KASIH SAYANG DAN KELEMBUTAN DALAM PENDIDIKAN
1. Pengertian Kasih Sayang dan Kelembutan
(Dephlie, 2005)
mengemukakan bahwa kasih sayang adalah pola hubungan
yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Kasih sayang adalah kebutuhan
asasi setiap orang. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang, akan
tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat. Kasih sayang mempengaruhi kesehatan
fisik. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang orang tuanya,
tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang.
Kasih sayang juga akan menyelamatkan
anak-anak dari sifat kerdil. Anak-anak yang kurang atau tidak mendapatkan kasih
sayang dari orang tuanya akan tumbuh sebagai anak yang merasa terkucilkan. Anak
tersebut akan membenci orang tua, orang lain dan kemungkinan besar akan menjadi
anak-anak yang suka melakukan hal-hal yang berbahaya. Dalam proses pendidikan
di sekolah yaitu peran orang tua digantikan oleh pendidik, pola hubungan
mendidik perlu dilandasi oleh kasih sayang dari pendidik kepada peserta didik
agar terjalin ikatan perasaan yang dapat mendukung tercapainya tujuan
pendidikan.
Kasih
sayang memiliki peranan yang penting dalam
pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Kondisi keluarga yang
penuh dengan kasih sayang dapat
menimbulkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang
tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan
kasih
sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, senang mencintai orang lain
dan berperilaku baik dalam masyarakat (Seefeld, 2002).
Dengan memberikan kasih sayang yang tulus, maka potensi anak
akan berkembang. Tanpa kasih sayang dari guru ke anak, maka arah
internalisasinya yang penuh dengan kebebasan dan kemandirian pribadi itu akan
mudah goyah, hubungan akan mudah patah, pijakan dan isi situasi pendidikan akan
runtuh serta tidak tentu arah.
Sebagaiman Plato telah menyatakan dengan sentuhan cinta,
seseorang bisa menjadi sosok pujangga. Begitu juga dengan guru. Guru harus
menjadi sosok humanis yang menghormati anak. Yang mana ciri-ciri guru yang
humanis yang telah diungkapkan oleh Paterson adalah:
1. Ketulusan
- Bicara jujur, apa adanya, terus terang, tidak menyembunyikan perasaan, tidak memproyeksikan perasaannya kepada orang lain, atau menyalahkan orang lain serta mau memikul tanggung jawab atas perasaannya itu.
- Berbagi pendapat secara terbuka.
- Tidak membuat siswa takut, tetapi juga tidak memudahkan persoalan dengan cara menyembunyikan sesuatu (misalnya manusia yang menakutkan) terhadap siswa.
2. Penghargaan terhadap siswa sebagai
suatu pribadi
- Menerima siswa apa adanya.
- Peduli dan penuh sikap memelihara dengan memahami kekuatan dan kekurangan siswa, mengakui siswa bahwa pada dasarnya baik dan mampu berkembang.
3. Pemahaman secara empatik terhadap
siswa
- memahami kondisi siswa dengan memperhatikan data pribadi siswa.
- Mampu memposisikan diri pada posisi siswa da sensitive terhadap kondisi siswa.
Kasih sayang dan kelembutan ini merupakan susasana yang
menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. Dengan kasih
sayang dan kelembutan kedekatan hubungan antara pendidik dan peserta didik akan
terjaga dan produktif.
Kegiatan anti kasih sayang dan anti kelembutan dalam bentuk
kekerasan, amarah, arogansi, kemunafikan, atau perlakuan yang secara lansung
ataupun tidak lansung, dalam bentuk lisan, psikis / fisik dan hubungan social,
nyata atau terselubung, merugikan dan atau menyulitkan dan mengurangi hak-hak
pendidikan peserta didik merupakan malapraktik dalam pendidikan.
Dalam proses pembelajaran di kelas, Jalaluddin Rahmat (1985)
menyatakan bahwa:
Interaksi
dalam proses pembelajaran merupakan suatu hubungan interpersonal yang untuk
mengembangkannya menjadi suatu pola kerjasama yang baik diperlukan syarat
sebagai berikut: (1) sikap percaya, (2) sikap sportif, dan (3) sikap terbuka.
Dengan adanya sikap percaya, sportif dan terbuka akan mengarah kepada hubungan
atau interaksi pembelajaran yang menumbuhkan sikap saling menghargai,
menghormati yang pada akhirnya akan bermuara pada timbulnya rasa kasih sayang
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Puskurbangdik (2002) guru diharapkan mewarnai proses
pembelajaran dengan menyenangkan, sifat rasa kasih sayang, kelembutan, dan
suasana menyejukkan dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik. Menurut
(Benjamin Spock 1982), kasih sayang dan kelembutan akan mendorong lusinan
tindakan yang spontan dan produktif dari peserta didik.
Sehubungan dengan kasih sayang dan kelembutan, Prayitno
(2002) menyatakan bahwa;
dapat
terwujud melalui ketulusan, penghargaan, dan pemahaman secara empatik terhadap
siswa sebagai pribadi. Hal itu semua, tidak mungkin diwujudkan melalui
kekerasan, amarah, arogansi, kemunafikan, atau kegiatan yang secara langsung
ataupun tidak langsung, nyata atau terselubung, merugikan dan/atau menyulitkan
peserta didik.
Menurut Watten B. (dalam Sahertian 1994) bahwa guru adalah
pembawa rasa kasih sayang, pembina dan pemberi layanan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Muhhamad Suwaid (2002)
bahwa kasih sayang dan sikap lemah lembut, dan ramah yang dimiliki guru, akan
membuat peserta didik mendapatkan rasa aman, nyaman dan tenteram dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Perasaan menyenangkan dan suasana penuh keakraban dalam
proses pembelajaran menurut Fuad bin Abdul Aziz Al-Syaihub (2005) akan mengusir
kebosanan dan memberikan sedikit rasa segar kepada siswa dan merubah suasana
kering menjadi hangat dan santai.
Dari pendapat dan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa,
apabila telah terjalin ikatan kasih sayang dan kelembutan cinta antara guru dan
siswa akan menimbulkan rasa percaya, terbuka, menghormati dan menghargai guru.
Dengan demikian kasih sayang, kelembutan dan suasana pembelajaran yang
didapatkan siswa merupakan bentuk bimbingan dari guru, akan mampu merangsang
siswa untuk memberikan reaksi posistif, tindakan-tindakan kreatif, pengetahuan
dan pemikiran baru yang lebih maju dalam mencapai kemandirian, khususnya
belajar.
2. Urgensi Kasih Sayang dan Cara Mengekspresikan Kasih Sayang
Kasih
sayang begitu penting karena ia memicu ketaatan dan kebersamaan. Antara kasih
sayang dan ketaatan memiliki ikatan kebersamaan. Hasil dari kasih sayang orang tua ini akan
membuat anak-anak tidak mudah mengabaikan tanggung jawab dan tugas yang
diamanahkan kepada mereka.
Peran kasih sayang sangat penting dalam
pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh atau tidaknya pendirian dan
kebaikan perilaku seorang anak bergantung
besarnya kasih sayang yang diterimaselama masa
pendidikan.
Manusia
secara alami membutuhkan kasih sayang. Hanya kasih sayang yang mampu mengubah
perilaku seseorang.Anak-anak, kalangan remaja hingga orang dewasa pun sama-sama
membutuhkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang merupakan hal yang sangat
penting dalam sistem pengajaran dan pendidikan anak-anak. Ketika seorang anak
melihat ikatan kasih sayang pada kedua orang tuanya, maka hal tersebut dapat berpengaruh
dalam menjauhkannya dari perbuatantercela(Mahmud,
1990)
Anak-anak
dan remaja lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa.Dalam
dekapan kasih sayang, perasaan cinta dan kelembutan anak/remaja dapat
berkembang dengan baik dan akan berubah menjadi
manusia yang ideal.Seorang pendidik
yang mengabaikan cinta dan kasih sayang,
tidak
akan mampu membangun hubungan yang baik dengan peserta didiknyadan pendidik pasti gagal dalam
menyampaikan pesan-pesan pendidikan
kepada peserta didik.
Metode yang paling berpengaruh dan
efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih sayang.Rasa
cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan
ketenangananak-anak di lingkungan keluarga sebelumberhadapan dengan berbagai
aturan dan keputusan yang dibuat oleh orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan
jiwa anak-anak akan terpenuhi jika sebuah keluarga dapat menjadi
pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan(Dephlie, 2005)
Salah
satu poin penting berkaitan dengan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah
hendaknya orang tua tidak hanya
puas dengan memendam kasih sayang dalam batinkarena kasih sayang hanya
berpengaruh dalam pendidikan jika
ditampakkan
secara lahiriah, supaya anak-anak sadar dan mengetahuinyasecara langsung.
Orang
tua yang cerdas adalah orang tua yang pandai mengekspresikan kasih sayangnya
secara tepat kepada anak-anaknya sehingga bisa dirasakan langsung oleh mereka.
Ketika anak merasakan bahwa orang tuanya menyukainya, peduli akan nasibnya,
mengarahkannya pada perkembangan dan penyempurnaan dan memperhatikan
pendidikannya, maka anak tersebut akan mencintai dan mengidolakan kedua orang tuanya (Padmonodewo,
2003)
3. Bersikap Adil dalam Mencurahkan Kasih Sayang
Salah
satu masalah penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah bersikap
adil dalam menunjukkan kasih sayang
kepada
anak-anak (Sadulloh, 2007). Kasih sayang terhadap
anak memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Kasih
sayang akan mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Semakin besar kasih sayang
orang tua pada anak maka kegembiraan pada anak akan semakin besar pula dan
menjadikan hati anak semakin peduli dan perhatian.
Anak
belajar kasih sayang dari orang tua kemudian anak akan menerapkan kasih sayang
tersebut kepada orang lain. Anak yang tidak merasakan kasih sayang akan
mendapatkan pengaruh negatif pada tubuh dan jiwanya serta akan bermasalah dalam
mempelajari kasih sayang sehingga anak tidak mampu mencintai dan menyayangi
orang lain di masa yang akan datang.
Muncul
rasa kepercayaan diri. Anak yang memiliki kepercayaan diri mampu memecahkan
persoalan sendiri dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain. Dengan
motivasi dan tekad yang besar, anak akan berusaha mencari solusi dari setiap
masalah yang dihadapinya.
Kasih
sayang akan memotivasi anak-anak untuk melakukan berbagai aktivitas dengan
sukses. Di bidang pendidikan, anak akan menjadi orang yang cerdas dan
terampil serta secara fisik anak akan tumbuh sehat.
Kasih
sayang mampu menarik simpati anak. Dengan demikian, anak akan mudah dididik dan
diarahkan oleh orang tua. Anak menyukai orang yang penyayang dan memahami
keinginannya. Orang seperti ini, anak dapat temukan pada pribadi kedua orang
tuasehingga anak akan menuruti perintah kedua orang tuanya (Wardani,
2002)
Orang
tua dalam mencintai dan menyayangi anak-anak tidak dibenarkan untuk bersikap
pilih kasih karena akan menyebabkan hilangnya kepercayaan anak-anak terhadap
lingkungan keluarga sehingga anak-anak menjadi tidak betah untuk tinggal di
rumah. Hal ini juga dapat menyebabkan hubungan antara orang tua dengan anak
semakin jauh.
4. Dampak Kasih Sayang yang Berlebihan
Kasih sayang orang tua memang penting tetapi kalau
terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Adapun
akibat negatif dari kasih sayang yang berlebihan, diantaranya:
1.
Akan tumbuh sikap
yang ingin selalu diperlakukan secara istimewa. Ketika hidup di tengah-tengah
masyarakat, anak ingin semua orang memperlakukan dirinya seperti orang tuanya
dulu melayani dirinya. Manusia seperti itu akan mudah putua asa kalau
keinginannya tidak ada yang memperhatikan dan tidak memperoleh simpati dari
orang lain.
2.
Anak-anak yang
selalu dimanja akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya
3.
Anak-anak yang
selalu dimanja akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan
kepercayaan diri, tidak berani mengambil resiko, dan selalu mengharapkan
bantuan dari orang lain.
4.
Anak-anak tidak
mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran
semu dirinya.
5.
Anak-anak yang
selalu dimanjakan dengan segala kesenangan, kelak jika sudah besar akan tumbuh
menjadi manusia yang sombong dan suka memaksakan kehendak.
Peran
kasih sayang dalam pendidikan ruh dan jiwa pesertadidik
sangat penting seperti pentingnya makanan bagi
pertumbuhan tubuh. Sebagaimana makanan yang kurang atau berlebihan dapatmenyebabkan penyakit
yang tidak diinginkan pada tubuh.
Begitu pun
kurangnya kasih sayang atau
kasihsayang yang sangat berlebihan (terlalu dimanja) dapat merusak jiwa pesertadidik.
Kasih
sayang akan berdampak positif apabiladilakukan
secara seimbang. Namun, jika kasih
sayang orang tua berlebihanmaka secara tidak sadar orang tua telah mengajak anak untuk melakukan
perbuatan yangtidak bertanggung jawab. Hal ini merupakan dampak dari metode
pendidikan yang salah.Anak yang mendapatkan kasih sayang secara berlebihan (dimanja) cenderung akan menjadi malas, pasrah, lemahdan
cepat putus asa ketika menghadapi
masalah kecil dalam hidupnya(Samples, 1990)
Orang
tua harus mencintai anak-anak secara
tulus, tetapi tetap objektif.
Yakni orang tua juga harus
melihatsifat-sifat tercela anaknya,
kemudian memperbaikidengan pendekatan rasional.
Menerima seperti itu saja keinginan dan
perbuatan anak-anak tanpa mempertimbangkan
kerugian dan kelebihannya akan berdampak negatif dalam pendidikan anak-anak dan dapat merusak karakter anak-anakyang sulit untuk
diperbaiki seperti semula (Semiawan, 2002).
5. Peranan Kasih Sayang dalam Pendidikan
(Wardani, 2002)
mengemukakan bahwa seorang pendidik harus melakukan
berbagai peran dalam menjalankan suatu proses pendidikan, diantaranya:
1.
Pendidik sebagai
pembimbing, dengan kasih sayang yang diberikan oleh pendidik, peserta didik
akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan yang sedang dialami
sekarang maupun bekal kehidupan di masa yang akan datang. Dalam berbagai kasus
tidak sedikit ditemukan akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang
tuanya, pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta
pendapat, berkeluh kesah, dan berlindung.
2.
Pendidik sebagai
pembentuk kepribadian, tindakan-tindakan kriminal seperti mencuri, bunuh diri
atau kejahatan-kejahatan lainnya bisa dilakukan oleh seorang peserta didik
akibat kehilangan kasih sayang dari orang tua atau siapa saja. Kata “siapa
saja” mengindikasikan bahwa di samping orang tua ada pihak lain yang dapat
menjadi penyebab hancurnya kepribadian seorang peserta didik. Pendidik yang
baik akan memperhatikan hal ini sebagai bagian dari perannya dalam menjalankan
proses pendidikan.
3.
Pendidik sebagai
tempat perlindungan, akibat tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua,
banyak anak yang kabur dari rumah. Dalam tindakan ini, anak akan mencari
perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat. Beruntung jika mereka
mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, tetapi jika
sebaliknya maka akan berakibat merusak masa depannya. Menyikapi kasus ini, jika
seorang pendidik dapat memberikan kasih sayang maka ada kecenderungan anak
untuk mencari perlindungan kepadanya. Pada kondisi ini, pendidik idealnya
berlaku bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasehat
dan sebisa mungkin menyadarkan tindakan yang dilakukan anak.
4.
Pendidik sebagai
figur teladan, dalam kehidupan keluarga, orang tua pasti mencintai anak-anaknya.
Tetapi kasih sayang saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan psikologis
anak-anak. Kasih sayang harus terwujud melalui perilaku secara konkret. Kasih
sayang yang terwujud melalui perilaku secara psikologis akandapat dirasakan
oleh anak dan dapat menjadi contoh atau tauladan.Seorang pendidik yang
berperilaku ramah, hangat, dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka
kesal, merespon pembicaraanpeserta didik, dapat menumbuhkan kondisi psikologis
yang menyenangkan bagi peserta didik. Peserta didik tidak takut berbicara,
dapat mencurahkan isi hatinya saat menghadapi masalah dan peserta didik akan
senang melibatkan diri dalam kegiatan di sekolah. Perilaku peserta didik yang
terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau mentauladani
perilaku yang diperlihatkan pendidik(Rahmat,
2010)
5.
Pendidik sebagai
sumber pengetahuan, kasih sayang orang tua sampai kapan pun harus tetap ada
karena anak-anak sangat membutuhkannya. Dalam proses pendidikan yaitu adanya
transformasi pengetahuan sikap memberi dan melarang seharusnya dilakukan dengan
hati-hati terhadap peserta didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku
peserta didik. Dapat berubah positif apabila pengetahuan yang diterima peserta
didik sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai maka akan
membentuk perilaku peserta didik yang negatif. Oleh karena itu, seorang
pendidik harus memahami bahwa dalam mentransfer pengetahuan harus didasari
dengan kasih sayang.
(Semiawan, 2002)mengemukakan
bahwa ada beberapa hal yang mungkin terjadi apabila pendidik tidak hati-hati
dalam mentransfer pengetahuan, diantaranya:
a.
Dapat merusak
jalinan kasih sayang di antara pendidik dan peserta didik.Peserta didik akan
mulai meragukan dan menganggap bahwa pendidik tidakdapatmengajar dengan baik.
b.
Peserta didik
akan belajar pada sumber lain dan apabila tidak dibimbing tidakmenutup
kemungkinan dapat menghasilkan perilaku yang tidak diharapkan.
c.
Kurangnya bimbingan
dari pendidik akan menumbuhkan perilaku yang tidakbertanggung jawab terhadap
perbuatanyang telah dilakukan oleh peserta didik sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar