Kamis, 26 September 2013

MAKALAH PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI



MAKALAH
PENDEKATAN DAN STRATEGI
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI






KELOMPOK 3
Nama               : 1. Honni  Panggabean
                                       NIM. 109017059

                           2. Askan Limbong
                                       NIM. 109017012

                           3. Denni Pakpahan
                                       NIM. 109017024

                           4. Elim Siking Bondar
                                       NIM. 109017035

                           5. Fanni Naro Hutagalung
                                       NIM. 109017043

                           6. Hasrita Dewi Simanjuntak
                                       NIM. 109017048

                           7. Delima Manalu
                                       NIM. 109017022

Kelas                : I (Satu)
Semester          : VI (Enam)
MK                  : Pendidikan Budi Pekerti

Pendidikan  Sarjana (S1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan
(UNIMED)

2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Dewasa ini dunia pendidikan sedang mengkaji kembali mengenai perlunya pendidikan budi pekerti atau pendidikan moral/ berkarakter. Hal ini bukan hanya di negara Indonesia tetapi juga di seluruh dunia baik negara berkembang ataupun negara maju. Pendidikan budi pekerti dirasa penting karena banyak sekali masalah yang timul di lingkungan masyarakat karena pudarnya budi pekerti masyarakat terutama di kalangan pelajar.
            Penyampaian moral-moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga kurangnya pemahaman akan arti dan manfaat budi pekerti tersebut. Sebagai dampaknya kita bisa melihat banyaknya tindak kegiatan yang berbau lemahnya moral bangsa, seperti melemahnya ikatan keluarga, perkelahian, tawuran, KKN, dan tindak kriminal lainnya. Oleh karena hal tersebutlah maka diperlukan Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti yang memberikan cara-cara dan usaha yang dapat dilakukan untuk tercapainya moral yang lebih baik.

B. Identifikasi Masalah
            Sesuai dengan judul makalah ini “Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti” yang berkaitan dengan lingkungan pendidikan dan penerapan serta cara dan upaya untuk mecapai tujuan yang dimaksud, maka terdapat berbagai masalah yang muncul, antara lain:
a.       Hakikat dan pandangan masyarakat terutama warga sekolah mengenai budi pekerti;
b.      Manfaat dan tujuan pendidikan budi pekerti bagi masyarakat;
c.       Pendekatan dalam pendidikan budi pekerti;
d.      Strategi dalam pendidikan budi pekerti;
e.       Metode dan model pendidikan budi pekerti;
f.       Evaluasi pendidikan budi pekerti; dan
g.      Pendidikan budi pekerti di dunia sekolah.
      Masalah-masalah tersebutlah yang akan timbul dan saling berkaitan sesuai judul makalah karena kita harus memahami keseluruhannya agar betul-betul memahami dan mampu menerapkannya dalam kehidupan baik sebagai pendidik ataupun peserta didik.

C. Pembatasan Masalah
            Dari berbagai masalah di atas, untuk memperjelas dan memperinci masalah yang dibahas agar lebih terfokus dan tidak terlalu luas maka pembahasan makalah ini dibatasi pada masalah berikut:
a.       Pendekatan dalam pendidikan budi pekerti, dan
b.      Strategi dalam pendidikan budi pekerti.

D. Perumusan Masalah
            Adapun masalah yang akan dibahas sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dipilih antara lain sebagai berikut:
a.       Apa saja pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti?
b.      Bagaimana strategi dalam pendidikan budi pekerti?

E. Manfaat Pembahasan
            Setelah membahas materi ini, ada beberapa manfaat yang diharapkan tercapai yaitu:
a.       Kita sebagai mahasiswa yang berperan sebagai pendidik dan peserta didik dapat memahami pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi pekerti:
b.      Kita mampu memahami strategi dalam pendidikan budi pekerti; dan
c.       Kita mampu menerapkan pendekatan dan strategi yang kita pahami guna menciptakan individu yang berbudi pekerti.





















BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
            Budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma tersebut adalah norma agama, norma hokum, tata karma dan sopan santun, serta norma budaya atau adat-istiadat.Untuk dapat memiliki budi pekerti yang baik tidaklah mudah tetapi melalui berbagai proses, setiap individu menjalani proses tersebut dan proses yang paling efektif adalah proses pendidikan.
            Pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenapnya sekarang dan masa yang akan datang. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi pendidikan budi pekerti dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, perlu dipertimbangkan pendekatan yang digunakan.
            Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penanaman Nilai (Inclucation Approach)
            Pendekatan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik mereka dan bertanggungjawab melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri sendiri. Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan positif dan negative, serta simulasi dan bermain peran.
            Menurut Paul Supomo,dkk dalam Modul Pendidikan Budi Pekerti PSKGJ Unimed, adapun nila-nilai moral dan budi pekerti yang perlu ditanaman pada jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

a. Religiusitas
            Dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan:
ü  menanamkan kebiasaan berdoa mulai TK;
ü  memperkenalkan hari-hari besar agama dan mengajak untuk menjalankannya dengan baik;
ü  mendongeng atau bercerita mengenai nilai-nilai agama;
ü  memperkenalkan macam-macam agama agar tumbuh sikap saling menghormati antar pemeluk agama; dan
ü  menanamkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam alam semesta berasal dari Tuhan.



b. Sosialitas
            Nilai sosialitas dapat ditanamkan pada anak-anak SD melalui:
ü  kegiatan baris-berbaris untuk masuk kelas yang mengajarkan kebiasaan hidup bersama secara benar, baik, dan tertib;
ü  kegiatan tugas kelompok bersama;
ü  kegiatan olahraga bersama; dan sebagainya.
Dengan kegiatan ini akan memperkenalkan sikap sosialitas yang tinggi, komitmen, saling menghargai, saling membantu, saling memerhatikan, dan saling menghormati satu sama lain

c. Gender
Pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga di Sekolah Dasar, pada umumnya masih berupa olahraga dasar.Hal ini merupakan peluang dan kesempatan terbuka untuk memberi kesempatan kepada anak perempuan untuk mengikuti setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah.Selain untuk pembentukan fisik,olahraga dapat digunakan untuk membentuk gambaran bahwa perempuan pun dapat mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga,termasuk kegiatan sepak bola sekalipun.
Melalui olahraga anak perempuan dibentuk untuk tidak mengkristalkan pandangan bahwa perempuan adalah makhluk lemah,lembek,dan hanya bisa melakukan kegiatan yang ringan-ringan belaka. Pandangan yang berkembang dalam masyarakat dapat diubah dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender dengan baik dan benar sejak dini. Laki-laki dan perempuan memang beda dalam hal jenis kelamin(seks),tetapi dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan,yang membedakan satu sama lain adalah soal kemampuan saja.

d. Keadilan
Pada kelas bawah(kelas 1,2,dan 3) jenjang sekolah dasar(SD),pengertian keadilan sebaiknya lebih ditekankan pada hal-hal yang sifatnya fisik lahiriah dan kasat mata(konkret),belum pada konsep yang luas dan mendalam.Dorongan dan pemberian kesempatan untuk maju berpartisipasi di depan kelas,menjawab soal,menjalankan tugas merupakan bagian dari keadilan awal yang perlu ditanamkan pada diri siswa pada jenjang ini.Keadilan dalam kondisi dan konteks seperti ini perlu dipertegas dengan sikap guru yang menjauhkan diri sikap dan penilaian senang(like) dan tidak senang(dislike) atau pilih kasih terhadap seseorang atau sekelompok siswa.
Pada jelas tinggi(kelas 4,5,dan 6) jenjang sekolah dasar(SD),pengertian keadilan sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan.Budaya dan kebiasaan berpakaian dan berperilaku yang “pantas dan baik” bagi laki-laki dan perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik yang berbeda mulai ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci.Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan yang menyebabkan perlakuan lahiriah yang yang berbeda dipahamkan pada anak didik di jenjang kelas ini.Namun demikian,juga perlu diimbangi pada sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap berlaku pada semua orang tanpa membedakan jenis kelamin.
Perlakuan dan pemberian kesempatan serta hak dan kewajiban yang sama bagi laki-laki dan perempuan secara wajar merupakan bagian dari pendidikan keadilan pada anak.Pada jenjang sekolah dasar ini anak belum diajak untuk mengkaji konsep keadilan secara mendalam,namun lebih rinci dibanding konsep pada kelas rendah.

e. Demokrasi
Melalui pendidikan IPS dan PKn,nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan secara tepat dan akurat.Melalui wahana bidang studi sosial tersebut penanaman jiwa dan nilai demokerasi dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak didik.Sikap menghargai adanya perbedaan pendapat secara wajar,jujur,dan terbuka merupakan dasar sikap demokratis yang perlu ditanamkan pada anak didik di jenjang pendidikan dasar.Di samping itu,anak didik juga perlu diajak dan dididik untuk membuat kesepahaman dan kesepakatan bersama secara terbuka dan saling menghormati.
Sikap demokratis berarti juga mengakui keberagaman dan perbedaan satu sama lain.Melaui sikap demokratis anak didik diajak untuk terbuka dan berani menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu,atau dengan kata lain anak didik dalam demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak satu sama lain.Masing-masing pihak harus menjalin komunikasi yang baik dan mencari win-win solution serta kesepakatan bersama demi tujuan bersama yang telah dicita-citakan.Kesepakatan dalam konteks ini bukan berarti jumlah yang besar(pihak mayoritas) yang menang atau yang kuat bersuara yang menang,tetapi juga menghargai suara minoritas dan lebih menjunjung tinggi prinsip kebenaran dan keadilan serta kebaikan bersama.
Prinsip-prinsip di atas dapat diterapkan pada saat pemilihan pengurus kelas,pemilihan regu pramuka,atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya.Pemilihan yang digelar bukan berdasar senang atau tidak senang,namun berdasar pada prinsip mana yang terbaik untuk perkembangan kelas dari kelompok-kelompok di masa depan.Dalam alam demokrasi berarti juga masyarakat mempunyai tujuan bersama,harapan bersama,dan keprihatinan bersama,prinsip dari siswa,oleh siswa,dan untuk siswa perlu dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kelas-kelas yang demokratis.

f. kejujuran
Nilai dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjang pendidikan dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas.Dalam konteks ini peranan guru sangat penting dalam mencermati proses koneksi tersebut.Cara koreksi ini bukan semata-mata untuk meringankan tugas guru atau memanfaatkan anak untuk membantu tugas guru,melainkan bertujuan secara sungguh-sungguh untuk menanamkan kejujuran dan bertanggung jawab pada diri siswa.Setelah kegiatan koreksi yang dilakukan oleh siswa selesai,guru perlu melakukan koreksi ulang pekerjaan siswa satu per satu.Berdasarkan coretan dan hasil tulisan yang tertera dalam lembar jawaban anak,akan terlihat kejujuran dari anak.Setelah itu berdasarkan hasil pengamatannya guru dapat menyampaikan nilai kejujuran dan tangggung jawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupannya kelak.

g. Kemandirian
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini anak dilatih dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptimal mungkin.Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses pengembangan ini.Untuk anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya,baik dari sisi akademis maupun nonakademis.Kegiatan nonakademis yang cukup menarik dan dikenal secara universal adalah melalui kegiatan pramuka atau gerakan kepanduan lainnya seperti Palang Merah Indonesia atau Palang Merah Remaja.

h. Daya Juang
Melalui kegiatan olahraga,nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara konkret.Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan untuk mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang.Selain menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi,kegiatan olahraga juga merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas(kejujuran) yang tinggi pada anak.Berani bersaing secara wajar,namun juga berani untuk menerima kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati.

i. Tanggung Jawab
Pembagian tugas piket kelas secara bergiliran merupakan wahana penanaman nilai akan tanggung jawab di lingkungan kelas atau persekolahan.Kebersihan dan kenyamanan kelas bukan hanya tugas karyawan kebersihan sekolah,tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama.Untuk keperluan kelas maka keterlibatan anggota kelas sangat penting.Dalam proses pengembangan tanggung jawab ini perhatian dan pendampingan guru sangat penting agar apabila anak yang tidak mau bertugas segera mendapat perhatian. Demikian juga apabila ada anak yang selalu menjadi korban kemalasan temannya dapat dilindungi sehingga tanggung jawab dan kebersamaan dalam kelas dapat terjalin dengan baik.

j. Penghargaan Terhadap Lingkungan Awal
Pelaksanaan tugas kerja bakti mengandung kegiatan proses pembelajaran yang sangat baik di lingkungan persekolahan.Melalui kegiatan kerja bakti terkandung proses penanaman nilai yang berkaitan dengan semangat kerjasama atau gotong rotong dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Pelaksanaan kerja bakti membutuhkan perencanaan yang baik karena ada unsur penanaman nilai yang akan disampaikan terutama berkaitan dengan tanggung jawab,kerja sama,gotong royong,kecintaan,serta penghargaan terhadap lingkungan alam.Selain perencanaan yang baik,juga dibutuhkan pengamatan dalam proses pelaksanaannya yang akan menjadi titik pijak pendampingan selanjutnya,baik secara personal,kelompok,maupun klasikal di lingkungan sekolah dasar.


2. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development Approach)

Pendekatan ini mengkajikan pada berbagai ungkapan dan pemikiran moral.Guru dapat mengarahkan anak dalam menerapkan proses pemikiran moral melalui diskusi masalah moral sehingga peserta didik dapat membuat keputusan tentang pendapay moralnya.Mereka akan menggambarkan tingkat yang lebih tinggi dalam pemikiran moral,yaitu takut hukuman,melayani kehendak sendirim,menuruti peranan yang diharapkan,menuruti dan menta’atiotoritas,berbuat untuk kebaikan orang banyak,bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang universal.Cara yang dapat digunakan dalam penerapan budi pekerti dengan pendekatan ini antara lain melakukan diskusi kelompok dengan topik dilema moral,baik yang faktual maupun yang abstrak(hipotetikal).
Banyak topic yang dapat dipilih guru serta topic”hukuman terhadap siswa terlambat”mengapa siswa yang terlambat harus dihukum,apa yang terlambat harus dihukum,apa hukuman yang pantas untuk siswa yang terlambat dst.
Topik berikutnya mengapa siswa tidak boleh melawan guru?Bagaimana kalau siswa tidak mau mengerjakan PR?Jika guru marah dan memukul siswa,apa yang harus dilakukan siswa?Jika siswa tidak membayar uang buku sampai pada bats waktu yang telah ditentukan,apakah boleh guru tidak mengijinkan siswa belajar di kelas?

3. Pendekatan Analisis (Values Analysis Approach)

Pendekatan ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu.Selain itu,peserta didik dalam menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dapat menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri.Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini,antara lain diskusi  terarah yang menuntut argumentasi,penegasan bukti,penegasan prinsip,analisis terhadap kasus,debat,dan penelitian.
Guru dapat menjadi pemimpin diskusi kelas untuk membahas topik tentang berbagai masalah pelanggaran nilai yang ada di masyarakat.Misalnya masalah tentang yang ditemukannya heroin yang diseludupkan disalah satu bandara di Indonesia.Heroin  tersebut dimasukkan dalam perut bayi.
Petugas bandara curiga ketika melihat bayi yang sangat pucat digendong oleh seorang wanita. Dan ketika diperiksa bayi tersebut adalah mayat. Pemeriksaan selanjutnya ditemukan heroin di dalam perut bayi tersebut.
Betapa kejamnya pelaku tersebut untuk memperoleh uang yang banyak dia rela menghilangkan nyawa seorang bayi. Siswa dapat diminta tanggapannya dari berbagai sudut pandang.



4. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values Clarification Approach)
Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-niali mereka sendiri dan nilai-nilai orang lin.Selain itu pendekatan ini juga membantu peserta didik untuk mampu mengomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berpikir rasional dan emosioanl dalam menilai perasaan,nilai,dan tingkah laku mereka sendiri.Cara yang dapat dimanfatkan dalam pendekatan ini,antaralain bermain peran,simulasi,analisis mendalam tentang nilai sendiri,aktivitas yang mengembang Sensitivitas,kegiatan di luar kelas,dan diskusi kelompok.
Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain.Disamping mereka mendapat kesempatan untuk mengekspresikan nilai yang mereka yakini,mereka pun dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dalam menilai perasaan,nilai,dan perilaku mereka.Guru dapat membuat scenario sederhana tentang topik tertentu yang menyangkut kehidupan di rumah maupun di sekolah.Kemudian membuat kartu peran yang harus dilakoni oleh siswa.Siapa yang mendapat kartu peran harus memainkan skenario yang telah dibuat guru.Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi terhadap peranan dan dialog dari masing-masing pemeran.Mereka diminta menanggapi perannya dn dialognya.Setelah ditanggapi terlebih dahulu oleh teman-teman mereka.

5. Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada pendekatan analisis dan klarifikasi nilai.Selain itu, pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini,selain cara- cara pada pendekatan analisis dan klarifikasi niali,adalah metode proyek kegiatan di sekolah,hubungan antarpribadi,praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi.
Alangkah baiknya jika setiap anak dapat berpartisipasi pada kegiatan di sekolah.Menghias kelas untuk memperingati hari kemerdekaan merupakan penerapan metode proyek yang pasti terlaksana yang disekolah.Namun demikian perlu direncanakan kegiatan seperti itu untuk dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak agar anak memperoleh  kesempatan untuk mengembangkan dirinya.Mengunjungi panti asuhan dengan melakukan berbagai kegiatan merupakan kegiatan yang baik dilaksanakan.Demikian juga untuk berbagai kegiatan amal lainnya atau  kegiatan sosial lainnya seperti gotng royong membersihkan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Mereka juga dapat merencanakan dan merayakan hari ulang tahun di sekolah dengan panitia pelaksana teman-teman mereka sekelas.Perayaan ulang tahun tersebut dapat dirayakan secara bersama,misalnya acara perayaan ulang tahun bersama untuk anak-anak yang lahir di bulan Maret atau bulan lainnya.
B. STRATEGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
1. Upaya Pembinaan
            Strategi yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti adalah upaya pembinaan. Pembinaan akan berhasil dalam mewujudkan anak didik yang berbudi pekerti luhur hanya dengan usaha kerja keras dan penuh kesabaran para guru, selain itu harus didukung peran serta orang tua murid dan masyarakat. Dalam pembinaan diperlukan upaya yang konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, yaitu sebagai berikut:

a. Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau mendukung, yang dapat terwujud dengan pendekatan:
ü  Dialogis, antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru. Dialog dapat dilakukan secara pribadi, kelompok, atau dengan seluruh siswa dalam kegiatan upacara bendera.
ü  Komunikatif, harus tercipta suasana komunikasi yang baik antar sesama warga sekolah dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang ada.
ü  Keterbukaan, dialog ataupun komunikaasi yang dilakukan harus terbuka, para siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pendapatnya.
b. Mengoptimalkan pendidikan budi pekerti pada mata pelajaran agama dan PKn, karena pada kedua mata pelajaran inilah lebih banyak pelajaran mengenai budi pekerti. Guru harus mampu memilih dan menyampaikan materi yang berkaitan dengan budi pekerti agar tercapai tujuan yang diharapkan.
c. Mengintegrasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya.
d. Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada dasrnya tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab Tripusat pendidikan yaitu orang tua, sekolah/ pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, gna mendukung terwujudnya pelaksanaan budi pekerti di sekiolah diperlukan adanya keterkaitan dan kerja sama yang erat antara ketiganya.

2. Sifat Pembinaan
            Sifat-sifat yang mengandung budi pekerti luhur antara lain sebagai berikut.

ü  Bekerja keras
ü  Berdisiplin
ü  Beriman
ü  Bersyukur
ü  Bertanggungjawab
ü  Bertenggang rasa
ü  Cermat
ü  Hemat
ü  Jujur
ü  Menghargai karya orang lain
ü  Menghargai waktu
ü  Pengendalian diri
ü  Rela berkorban
ü  Rendah hati
ü  Sabar
ü  Setia
ü  Sikap tertib
ü  Sopan santun
ü  Sportif
ü  Susila
ü  Tegas
ü  Tekun
ü  Tangguh
ü  Tepat janji
ü  Ulet

Sifat-sifat tersebut masih sebahagian saja, selanjutnya kepada guru dipersilahkan dan diharapkan untuk menggali dan mengembangkannya dalam khazanah nilai budi pekerti yang luas.
3. Cara Mempertahankan Sikap yang Baik
Beberapa cara yang dapat guru untuk mempertahankan sikap atau perilaku peserta didik yang sudah baik adalah sebagai berikut:
a.       Menciptakan suasana belajar mengajar yang aman, tenang, dan menyenangkan dengan cara membina hubungan baik antara guru dan peserta didik, berkomunikasi secara terbuka sehingga tidak ada perasaan tertekan atau teakut kepada guru.
b.      Memberikan hadiah dan penghargaan. Hadiah dan penghargaan dapat berupa pujian kata-kata, acungan jempol, senyuman, ataupun memberikan benda sederhana seperti pensil, buku, ataupun permen.

4. Cara Mencegah Perbuatan atau Perilaku yang Tidak Baik
            Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mencegah perbuatan peserta didik yang tidak baik adalah sebagai berikut:
a.       Memberikan perhatian atau pelayanan yang adil sesuai dengan kebutuhan kepada setiap peserta didik.
b.      Menanamkan kebiasaan berani mengakui kesalahan sendiri dan mau meminta maaf serta tidak mau mengulangi lagi.
c.       Memberikan sanksi kepada anak yang melanggar aturan sekolah.
d.      Memberikan pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-cerita.
e.       Menghindari penggunaan respons negative.

5. Strategi Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti
Penerapan pendidikan budi pekerti di lingkungan persekolahan dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian, antara lain sebagai berikut:

a. Pengintegrasian Dalam Kehidupan Sehari-hari
            Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui cara:
ü  Keteladanan atau Contoh. Suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, guru, ataupun staf administrasi dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik dan pantas diteladani oleh peserta didik.
ü  Kegiatan Spontan. Guru mampu memberikan penjelasan dan jalan keluar mengenai suatu hal yang terjadi di lingkungan sekolah, misalnya perkelahian siswa ataupun tindakan lain yang kurang baik.
ü  Teguran. Guru peerlu memberikan teguran kepada siswa yang berperilaku kurang baik.
ü  Pengkondisian Lingkungan. Lingkungan sekolah harus dikondisikan dengan baik seperti menyediakan tempat sampah, jam dinding, dan sebagainya.
ü  Kegiatan Rutin. Dilakukan peserta didik secara konsisten dan terus-menerus seperti berbaris masuk kelas, berdoa, dan sebagainya.


b. Pengintegrasian Dalam Kegiatan yang Telah Diprogramkan
            Kegiatan ini merupakan kegiatan yang jika akan dilaksanakan terlebih dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan oleh guru. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Berikut contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengintegrasikan perilaku minimal dalam program kegiatan yang direncanakan oleh sekolah.
Perilaku Minimal
Contoh Pengintegrasian
Taat ajaran agama
Diintegrasikan pada kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.
Toleransi
Diintegrasikan pada kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab atau diskusi.
Disiplin
Diintegrasikan pada kegiatan olahraga, upacara bendera, atau penyelesaian tugas dari guru.
Tanggung jawab
Diintegrasikan pada saat tugas piket kelas dan menyelesaikan tugas dari guru.
Kasih sayang
Diintegrasikan pada saat melakukan kegiatan social dan kegiatan melestarika lingkungan.
Gotong royong
Diintegrasikan pada kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang gotong royong dan menyelesaikan tugas-tugas keterampilan.
Kesetiakawanan
Diintegrasikan pada kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang koperasi atau pemberian sumbangan.
Hormat-menghormati
Diintegrasikan pada saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati pada kegiatan drama dan sebagainya
Sopan santun
Diintegrasikan pada kegiatan bermain drama dan berlatih membuat surat.
Jujur
Diintegrasikan pada saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, dan bertanding.













BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
            Dari uraian materi di atas dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan budi pekerti dapat dilaksanakan dengan pendekatan dan strategi. Pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
ü  Pendekatan penanaman nilai
ü  Pendekatan perkembangan moral kognitif
ü  Pendekatan analisis nilai
ü  Pendekatan klarifikasi nilai
ü  Pendekatan pembelajaran berbuat
Sedangkan strategi pelaksanaannya dilakukan melalui upaya pembinaan, yaitu menciptakan situasi yang kondusif, komunikatif, dan terbuka. Mengoptimalkan pendidikan budi pekerti dalam pendidikan agama dan PKn serta mengintegrasikannya dalam pelajaran lain, meningkatkan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Disamping itu juga mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, dan kegiatan rutin.

B. Saran
            Dari penguraian makalah ini kita sebagai mahasiswa dan tenaga pendidik harus mampu memahami makna serta jenis-jenis pendekatan dan strategi pelaksanaan pendidikan budi pekerti di keluarga, di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat. Dari semua itu hal yang paling penting adalah penerapannya dalam menciptakan individu yang berbudi pekerti luhur.





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar