Kamis, 26 September 2013

Kasih Sayang dan Kelembutan dalam Pendidikan



KASIH SAYANG DAN KELEMBUTAN DALAM PENDIDIKAN

1.    Pengertian Kasih Sayang dan Kelembutan

            (Dephlie, 2005) mengemukakan bahwa kasih sayang adalah pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Kasih sayang adalah kebutuhan asasi setiap orang. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang, akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat. Kasih sayang mempengaruhi kesehatan fisik. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang orang tuanya, tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang.
            Kasih sayang juga akan menyelamatkan anak-anak dari sifat kerdil. Anak-anak yang kurang atau tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh sebagai anak yang merasa terkucilkan. Anak tersebut akan membenci orang tua, orang lain dan kemungkinan besar akan menjadi anak-anak yang suka melakukan hal-hal yang berbahaya. Dalam proses pendidikan di sekolah yaitu peran orang tua digantikan oleh pendidik, pola hubungan mendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dari pendidik kepada peserta didik agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
            Kasih sayang memiliki peranan yang penting dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang dapat menimbulkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, senang mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat (Seefeld, 2002).
Dengan memberikan kasih sayang yang tulus, maka potensi anak akan berkembang. Tanpa kasih sayang dari guru ke anak, maka arah internalisasinya yang penuh dengan kebebasan dan kemandirian pribadi itu akan mudah goyah, hubungan akan mudah patah, pijakan dan isi situasi pendidikan akan runtuh serta tidak tentu arah.
Sebagaiman Plato telah menyatakan dengan sentuhan cinta, seseorang bisa menjadi sosok pujangga. Begitu juga dengan guru. Guru harus menjadi sosok humanis yang menghormati anak. Yang mana ciri-ciri guru yang humanis yang telah diungkapkan oleh Paterson adalah:
1.    Ketulusan
  1. Bicara jujur, apa adanya, terus terang, tidak menyembunyikan perasaan, tidak memproyeksikan perasaannya kepada orang lain, atau menyalahkan orang lain serta mau memikul tanggung jawab atas perasaannya itu.
  2. Berbagi pendapat secara terbuka.
  3. Tidak membuat siswa takut, tetapi juga tidak memudahkan persoalan dengan cara menyembunyikan sesuatu (misalnya manusia yang menakutkan) terhadap siswa.
2.    Penghargaan terhadap siswa sebagai suatu pribadi
  1. Menerima siswa apa adanya.
  2. Peduli dan penuh sikap memelihara dengan memahami kekuatan dan kekurangan siswa, mengakui siswa bahwa pada dasarnya baik dan mampu berkembang.
3.    Pemahaman secara empatik terhadap siswa
  1. memahami kondisi siswa dengan memperhatikan data pribadi siswa.
  2. Mampu memposisikan diri pada posisi siswa da sensitive terhadap kondisi siswa.
Kasih sayang dan kelembutan ini merupakan susasana yang menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. Dengan kasih sayang dan kelembutan kedekatan hubungan antara pendidik dan peserta didik akan terjaga dan produktif.
Kegiatan anti kasih sayang dan anti kelembutan dalam bentuk kekerasan, amarah, arogansi, kemunafikan, atau perlakuan yang secara lansung ataupun tidak lansung, dalam bentuk lisan, psikis / fisik dan hubungan social, nyata atau terselubung, merugikan dan atau menyulitkan dan mengurangi hak-hak pendidikan peserta didik merupakan malapraktik dalam pendidikan.


Dalam proses pembelajaran di kelas, Jalaluddin Rahmat (1985) menyatakan bahwa:
Interaksi dalam proses pembelajaran merupakan suatu hubungan interpersonal yang untuk mengembangkannya menjadi suatu pola kerjasama yang baik diperlukan syarat sebagai berikut: (1) sikap percaya, (2) sikap sportif, dan (3) sikap terbuka. Dengan adanya sikap percaya, sportif dan terbuka akan mengarah kepada hubungan atau interaksi pembelajaran yang menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati yang pada akhirnya akan bermuara pada timbulnya rasa kasih sayang antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Puskurbangdik (2002) guru diharapkan mewarnai proses pembelajaran dengan menyenangkan, sifat rasa kasih sayang, kelembutan, dan suasana menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. Menurut (Benjamin Spock 1982), kasih sayang dan kelembutan akan mendorong lusinan tindakan yang spontan dan produktif dari peserta didik.
Sehubungan dengan kasih sayang dan kelembutan, Prayitno (2002) menyatakan bahwa;
dapat terwujud melalui ketulusan, penghargaan, dan pemahaman secara empatik terhadap siswa sebagai pribadi. Hal itu semua, tidak mungkin diwujudkan melalui kekerasan, amarah, arogansi, kemunafikan, atau kegiatan yang secara langsung ataupun tidak langsung, nyata atau terselubung, merugikan dan/atau menyulitkan peserta didik.
Menurut Watten B. (dalam Sahertian 1994) bahwa guru adalah pembawa rasa kasih sayang, pembina dan pemberi layanan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Muhhamad Suwaid (2002) bahwa kasih sayang dan sikap lemah lembut, dan ramah yang dimiliki guru, akan membuat peserta didik mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenteram dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perasaan menyenangkan dan suasana penuh keakraban dalam proses pembelajaran menurut Fuad bin Abdul Aziz Al-Syaihub (2005) akan mengusir kebosanan dan memberikan sedikit rasa segar kepada siswa dan merubah suasana kering menjadi hangat dan santai.
Dari pendapat dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, apabila telah terjalin ikatan kasih sayang dan kelembutan cinta antara guru dan siswa akan menimbulkan rasa percaya, terbuka, menghormati dan menghargai guru. Dengan demikian kasih sayang, kelembutan dan suasana pembelajaran yang didapatkan siswa merupakan bentuk bimbingan dari guru, akan mampu merangsang siswa untuk memberikan reaksi posistif, tindakan-tindakan kreatif, pengetahuan dan pemikiran baru yang lebih maju dalam mencapai kemandirian, khususnya belajar.

2.    Urgensi Kasih Sayang dan Cara Mengekspresikan Kasih Sayang

Kasih sayang begitu penting karena ia memicu ketaatan dan kebersamaan. Antara kasih sayang dan ketaatan memiliki ikatan kebersamaan. Hasil dari kasih sayang orang tua ini akan membuat anak-anak tidak mudah mengabaikan tanggung jawab dan tugas yang diamanahkan kepada mereka. Peran kasih sayang sangat penting dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh atau tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung besarnya kasih sayang yang diterimaselama masa pendidikan.
Manusia secara alami membutuhkan kasih sayang. Hanya kasih sayang yang mampu mengubah perilaku seseorang.Anak-anak, kalangan remaja hingga orang dewasa pun sama-sama membutuhkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pengajaran dan pendidikan anak-anak. Ketika seorang anak melihat ikatan kasih sayang pada kedua orang tuanya, maka hal tersebut dapat berpengaruh dalam menjauhkannya dari perbuatantercela(Mahmud, 1990)
Anak-anak dan remaja lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa.Dalam dekapan kasih sayang, perasaan cinta dan kelembutan anak/remaja dapat berkembang dengan baik dan akan berubah menjadi manusia yang ideal.Seorang pendidik yang mengabaikan cinta dan kasih sayang, tidak akan mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknyadan pendidik pasti gagal dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada peserta didik.
Metode yang paling berpengaruh dan efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih sayang.Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangananak-anak di lingkungan keluarga sebelumberhadapan dengan berbagai aturan dan keputusan yang dibuat oleh orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa anak-anak akan terpenuhi jika sebuah keluarga dapat menjadi pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan(Dephlie, 2005)
Salah satu poin penting berkaitan dengan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah hendaknya orang tua tidak hanya puas dengan memendam kasih sayang dalam batinkarena kasih sayang hanya berpengaruh dalam pendidikan jika ditampakkan secara lahiriah, supaya anak-anak sadar dan mengetahuinyasecara langsung.
Orang tua yang cerdas adalah orang tua yang pandai mengekspresikan kasih sayangnya secara tepat kepada anak-anaknya sehingga bisa dirasakan langsung oleh mereka. Ketika anak merasakan bahwa orang tuanya menyukainya, peduli akan nasibnya, mengarahkannya pada perkembangan dan penyempurnaan dan memperhatikan pendidikannya, maka anak tersebut akan mencintai dan mengidolakan kedua orang tuanya (Padmonodewo, 2003)

3.    Bersikap Adil dalam Mencurahkan Kasih Sayang

Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah bersikap adil dalam menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak (Sadulloh, 2007). Kasih sayang terhadap anak memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Kasih sayang akan mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Semakin besar kasih sayang orang tua pada anak maka kegembiraan pada anak akan semakin besar pula dan menjadikan hati anak semakin peduli dan perhatian.
Anak belajar kasih sayang dari orang tua kemudian anak akan menerapkan kasih sayang tersebut kepada orang lain. Anak yang tidak merasakan kasih sayang akan mendapatkan pengaruh negatif pada tubuh dan jiwanya serta akan bermasalah dalam mempelajari kasih sayang sehingga anak tidak mampu mencintai dan menyayangi orang lain di masa yang akan datang.
Muncul rasa kepercayaan diri. Anak yang memiliki kepercayaan diri mampu memecahkan persoalan sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain. Dengan motivasi dan tekad yang besar, anak akan berusaha mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapinya.
Kasih sayang akan memotivasi anak-anak untuk melakukan berbagai aktivitas dengan sukses. Di bidang pendidikan, anak akan menjadi orang yang cerdas dan terampil serta secara fisik anak akan tumbuh sehat.
Kasih sayang mampu menarik simpati anak. Dengan demikian, anak akan mudah dididik dan diarahkan oleh orang tua. Anak menyukai orang yang penyayang dan memahami keinginannya. Orang seperti ini, anak dapat temukan pada pribadi kedua orang tuasehingga anak akan menuruti perintah kedua orang tuanya (Wardani, 2002)
Orang tua dalam mencintai dan menyayangi anak-anak tidak dibenarkan untuk bersikap pilih kasih karena akan menyebabkan hilangnya kepercayaan anak-anak terhadap lingkungan keluarga sehingga anak-anak menjadi tidak betah untuk tinggal di rumah. Hal ini juga dapat menyebabkan hubungan antara orang tua dengan anak semakin jauh.

4.    Dampak Kasih Sayang yang Berlebihan

            Kasih sayang orang tua memang penting tetapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Adapun akibat negatif dari kasih sayang yang berlebihan, diantaranya:
1.      Akan tumbuh sikap yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa. Ketika hidup di tengah-tengah masyarakat, anak ingin semua orang memperlakukan dirinya seperti orang tuanya dulu melayani dirinya. Manusia seperti itu akan mudah putua asa kalau keinginannya tidak ada yang memperhatikan dan tidak memperoleh simpati dari orang lain.
2.      Anak-anak yang selalu dimanja akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya
3.      Anak-anak yang selalu dimanja akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, dan selalu mengharapkan bantuan dari orang lain.
4.      Anak-anak tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya. Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran semu dirinya.
5.      Anak-anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan, kelak jika sudah besar akan tumbuh menjadi manusia yang sombong dan suka memaksakan kehendak.
            Peran kasih sayang dalam pendidikan ruh dan jiwa pesertadidik sangat penting seperti pentingnya makanan bagi pertumbuhan tubuh. Sebagaimana makanan yang kurang atau berlebihan dapatmenyebabkan penyakit yang tidak diinginkan pada tubuh. Begitu pun kurangnya kasih sayang atau kasihsayang yang sangat berlebihan (terlalu dimanja) dapat merusak jiwa pesertadidik.
Kasih sayang akan berdampak positif apabiladilakukan secara seimbang. Namun, jika kasih sayang orang tua berlebihanmaka secara tidak sadar orang tua telah mengajak anak untuk melakukan perbuatan yangtidak bertanggung jawab. Hal ini merupakan dampak dari metode pendidikan yang salah.Anak yang mendapatkan kasih sayang secara berlebihan (dimanja) cenderung akan menjadi malas, pasrah, lemahdan cepat putus asa ketika menghadapi masalah kecil dalam hidupnya(Samples, 1990)
            Orang tua harus mencintai anak-anak secara tulus, tetapi tetap objektif. Yakni orang tua juga harus melihatsifat-sifat tercela anaknya, kemudian memperbaikidengan pendekatan rasional. Menerima seperti itu saja keinginan dan perbuatan anak-anak tanpa mempertimbangkan kerugian dan kelebihannya akan berdampak negatif dalam pendidikan anak-anak dan dapat merusak karakter anak-anakyang sulit untuk diperbaiki seperti semula (Semiawan, 2002).





5.    Peranan Kasih Sayang dalam Pendidikan

            (Wardani, 2002) mengemukakan bahwa seorang pendidik harus melakukan berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan, diantaranya:
1.      Pendidik sebagai pembimbing, dengan kasih sayang yang diberikan oleh pendidik, peserta didik akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang sedang dialami sekarang maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang. Dalam berbagai kasus tidak sedikit ditemukan akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, dan berlindung.
2.      Pendidik sebagai pembentuk kepribadian, tindakan-tindakan kriminal seperti mencuri, bunuh diri atau kejahatan-kejahatan lainnya bisa dilakukan oleh seorang peserta didik akibat kehilangan kasih sayang dari orang tua atau siapa saja. Kata “siapa saja” mengindikasikan bahwa di samping orang tua ada pihak lain yang dapat menjadi penyebab hancurnya kepribadian seorang peserta didik. Pendidik yang baik akan memperhatikan hal ini sebagai bagian dari perannya dalam menjalankan proses pendidikan.
3.      Pendidik sebagai tempat perlindungan, akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, banyak anak yang kabur dari rumah. Dalam tindakan ini, anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat. Beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, tetapi jika sebaliknya maka akan berakibat merusak masa depannya. Menyikapi kasus ini, jika seorang pendidik dapat memberikan kasih sayang maka ada kecenderungan anak untuk mencari perlindungan kepadanya. Pada kondisi ini, pendidik idealnya berlaku bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasehat dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak.
4.      Pendidik sebagai figur teladan, dalam kehidupan keluarga, orang tua pasti mencintai anak-anaknya. Tetapi kasih sayang saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan psikologis anak-anak. Kasih sayang harus terwujud melalui perilaku secara konkret. Kasih sayang yang terwujud melalui perilaku secara psikologis akandapat dirasakan oleh anak dan dapat menjadi contoh atau tauladan.Seorang pendidik yang berperilaku ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kesal, merespon pembicaraanpeserta didik, dapat menumbuhkan kondisi psikologis yang menyenangkan bagi peserta didik. Peserta didik tidak takut berbicara, dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan peserta didik akan senang melibatkan diri dalam kegiatan di sekolah. Perilaku peserta didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau mentauladani perilaku yang diperlihatkan pendidik(Rahmat, 2010)
5.      Pendidik sebagai sumber pengetahuan, kasih sayang orang tua sampai kapan pun harus tetap ada karena anak-anak sangat membutuhkannya. Dalam proses pendidikan yaitu adanya transformasi pengetahuan sikap memberi dan melarang seharusnya dilakukan dengan hati-hati terhadap peserta didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku peserta didik. Dapat berubah positif apabila pengetahuan yang diterima peserta didik sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan membentuk perilaku peserta didik yang negatif. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memahami bahwa dalam mentransfer pengetahuan harus didasari dengan kasih sayang.
            (Semiawan, 2002)mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang mungkin terjadi apabila pendidik tidak hati-hati dalam mentransfer pengetahuan, diantaranya:
a.       Dapat merusak jalinan kasih sayang di antara pendidik dan peserta didik.Peserta didik akan mulai meragukan dan menganggap bahwa pendidik tidakdapatmengajar dengan baik.
b.      Peserta didik akan belajar pada sumber lain dan apabila tidak dibimbing tidakmenutup kemungkinan dapat menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan.
c.       Kurangnya bimbingan dari pendidik akan menumbuhkan perilaku yang tidakbertanggung jawab terhadap perbuatanyang telah dilakukan oleh peserta didik sendiri.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar