MAKALAH
PENDEKATAN DAN STRATEGI
PENDIDIKAN BUDI
PEKERTI
KELOMPOK 3
Nama :
1. Honni Panggabean
NIM. 109017059
2. Askan Limbong
NIM. 109017012
3. Denni Pakpahan
NIM. 109017024
4. Elim Siking Bondar
NIM. 109017035
5. Fanni Naro Hutagalung
NIM. 109017043
6. Hasrita Dewi Simanjuntak
NIM. 109017048
7. Delima Manalu
NIM. 109017022
Kelas : I (Satu)
Semester : VI (Enam)
MK : Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan Sarjana (S1) Kependidikan Bagi Guru Dalam
Jabatan
(UNIMED)
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini dunia
pendidikan sedang mengkaji kembali mengenai perlunya pendidikan budi pekerti
atau pendidikan moral/ berkarakter. Hal ini bukan hanya di negara Indonesia
tetapi juga di seluruh dunia baik negara berkembang ataupun negara maju.
Pendidikan budi pekerti dirasa penting karena banyak sekali masalah yang timul
di lingkungan masyarakat karena pudarnya budi pekerti masyarakat terutama di
kalangan pelajar.
Penyampaian
moral-moral budi pekerti di dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan
masyarakat masih memiliki banyak kendala sehingga kurangnya pemahaman akan arti
dan manfaat budi pekerti tersebut. Sebagai dampaknya kita bisa melihat
banyaknya tindak kegiatan yang berbau lemahnya moral bangsa, seperti melemahnya
ikatan keluarga, perkelahian, tawuran, KKN, dan tindak kriminal lainnya. Oleh
karena hal tersebutlah maka diperlukan Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti
yang memberikan cara-cara dan usaha yang dapat dilakukan untuk tercapainya
moral yang lebih baik.
B.
Identifikasi Masalah
Sesuai
dengan judul makalah ini “Pendekatan dan Strategi Pendidikan Budi Pekerti” yang
berkaitan dengan lingkungan pendidikan dan penerapan serta cara dan upaya untuk
mecapai tujuan yang dimaksud, maka terdapat berbagai masalah yang muncul,
antara lain:
a. Hakikat
dan pandangan masyarakat terutama warga sekolah mengenai budi pekerti;
b. Manfaat
dan tujuan pendidikan budi pekerti bagi masyarakat;
c. Pendekatan
dalam pendidikan budi pekerti;
d. Strategi
dalam pendidikan budi pekerti;
e. Metode
dan model pendidikan budi pekerti;
f. Evaluasi
pendidikan budi pekerti; dan
g. Pendidikan
budi pekerti di dunia sekolah.
Masalah-masalah tersebutlah yang akan timbul
dan saling berkaitan sesuai judul makalah karena kita harus memahami
keseluruhannya agar betul-betul memahami dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan baik sebagai pendidik ataupun peserta didik.
C.
Pembatasan Masalah
Dari berbagai masalah di atas, untuk
memperjelas dan memperinci masalah yang dibahas agar lebih terfokus dan tidak
terlalu luas maka pembahasan makalah ini dibatasi pada masalah berikut:
a. Pendekatan
dalam pendidikan budi pekerti, dan
b. Strategi
dalam pendidikan budi pekerti.
D.
Perumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dibahas sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dipilih
antara lain sebagai berikut:
a. Apa
saja pendekatan yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti?
b. Bagaimana
strategi dalam pendidikan budi pekerti?
E.
Manfaat Pembahasan
Setelah
membahas materi ini, ada beberapa manfaat yang diharapkan tercapai yaitu:
a. Kita
sebagai mahasiswa yang berperan sebagai pendidik dan peserta didik dapat
memahami pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan budi
pekerti:
b. Kita
mampu memahami strategi dalam pendidikan budi pekerti; dan
c. Kita
mampu menerapkan pendekatan dan strategi yang kita pahami guna menciptakan
individu yang berbudi pekerti.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENDEKATAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Budi
pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan
dan keburukannya melalui ukuran norma yang berlaku di masyarakat. Norma-norma
tersebut adalah norma agama, norma hokum, tata karma dan sopan santun, serta
norma budaya atau adat-istiadat.Untuk dapat memiliki budi pekerti yang baik
tidaklah mudah tetapi melalui berbagai proses, setiap individu menjalani proses
tersebut dan proses yang paling efektif adalah proses pendidikan.
Pendidikan
budi pekerti adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia
seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenapnya sekarang dan masa yang
akan datang. Untuk dapat meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam
menguasai materi pendidikan budi pekerti dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, perlu dipertimbangkan pendekatan yang digunakan.
Pendekatan
yang digunakan dalam pendidikan budi pekerti adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan Penanaman Nilai (Inclucation
Approach)
Pendekatan
ini mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai sebagai milik
mereka dan bertanggungjawab melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan,
menentukan pendirian, dan menerapkan nilai sesuai dengan keyakinan diri
sendiri. Cara yang digunakan pada pendekatan ini antara lain keteladanan,
penguatan positif dan negative, serta simulasi dan bermain peran.
Menurut
Paul Supomo,dkk dalam Modul Pendidikan Budi Pekerti PSKGJ Unimed, adapun
nila-nilai moral dan budi pekerti yang perlu ditanaman pada jenjang Sekolah
Dasar adalah sebagai berikut:
a. Religiusitas
Dalam
menanamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dapat
dilakukan dengan:
ü menanamkan
kebiasaan berdoa mulai TK;
ü memperkenalkan
hari-hari besar agama dan mengajak untuk menjalankannya dengan baik;
ü mendongeng
atau bercerita mengenai nilai-nilai agama;
ü memperkenalkan
macam-macam agama agar tumbuh sikap saling menghormati antar pemeluk agama; dan
ü menanamkan
keyakinan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam alam semesta
berasal dari Tuhan.
b. Sosialitas
Nilai
sosialitas dapat ditanamkan pada anak-anak SD melalui:
ü kegiatan
baris-berbaris untuk masuk kelas yang mengajarkan kebiasaan hidup bersama
secara benar, baik, dan tertib;
ü kegiatan
tugas kelompok bersama;
ü kegiatan
olahraga bersama; dan sebagainya.
Dengan
kegiatan ini akan memperkenalkan sikap sosialitas yang tinggi, komitmen, saling
menghargai, saling membantu, saling memerhatikan, dan saling menghormati satu
sama lain
c.
Gender
Pendidikan
jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga di Sekolah
Dasar, pada umumnya masih berupa olahraga dasar.Hal ini merupakan peluang dan
kesempatan terbuka untuk memberi kesempatan kepada anak perempuan untuk
mengikuti setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah.Selain untuk
pembentukan fisik,olahraga dapat digunakan untuk membentuk gambaran bahwa
perempuan pun dapat mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga,termasuk
kegiatan sepak bola sekalipun.
Melalui
olahraga anak perempuan dibentuk untuk tidak mengkristalkan pandangan bahwa
perempuan adalah makhluk lemah,lembek,dan hanya bisa melakukan kegiatan yang
ringan-ringan belaka. Pandangan yang berkembang dalam masyarakat dapat diubah
dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender dengan baik dan benar sejak
dini. Laki-laki dan perempuan memang beda dalam hal jenis kelamin(seks),tetapi
dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan,yang membedakan satu sama lain
adalah soal kemampuan saja.
d. Keadilan
Pada
kelas bawah(kelas 1,2,dan 3) jenjang sekolah dasar(SD),pengertian keadilan
sebaiknya lebih ditekankan pada hal-hal yang sifatnya fisik lahiriah dan kasat
mata(konkret),belum pada konsep yang luas dan mendalam.Dorongan dan pemberian
kesempatan untuk maju berpartisipasi di depan kelas,menjawab soal,menjalankan
tugas merupakan bagian dari keadilan awal yang perlu ditanamkan pada diri siswa
pada jenjang ini.Keadilan dalam kondisi dan konteks seperti ini perlu
dipertegas dengan sikap guru yang menjauhkan diri sikap dan penilaian
senang(like) dan tidak senang(dislike) atau pilih kasih terhadap seseorang atau
sekelompok siswa.
Pada
jelas tinggi(kelas 4,5,dan 6) jenjang sekolah dasar(SD),pengertian keadilan
sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan.Budaya dan
kebiasaan berpakaian dan berperilaku yang “pantas dan baik” bagi laki-laki dan
perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik yang berbeda mulai
ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci.Perbedaan fisik antara
laki-laki dan perempuan yang menyebabkan perlakuan lahiriah yang yang berbeda
dipahamkan pada anak didik di jenjang kelas ini.Namun demikian,juga perlu
diimbangi pada sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap berlaku pada
semua orang tanpa membedakan jenis kelamin.
Perlakuan
dan pemberian kesempatan serta hak dan kewajiban yang sama bagi laki-laki dan
perempuan secara wajar merupakan bagian dari pendidikan keadilan pada anak.Pada
jenjang sekolah dasar ini anak belum diajak untuk mengkaji konsep keadilan
secara mendalam,namun lebih rinci dibanding konsep pada kelas rendah.
e. Demokrasi
Melalui
pendidikan IPS dan PKn,nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan secara tepat dan
akurat.Melalui wahana bidang studi sosial tersebut penanaman jiwa dan nilai
demokerasi dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak didik.Sikap menghargai adanya
perbedaan pendapat secara wajar,jujur,dan terbuka merupakan dasar sikap
demokratis yang perlu ditanamkan pada anak didik di jenjang pendidikan dasar.Di
samping itu,anak didik juga perlu diajak dan dididik untuk membuat kesepahaman
dan kesepakatan bersama secara terbuka dan saling menghormati.
Sikap
demokratis berarti juga mengakui keberagaman dan perbedaan satu sama
lain.Melaui sikap demokratis anak didik diajak untuk terbuka dan berani
menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan
pada saat itu,atau dengan kata lain anak didik dalam demokrasi tidak dapat
memaksakan kehendak satu sama lain.Masing-masing pihak harus menjalin
komunikasi yang baik dan mencari win-win solution serta kesepakatan bersama
demi tujuan bersama yang telah dicita-citakan.Kesepakatan dalam konteks ini
bukan berarti jumlah yang besar(pihak mayoritas) yang menang atau yang kuat
bersuara yang menang,tetapi juga menghargai suara minoritas dan lebih
menjunjung tinggi prinsip kebenaran dan keadilan serta kebaikan bersama.
Prinsip-prinsip
di atas dapat diterapkan pada saat pemilihan pengurus kelas,pemilihan regu
pramuka,atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya.Pemilihan yang digelar bukan
berdasar senang atau tidak senang,namun berdasar pada prinsip mana yang terbaik
untuk perkembangan kelas dari kelompok-kelompok di masa depan.Dalam alam
demokrasi berarti juga masyarakat mempunyai tujuan bersama,harapan bersama,dan
keprihatinan bersama,prinsip dari siswa,oleh siswa,dan untuk siswa perlu
dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kelas-kelas yang demokratis.
f. kejujuran
Nilai
dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjang pendidikan
dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas.Dalam
konteks ini peranan guru sangat penting dalam mencermati proses koneksi
tersebut.Cara koreksi ini bukan semata-mata untuk meringankan tugas guru atau
memanfaatkan anak untuk membantu tugas guru,melainkan bertujuan secara
sungguh-sungguh untuk menanamkan kejujuran dan bertanggung jawab pada diri
siswa.Setelah kegiatan koreksi yang dilakukan oleh siswa selesai,guru perlu
melakukan koreksi ulang pekerjaan siswa satu per satu.Berdasarkan coretan dan
hasil tulisan yang tertera dalam lembar jawaban anak,akan terlihat kejujuran
dari anak.Setelah itu berdasarkan hasil pengamatannya guru dapat menyampaikan
nilai kejujuran dan tangggung jawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupannya
kelak.
g. Kemandirian
Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih kemandirian
siswa. Melalui kegiatan ini anak dilatih dan diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptimal
mungkin.Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses pengembangan ini.Untuk
anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya,baik dari sisi
akademis maupun nonakademis.Kegiatan nonakademis yang cukup menarik dan dikenal
secara universal adalah melalui kegiatan pramuka atau gerakan kepanduan lainnya
seperti Palang Merah Indonesia atau Palang Merah Remaja.
h. Daya Juang
Melalui
kegiatan olahraga,nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara
konkret.Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahap demi tahap dan
untuk mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat
juang.Selain menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi,kegiatan olahraga
juga merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas(kejujuran) yang
tinggi pada anak.Berani bersaing secara wajar,namun juga berani untuk menerima
kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati.
i. Tanggung
Jawab
Pembagian
tugas piket kelas secara bergiliran merupakan wahana penanaman nilai akan
tanggung jawab di lingkungan kelas atau persekolahan.Kebersihan dan kenyamanan
kelas bukan hanya tugas karyawan kebersihan sekolah,tetapi juga menjadi
tanggung jawab bersama.Untuk keperluan kelas maka keterlibatan anggota kelas
sangat penting.Dalam proses pengembangan tanggung jawab ini perhatian dan
pendampingan guru sangat penting agar apabila anak yang tidak mau bertugas
segera mendapat perhatian. Demikian juga apabila ada anak yang selalu menjadi
korban kemalasan temannya dapat dilindungi sehingga tanggung jawab dan
kebersamaan dalam kelas dapat terjalin dengan baik.
j. Penghargaan Terhadap
Lingkungan Awal
Pelaksanaan
tugas kerja bakti mengandung kegiatan proses pembelajaran yang sangat baik di
lingkungan persekolahan.Melalui kegiatan kerja bakti terkandung proses
penanaman nilai yang berkaitan dengan semangat kerjasama atau gotong rotong dan
penghargaan terhadap lingkungan alam. Pelaksanaan kerja bakti membutuhkan
perencanaan yang baik karena ada unsur penanaman nilai yang akan disampaikan
terutama berkaitan dengan tanggung jawab,kerja sama,gotong
royong,kecintaan,serta penghargaan terhadap lingkungan alam.Selain perencanaan
yang baik,juga dibutuhkan pengamatan dalam proses pelaksanaannya yang akan
menjadi titik pijak pendampingan selanjutnya,baik secara
personal,kelompok,maupun klasikal di lingkungan sekolah dasar.
2.
Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive
Moral Development Approach)
Pendekatan
ini mengkajikan pada berbagai ungkapan dan pemikiran moral.Guru dapat
mengarahkan anak dalam menerapkan proses pemikiran moral melalui diskusi
masalah moral sehingga peserta didik dapat membuat keputusan tentang pendapay
moralnya.Mereka akan menggambarkan tingkat yang lebih tinggi dalam pemikiran
moral,yaitu takut hukuman,melayani kehendak sendirim,menuruti peranan yang
diharapkan,menuruti dan menta’atiotoritas,berbuat untuk kebaikan orang
banyak,bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang universal.Cara yang
dapat digunakan dalam penerapan budi pekerti dengan pendekatan ini antara lain
melakukan diskusi kelompok dengan topik dilema moral,baik yang faktual maupun
yang abstrak(hipotetikal).
Banyak
topic yang dapat dipilih guru serta topic”hukuman terhadap siswa
terlambat”mengapa siswa yang terlambat harus dihukum,apa yang terlambat harus
dihukum,apa hukuman yang pantas untuk siswa yang terlambat dst.
Topik
berikutnya mengapa siswa tidak boleh melawan guru?Bagaimana kalau siswa tidak
mau mengerjakan PR?Jika guru marah dan memukul siswa,apa yang harus dilakukan
siswa?Jika siswa tidak membayar uang buku sampai pada bats waktu yang telah
ditentukan,apakah boleh guru tidak mengijinkan siswa belajar di kelas?
3.
Pendekatan Analisis (Values
Analysis Approach)
Pendekatan
ini menekankan agar peserta didik dapat menggunakan kemampuan berpikir logis
dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai
tertentu.Selain itu,peserta didik dalam menggunakan proses berpikir rasional
dan analitik dapat menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai
mereka sendiri.Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini,antara lain
diskusi terarah yang menuntut
argumentasi,penegasan bukti,penegasan prinsip,analisis terhadap kasus,debat,dan
penelitian.
Guru
dapat menjadi pemimpin diskusi kelas untuk membahas topik tentang berbagai
masalah pelanggaran nilai yang ada di masyarakat.Misalnya masalah tentang yang
ditemukannya heroin yang diseludupkan disalah satu bandara di Indonesia.Heroin tersebut dimasukkan dalam perut bayi.
Petugas
bandara curiga ketika melihat bayi yang sangat pucat digendong oleh seorang
wanita. Dan ketika diperiksa bayi tersebut adalah mayat. Pemeriksaan
selanjutnya ditemukan heroin di dalam perut bayi tersebut.
Betapa
kejamnya pelaku tersebut untuk memperoleh uang yang banyak dia rela
menghilangkan nyawa seorang bayi. Siswa dapat diminta tanggapannya dari
berbagai sudut pandang.
4.
Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values
Clarification Approach)
Pendekatan
ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam mengidentifikasi nilai-niali mereka sendiri dan nilai-nilai orang
lin.Selain itu pendekatan ini juga membantu peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri
kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan
berpikir rasional dan emosioanl dalam menilai perasaan,nilai,dan tingkah laku
mereka sendiri.Cara yang dapat dimanfatkan dalam pendekatan ini,antaralain bermain
peran,simulasi,analisis mendalam tentang nilai sendiri,aktivitas yang
mengembang Sensitivitas,kegiatan di luar kelas,dan diskusi kelompok.
Bermain
peran dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mengkomunikasikan secara
jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang
lain.Disamping mereka mendapat kesempatan untuk mengekspresikan nilai yang
mereka yakini,mereka pun dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional
dalam menilai perasaan,nilai,dan perilaku mereka.Guru dapat membuat scenario
sederhana tentang topik tertentu yang menyangkut kehidupan di rumah maupun di
sekolah.Kemudian membuat kartu peran yang harus dilakoni oleh siswa.Siapa yang
mendapat kartu peran harus memainkan skenario yang telah dibuat guru.Setelah
itu dilanjutkan dengan diskusi terhadap peranan dan dialog dari masing-masing
pemeran.Mereka diminta menanggapi perannya dn dialognya.Setelah ditanggapi
terlebih dahulu oleh teman-teman mereka.
5.
Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action
Learning Approach)
Pendekatan
ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti pada
pendekatan analisis dan klarifikasi nilai.Selain itu, pendekatan ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
kegiatan sosial serta mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri
sebagai makhluk yang senantiasa berinteraksi dalam kehidupan masyarakat.Cara
yang dapat digunakan dalam pendekatan ini,selain cara- cara pada pendekatan
analisis dan klarifikasi niali,adalah metode proyek kegiatan di
sekolah,hubungan antarpribadi,praktik hidup bermasyarakat dan berorganisasi.
Alangkah
baiknya jika setiap anak dapat berpartisipasi pada kegiatan di sekolah.Menghias
kelas untuk memperingati hari kemerdekaan merupakan penerapan metode proyek
yang pasti terlaksana yang disekolah.Namun demikian perlu direncanakan kegiatan
seperti itu untuk dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih banyak agar anak
memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dirinya.Mengunjungi panti asuhan dengan melakukan berbagai
kegiatan merupakan kegiatan yang baik dilaksanakan.Demikian juga untuk berbagai
kegiatan amal lainnya atau kegiatan
sosial lainnya seperti gotng royong membersihkan lingkungan sekolah dan
sekitarnya. Mereka juga dapat merencanakan dan merayakan hari ulang tahun di
sekolah dengan panitia pelaksana teman-teman mereka sekelas.Perayaan ulang
tahun tersebut dapat dirayakan secara bersama,misalnya acara perayaan ulang
tahun bersama untuk anak-anak yang lahir di bulan Maret atau bulan lainnya.
B.
STRATEGI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
1.
Upaya Pembinaan
Strategi yang dapat digunakan dalam
pelaksanaan pendidikan budi pekerti adalah upaya pembinaan. Pembinaan akan
berhasil dalam mewujudkan anak didik yang berbudi pekerti luhur hanya dengan
usaha kerja keras dan penuh kesabaran para guru, selain itu harus didukung
peran serta orang tua murid dan masyarakat. Dalam pembinaan diperlukan upaya
yang konsisten dan berkesinambungan dengan pendekatan yang tepat, yaitu sebagai
berikut:
a.
Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau mendukung, yang dapat terwujud
dengan pendekatan:
ü Dialogis,
antara guru dengan siswa, antara orang tua dan guru. Dialog dapat dilakukan
secara pribadi, kelompok, atau dengan seluruh siswa dalam kegiatan upacara
bendera.
ü Komunikatif,
harus tercipta suasana komunikasi yang baik antar sesama warga sekolah dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan yang ada.
ü Keterbukaan,
dialog ataupun komunikaasi yang dilakukan harus terbuka, para siswa diberi
kesempatan untuk mengembangkan pendapatnya.
b.
Mengoptimalkan pendidikan budi pekerti pada mata pelajaran agama dan PKn,
karena pada kedua mata pelajaran inilah lebih banyak pelajaran mengenai budi
pekerti. Guru harus mampu memilih dan menyampaikan materi yang berkaitan dengan
budi pekerti agar tercapai tujuan yang diharapkan.
c.
Mengintegrasikan budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya.
d.
Peningkatan kerja sama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada dasrnya
tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab Tripusat pendidikan yaitu
orang tua, sekolah/ pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, gna mendukung
terwujudnya pelaksanaan budi pekerti di sekiolah diperlukan adanya keterkaitan
dan kerja sama yang erat antara ketiganya.
2.
Sifat Pembinaan
Sifat-sifat yang mengandung budi
pekerti luhur antara lain sebagai berikut.
ü Bekerja
keras
ü Berdisiplin
ü Beriman
ü Bersyukur
ü Bertanggungjawab
ü Bertenggang
rasa
ü Cermat
ü Hemat
ü Jujur
ü Menghargai
karya orang lain
ü Menghargai
waktu
ü Pengendalian
diri
ü Rela
berkorban
ü Rendah
hati
ü Sabar
ü Setia
ü Sikap
tertib
ü Sopan
santun
ü Sportif
ü Susila
ü Tegas
ü Tekun
ü Tangguh
ü Tepat
janji
ü Ulet
Sifat-sifat
tersebut masih sebahagian saja, selanjutnya kepada guru dipersilahkan dan
diharapkan untuk menggali dan mengembangkannya dalam khazanah nilai budi
pekerti yang luas.
3.
Cara Mempertahankan Sikap yang Baik
Beberapa
cara yang dapat guru untuk mempertahankan sikap atau perilaku peserta didik
yang sudah baik adalah sebagai berikut:
a. Menciptakan
suasana belajar mengajar yang aman, tenang, dan menyenangkan dengan cara
membina hubungan baik antara guru dan peserta didik, berkomunikasi secara
terbuka sehingga tidak ada perasaan tertekan atau teakut kepada guru.
b. Memberikan
hadiah dan penghargaan. Hadiah dan penghargaan dapat berupa pujian kata-kata,
acungan jempol, senyuman, ataupun memberikan benda sederhana seperti pensil,
buku, ataupun permen.
4.
Cara Mencegah Perbuatan atau Perilaku yang Tidak Baik
Beberapa cara yang dapat dilakukan
oleh guru untuk mencegah perbuatan peserta didik yang tidak baik adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan
perhatian atau pelayanan yang adil sesuai dengan kebutuhan kepada setiap
peserta didik.
b. Menanamkan
kebiasaan berani mengakui kesalahan sendiri dan mau meminta maaf serta tidak
mau mengulangi lagi.
c. Memberikan
sanksi kepada anak yang melanggar aturan sekolah.
d. Memberikan
pengertian mengenai nilai-nilai budi pekerti melalui cerita-cerita.
e. Menghindari
penggunaan respons negative.
5.
Strategi Pengintegrasian Pendidikan Budi Pekerti
Penerapan
pendidikan budi pekerti di lingkungan persekolahan dapat dilakukan dengan
berbagai strategi pengintegrasian, antara lain sebagai berikut:
a. Pengintegrasian
Dalam Kehidupan Sehari-hari
Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat
dilakukan melalui cara:
ü Keteladanan
atau Contoh. Suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, guru,
ataupun staf administrasi dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik dan
pantas diteladani oleh peserta didik.
ü Kegiatan
Spontan. Guru mampu memberikan penjelasan dan jalan keluar mengenai suatu hal
yang terjadi di lingkungan sekolah, misalnya perkelahian siswa ataupun tindakan
lain yang kurang baik.
ü Teguran.
Guru peerlu memberikan teguran kepada siswa yang berperilaku kurang baik.
ü Pengkondisian
Lingkungan. Lingkungan sekolah harus dikondisikan dengan baik seperti
menyediakan tempat sampah, jam dinding, dan sebagainya.
ü Kegiatan
Rutin. Dilakukan peserta didik secara konsisten dan terus-menerus seperti
berbaris masuk kelas, berdoa, dan sebagainya.
b.
Pengintegrasian Dalam Kegiatan yang Telah Diprogramkan
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang
jika akan dilaksanakan terlebih dahulu dibuat perencanaannya atau diprogramkan
oleh guru. Hal ini dilakukan jika guru menganggap perlu memberikan pemahaman
atau prinsip-prinsip moral yang diperlukan. Berikut contoh kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengintegrasikan perilaku minimal dalam program kegiatan yang
direncanakan oleh sekolah.
Perilaku
Minimal
|
Contoh
Pengintegrasian
|
Taat ajaran agama
|
Diintegrasikan pada
kegiatan peringatan hari-hari besar keagamaan.
|
Toleransi
|
Diintegrasikan pada
kegiatan yang menggunakan metode tanya jawab atau diskusi.
|
Disiplin
|
Diintegrasikan pada
kegiatan olahraga, upacara bendera, atau penyelesaian tugas dari guru.
|
Tanggung jawab
|
Diintegrasikan pada
saat tugas piket kelas dan menyelesaikan tugas dari guru.
|
Kasih sayang
|
Diintegrasikan pada
saat melakukan kegiatan social dan kegiatan melestarika lingkungan.
|
Gotong royong
|
Diintegrasikan pada kegiatan
bercerita atau berdiskusi tentang gotong royong dan menyelesaikan tugas-tugas
keterampilan.
|
Kesetiakawanan
|
Diintegrasikan pada
kegiatan bercerita atau berdiskusi tentang koperasi atau pemberian sumbangan.
|
Hormat-menghormati
|
Diintegrasikan pada
saat menyanyikan lagu-lagu tentang hormat-menghormati pada kegiatan drama dan
sebagainya
|
Sopan santun
|
Diintegrasikan pada
kegiatan bermain drama dan berlatih membuat surat.
|
Jujur
|
Diintegrasikan pada
saat melakukan percobaan, menghitung, bermain, dan bertanding.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari uraian materi di atas dapat
kita simpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan budi pekerti dapat dilaksanakan
dengan pendekatan dan strategi. Pendekatan yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
ü Pendekatan
penanaman nilai
ü Pendekatan
perkembangan moral kognitif
ü Pendekatan
analisis nilai
ü Pendekatan
klarifikasi nilai
ü Pendekatan
pembelajaran berbuat
Sedangkan
strategi pelaksanaannya dilakukan melalui upaya pembinaan, yaitu menciptakan
situasi yang kondusif, komunikatif, dan terbuka. Mengoptimalkan pendidikan budi
pekerti dalam pendidikan agama dan PKn serta mengintegrasikannya dalam
pelajaran lain, meningkatkan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan
masyarakat. Disamping itu juga mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari
melalui cara keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan,
dan kegiatan rutin.
B.
Saran
Dari penguraian
makalah ini kita sebagai mahasiswa dan tenaga pendidik harus mampu memahami
makna serta jenis-jenis pendekatan dan strategi pelaksanaan pendidikan budi
pekerti di keluarga, di lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Dari semua itu hal yang paling penting adalah penerapannya dalam menciptakan
individu yang berbudi pekerti luhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar