesia baginya bukan lagi bahasa pertama, melainkan merupakan bahasa kedua. Seorang anak yang hanya memiliki satu bahasa pertama ini disebut “pemeroleh bahasa pertama ekabahasa”.
Bahasa Pertama Berciri Kesempurnaan Penguasaan
            Menurut Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:434) di samping karena urutannya, seorang anak yang mempelajari bahasa baru setelah bahasa yang lain disebut memperoleh bahasa kedua jika bahasa pertama telah dikuasai dengan sempurna. Sebagai contoh dapat kita lihat kasus berikut. Ayah Dwi berasal dari Yogyakarta dan ibunya dari Surabaya. Untuk berkomunikasi di rumah kedua orang tua Dwi lebih banyak menggunakan bahasa Jawa, sehingga Dwi pun sejak kecil sudah memperoleh bahasa Jawa. Jika berkomunikasi dengan kakek, nenek, paman, bibi, dan para sepupunya, Dwi menggunakan bahasa Jawa. Dengan demikian, kemampuan berbahasa Jawanya terus berkembang. Namun, karena tinggal di lingkungan masyarakat yang menggunakan bahasa Madura, untuk berkomunikasi dengan tetangga sekitarnya, keluarga Dwi menggunakan bahasa Madura. Di sekolah, dalam suasana santai Dwi berkomunikasi dengan kawan-kawannya juga menggunakan bahasa Madura. Dalam hal ini Dwi memperoleh dua bahasa pertama sekaligus, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Madura.
 Bahasa Pertama Bukan Karena Bahasa Ibu Kandung
            Istilah ibu bukan berarti bahasa ibu kandung sang anak (Ardiana dan Syamsul Sodiq, 2000:434). Kasus Indro di atas menunjukkan bahwa bahasa pertama atau bahasa ibu yang dia miliki kebetulan sama dengan bahasa yang digunakan oleh ibu kandungnya, yaitu bahasa Madura. Akan tetapi, kasus Dwi menunjukkan hal lain. Meskipun ibu kandungnya berbahasa Jawa, Dwi memiliki dua bahasa pertama, yaitu bahasa Jawa dan Madura. Meskipun dilahirkan oleh ibu yang berbahasa Jawa, jika bahasa pertama yang dikuasai anak itu bahasa Jawa dan Madura, bahasa pertama atau bahasa ibu anak tersebut adalah bahasa Jawa dan Madura.
Bahasa Pertama Berciri Digunakan Seumur Hidup
            Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:434) mengatakan di samping diperoleh paling awal, karena sudah menurani bahasa pertama digunakan seumur hidup. Jika dibandingkan, penggunaan bahasa pertama oleh seseorang memiliki persentase yang tinggi. Terutama dalam mengungkapkan hal-hal yang bersifat personal, seperti mengungkapkan perasaan, emosi, marah, dan sebagainya, orang cenderung menggunakan bahasa pertamanya.

D.  Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
            Tahap pemerolehan bahasa pertama berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Hal ini dikarenakan bahasa pertama diperoleh seseorang pada saat ia berusia anak-anak. Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:440-445) membagi tahap pemerolehan bahasa pertama menjadi empat tahap, yaitu tahap pemerolehan kompetensi dan performansi, tahap pemerolehan semantik, tahap pemerolehan sintaksis, dan tahap pemerolehan fonologi.
1. Tahap Pemerolehan Kompetensi dan Performansi
            Dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:440) dikatakan bahwa dalam memperoleh bahasa pertama anak memungut dua hal abstrak dalam teori linguistik, yaitu kompetensi dan performansi. Kompetensi adalah pengetahuan tentang gramatika bahasa ibu yang dikuasai anak secara tidak sadar. Gramatika itu terdiri atas tiga komponen, yaitu semantik, sintaksis, dan fonologi dan diperoleh secara bertahap. Pada tataran kompetensi ini terjadi proses analisis untuk merumuskan pemecahan-pemecahan masalah semantik, sintaksis, dan fonologi.
            Sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan kebahasaan dalam otak anak, kompetensi memerlukan bantuan performansi untuk mengatasi masalah kebahasaan anak. Performansi adalah kemampuan seorang anak untuk memahami atau mendekodekan dalam proses reseptif dan kemampuan untuk menuturkan atau mengkodekan dalam proses produktif. Sehingga dapat kita gambarkan bahwa kompetensi merupakan ‘bahannya’ dan performandi merupakan ‘alat’ yang menjembatani antara ‘bahan’ dengan perwujudan fonologi bahasa.
2. Tahap Pemerolehan Semantik
            Menurut Brown dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:441) pemerolehan sintaksis bergantung pada pemerolehan semantik. Yang pertama diperoleh oleh anak bukanlah struktur sintaksis melainkan makna (semantik). Sebelum mampu mengucapkan kata sama sekali, anak-anak rajin mengumpulkan informasi tentang lingkungannya. Anak menyusun fitur-fitur semantic (sederhana) terhadap kata yang dikenalnya. Yang dipahami dan dikumpulkan oleh anak itu akan menjadi pengetahuan tentang dunianya. Pemahaman makna merupakan dasar pengujaran tuturan.
            Salah satu bentuk awal yang dikuasai anak adalah nomina, terutama yang akrab atau dekat dengan tempat tinggalnya, misalnya anggota keluarga, family dekat, binatang peliharaan, buah, dan sebagainya. Kemudian diikuti dengan penguasaan verba secara bertingkat, dari verba yang umum menuju verba yang lebih khusus atau rumit. Verba yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti jatuh, pecah, habis, mandi, minum, dan pergi dikuasai lebih dulu daripada verba jual dan beli. Dua kata terakhir memiliki tingkat kerumitan semantik yang lebih tinggi, misalnya adanya konsep benda yang pindah tangan dan konsep uang pembayaran.
 3. Tahap Pemerolehan Sintaksis
            Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:443) mengatakan bahwa konstruksi sintaksis pertama anak normal dapat diamati pada usia 18 bulan. Meskipun demikian, nenerapa anak sudah mulai tampak pada usia setahun dan anak-anak yang lain di atas dua tahun. Pemerolehan sintaksis merupakan kemampuan anak untuk mengungkapakan sesuatu dalam bentuk konstruksi atau susunan kalimat. Konstruksi itu dimulai dari rangkaian dua kata.
            Konstruksi dua kata tersebut merupakan susunan yang dibentuk oleh anak untuk mengungkapkan sesuatu. Anak mampu untuk memproduksi bahasa sasaran untuk mewakili apa yang ia maksud. Pemakaian dan pergantian kata-kata tertentu pada posisi yang sama menunjukkan bahwa anak telah menguasai kelas-kelas kata dan mampu secara kreatif memvariasikan fungsinya. Contohnya adalah ‘ayah datang’. Kata tersebut dapat divariasikan anak menjadi ‘ayah pergi’ atau ‘ibu datang’.
4. Tahap Pemerolehan Fonologi
            Secara fisiologis, anak yang baru lahir memiliki perbedaan organ bahasa yang amat mencolok dibanding orang dewasa. Berat otaknya hanya 30% dari ukuran orang dewasa. Rongga mulut yang masih sempit itu hamper dipenuhi oleh lidah. Bertambahnya umur akan melebarkan rongga mulut. Pertumbuhan ini memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi anak untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa.
            Pemerolehan fonologi atau bunyi-bunyi bahasa diawali dengan pemerolehan bunyi-bunyi dasar. Menurut Jakobson dalam Ardiana dan Syamsul Sodiq (2000:445) bunyi dasar dalam ujaran manusia adalah /p/, /a/, /i/, /u/, /t/, /c/, /m/, dan seterusnya. Kemudian pada usia 1 tahun anak mulai mengisi bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lainnya. Misalnya /p/ dikombinasikan dengan /a/ menjadi /pa/ dan /m/ dikombinasikan dengan /a/ menjadi /ma/.  Setelah anak mampu memproduksi bunyi maka seiring dengan berjalannya waktu, anak akan lebih mahir dalam memproduksi bunyi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan, kognitif, dan juga alat ucapnya.
            Untuk lebih memperjelas tahap-tahap pemerolehan bahasa pertama tersebut maka di bawah ini diuraikan tahap-tahap pemerolehan bahasa seorang anak. Menurut Arifuddin (2010:153) tahap pemerolehan bahasa dibagi menjadi empat tahap, yaitu praujaran, meraban, tahap satu kata, dan tahap penggabungan kata sebagai berikut:
1.      Praujaran (Pre-speech).
Tahap pra-ujaran terjadi dalam usia 0-1 tahun. Perkembangan yang mencolok adalah perkembangan pemahaman, yaitu penggunaan bahasa secara pasif atau reseptif. Maksudnya adalah anak mendengar bahasa atau bunyi-bunyi yang ada di sekitarnya kemudian menyimpannya dalam memori sebelum mampu mengucapkannya.
2.      Tahap Meraban/Berceloteh (Babling Stage).
Tahap ini dimulai ketika bayi berusia beberapa bulan sekitar 4-6 bulan. Ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan secara tepat adanya perbedaan bunyi-bunyi bahasa. Banyak di antara bunyi ujaran tersebut tidak merypakan ujaran dalam bahasa yang sedang dipakai dan tidak bermakna.
3.      Tahap Satu Kata (Holophrastic).
Bayi mampu menuturkan kata-kata pertama dalam kehidupan mereka pada usia 9 bulan, misalnya mama, dada, dan sebagainya. Tahap ini ditandai oleh mulai dihasilkannya tanda-tanda bahasa yang sesungguhnya. Artinya, anak-anak sudah mulai bisa menggunakan kata-kata sebagai bahasa yang hanya terdiri dari satu kata saja.
4.      Tahap Penggabungan Kata (Combining words).
Tahap ini terjadi pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini anak-anak telah menggunakan banyak kata sebagai penggabungan dari beberapa kata dalam kalimat yang ia ujarkan. Tetapi susunan kalimatnya atau tatabahasanya masih belum sempurna seperti orang dewasa.

 E.  Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua
            Menurut Solehan (2011:26) bahasa kedua adalah bahasa yang dikuasai anak setelah menguasai bahasa pertama. Sedangkan menurut Abdul Chaer dan Agustina (2004:82) bahasa lain yang bukan bahasa ibunya yang dipelajari seorang anak disebut bahasa kedua. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak setelah ia menguasai bahasa pertamanya.
            Dalam memperoleh bahasa kedua banyak cara yang dilakukan. Secara umum, tipe pemerolehan bahasa kedua dapat dibedakan menjadi pemerolahan bahasa kedua secara terpimpin, secara alamiah, serta terpimpin dan alamiah. Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran, baik di sekolah maupun kursus atau les. Umumnya, ragam bahasa yang dipelajari bersifat formal atau baku. Sementara itu, pemerolehan bahasa kedua secara alamiah dilakukan secara spontan. Dengan demikian seorang anak nisa memiliki beberapa bahasa pertama dan juga beberapa bahasa kedua.
            Kunci keberhasilan belajar bahasa kedua adalah kemauan belajar, keberanian mempraktikkan dalam situasi real atau nyata, dan keintemsifan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa kedua. Memang penting belajar kosa kata dan kaidah bahasa dengan menggunakan berbagai sumber. Tetapi, yang tak kalah pentingnya adalah factor individu pembelajar bahasa kedua. Dalam hal ini keberanian penggunaan bahasa tersebut dalam interaksi dengan penutur asli atau pengguna bahasa kedua.
            Dalam pemerolehan bahasa kedua, diyakini bahwa bahasa pertama cenderung menjadi penghambat pemerolehan bahsa kedua. Hambatan itu berupa terjadinya intrusi atau transfer kaidah-kaidah bahsa pertama ke dalam bahasa kedua, terutama apabila bahasa pertama memiliki kaidah-kaidah yang berbeda dengan kaidah dalam bahasa kedua. Terkadang dalam mempraktikkan bahasa kedua tersebut kita menggunakan kaidah bahasa pertama kita sehingga bahasa kedua yang kiita gunakan dipengaruhi oleh bahsa pertama.

F.  Tahap-Tahap atau Proses Pemerolehan Bahasa Kedua
            Stren dalam Akhadiah, dkk (1997:22) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.
Pada umumnya bahasa pertama seorang anak Indonesia adalah bahasa daerahnya masing-masing karena bahasa Indonesia baru dipelajari ketika anak masuk sekolah dan ketika ia sudah menguasai bahasa ibunya. Dibandingkan dengan pemerolehan bahasa pertama, proses pemerolehan bahasa kedua tidak linear. Bahasa kedua adalah hal yang lebih banyak dipelajari daripada diperoleh. Bila dilihat dari proses dan pengembangan bahasa kedua ada dua cara yang dijelaskan oleh hipotesis pembedaan dan pemerolehan dan belajar bahasa dalam (Akhadiah, dkk, 1997:23) yaitu:
  1. Cara pertama dalam pengembangan bahasa kedua adalah pemerolehan bahasa yang merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Hasil atau akibat pemerolehan bahasa, kompetensi yang diperoleh bawah sadar. Cara-cara lain memerikan pemerolehan termasuk belajar implisit, belajar informal dan belajar alamiah. Dalam bahasa nonteknis sering disebut pemerolehan "memunggut"bahasa.
  2. Cara kedua dalam pengembangan bahasa kedua adalah dengan belajar bahasa, yang mengacu pada pengetahuan yang sadar terhadap bahasa kedua, mengetahui kaidah-kaidah, menyadari kaidah-kaidah dan mampu berbicara mengenai kaidah-kaidah itu yang oleh umum dikenal dengan tata bahasa. Beberapa sinonim mencakup pengetahuan formal mengenai suatu bahasa atau belajar eksplisit.
Beberapa pakar teori belajar bahasa kedua beranggapan bahwa anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya.Akan tetapi hipotesis pemerolehan-belajar menuntut orang-orang dewasa juga memperoleh, bahwa kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Hipotesis di atas dapat menjelaskan perbedaan pemerolehan dan belajar bahasa, Krashen dan Terrel dalam Akhadiah, dkk (1997:23) menegaskan perbedaan keduanya dalam lima hal:
  1. Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama seorang anak penutur asli sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.
  2. Pemerolehan dilakukan secara bawah sadar sedangkan pembelajaran adalah proses sadar dan disengaja.
  3. Pemerolehan seorang anak atau pelajar bahasa kedua belajar seperti memungut bahasa kedua sedangkan dalam pembelajaran seorang pelajar bahasa kedua mengetahui bahasa kedua.
  4. Dalam pemerolehan pengetahuan didapat secara implisit sedangkan dalam pembelajaran pengetahuan didapat secara eksplisit
  5. Pemerolehan pengajaran secara formal tidak membantu kemampuan anak sedangkan dalam pembelajaran pengajaran secara formal hal itu menolong sekali.
Krashen dan Terrel (Akhadiah, dkk, 1997:25) membagi dua cara pemerolehan bahasa kedua yaitu:
a.       Pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin
Di dalam pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin berarti pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin, (1) materi tergantung kriteria yang ditentukan oleh guru, (2) Strategi yang dipakai oleh seorang guru juga sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok untuk siswanya. Dalam pemerolehan bahasa secara terpimpin, apabila penyajian materi dan metode yang digunakan dalam belajar teppat dan efektif maka ini akan berhasil dan menguntungkan pelajar dalam pemerolehan bahasa keduanya. Namun, sering ada ketidakwajaran dalam penyajian materi terpimpin ini, misalnya penghafalan pola-pola kalimat tanpa pemberian latihan-latihan bagaimana penerapan itu dalam komunikasi.
b.      Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah
Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau secara spontan adalah pemeroleh bahasa kedua yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan guru.Pemerolehan bahasa seperti ini tidak ada keseragaman karena setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri. Yang paling penting dalam cara ini adalah interaksi dan komunikasi yang mendorong pemerolehan bahasa kedua. Ciri-ciri pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah (1) yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, (2) bebas dari pimpinan sistematis yang disengaja.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa kedua sama halnya dengan bahasa pertama yaitu pemerolehan kompetensi, semantik, sintaksis, dan fonologis. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut merupakan substansi dari kompetensi linguistik. Untuk dapat berbahasa dengan baik maka kita harus menguasai tiga kompetensi tersebut. Yang menjadi pembeda pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah bahasa pertama diperoleh melalui tahap yang tidak terencana atau terjadi secara alamiah sedangkan tahap pemerolehan bahasa kedua dilakukam secara rapi atau sistematis sebagai aktivitas belajar. Oleh karena itu, bahasa kedua diperoleh dengan pembelajaran.
            Perbedaan tersebut dapat dikatakan perbedaan suasana pemerolehan yang terdiri dari kesadaran pembelajar bahasa, waktu, tempat, motivasi dan tujuan, praktik dan pelatihan, umur pembelajar, alat bantu pemerolehan, serta pengorganisasian. Artinya, tahap pemerolehan bahasa kedua tidak berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama. Tetapi pemerolehan bahasa pertama dilalui tanpa adanya unsur kesadaran untuk menguasai bahasa sedangkan bahasa kedua diperoleh dengan sadar dalam bentuk mempelajari.

Daftar Pustaka
Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Akhadiah, dkk. 1997. Teori Belajar Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka
Ardiana dan Syamsul Sodiq. 2000. Psikolinguistik. Jakarta: Universitas Terbuka
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Solehan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka