Jumat, 06 September 2013

Makalah Puisi Lama





MAKALAH

JENIS-JENIS PUISI LAMA



 







JASON WALKER PANGGABEAN
11070124
Bahasa Indonesia IV A


Mata Kuliah:
PUISI INDONESIA
Dosen:
Drs. YUSNI KHAIRUL AMRI LUBIS, M.HUM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
“STKIP TAPANULI SELATAN”
PADANGSIDIMPUAN
2013
 



ABSTRAK
JASON WALKER PANGGABEAN. 11070124. JENIS-JENIS PUISI LAMA. MAKALAH. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA. STKIP TAPSEL.

           
            Makalah ini merupakan paparan materi perkuliahan yang membahas atau mengkaji mengenai jenis-jenis puisi lama. Adapun pengertian puisi lama yaitu puisi yang belum mendapat pengaruh dari puisi barat atau puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan tertentu seperti jumlah baris tiap bait, jumlah kata atau suku kata, rima atau persajakan dan irama.
            Berdasarkan hasil library research atau pengumpulan informasi kepustakaan maka diperoleh pengertian dan jenis-jenis puisi lama yaitu mantra, pantun, sajak, syair, karmina, talibun, seloka, gurindam, bidal, masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa walaupun puisi lama dikatakan tradisional tetapi masih tetap hidup dan lestari di kalangan masyarakat Indonesia pada khusunya. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penggunaannya di lingkungan masyarakat.

Kata-kata kunci: puisi, puisi lama, mantra, pantun, sajak, syair, karmina, talibun, seloka, gurindam, bidal, masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Puisi yang sering kita sebut kata-kata indah yang bermakna dan mengandung pesan kerap kali hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Memang pemahaman tentang puisi secara baik jarang kita temui pada masyarakat umum dan bahkan pada anak sekolah atau pelajar. Mereka sering sekali mengatakan puisi hanya sebatas kata-kata indah, padahal sejatinya puisi ada yang mengandung kata-kata kasar, serapah, dan mengutuk.
Membuat sebuah puisi dianggap segelintir orang adalah pekerjaan yang mudah begitu juga memaknainya. Tetapi dalam prakteknya membuat puisi ataupun memaknainya adalah pekerjaan yang sukar dan tidak bias dilakukan begitu saja. Kita harus memiliki pemahaman tentang puisi yang cukup agar kita mampu memahaminya.
Jenis puisi sangat beragam dan sangat banyak pihak yang membuatnya. Pada umumnya kita mengenal adanya puisi lama dan puisi baru. Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh suatu peraturan tertentu dan puisi baru adalah puisi yang lebih bebas walaupun masih mengandung peraturan tertentu. Kita sering kali salah dalam menentukan jenis suatu puisi yang kit abaca. Oleh karenanya, kita harus mengetahui makna dan jenis puisi yang ada agar kita bias mengetahui jenisnya saat kita membacanya dan dapat juga melestarikannya sebagai suatu budaya dan kekayaan bangsa kita.
Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini yang berisi materi penjelasan salah satu jenis puisi yaitu puisi lama dengan tujuan agar pembaca mengetahui dan memiliki pemahaman yang baik tentang puisi lama sebagai suatu wawasan.




1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a.       Pengertian puisi;
b.      Unsur-unsur puisi;
c.       Jenis-jenis puisi;
d.      Pengertian puisi baru dan jenisnya; dan
e.       Pengertian puisi lama dan jenisnya.

1.3  Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak mengambang maka penulis membatasinya pada pengertian puisi lama dan jenisnya.

1.4  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a.       Apakah pengertian dari puisi lama?
b.      Apa sajakah yang menjadi jenis-jenis puisi lama?

1.5  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah selain untuk memenuhi penyelesaian tugas mata kuliah Puisi Indonesia, juga untuk memberi penjelasan berupa materi untuk menambah pengetahuan atau wawasan pembaca mengenai puisi lama.

1.6  Manfaat
Manfaat penulisan makalah adalah memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada pembaca mengenai puisi lama.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi Lama
Puisi adalah untaian kata-kata yang merupakan ungkapan perasaan penyair yang memiliki nilai keindahan dengan kata-kata yang singkat namun bermakna amat luas sesuai dengan penafsiran atau penggambaran pembacanya. Dunton (dalam Pradopo, 1993:6) berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Sedangkan menurut Uned (2010:36) puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Jadi, puisi adalah ragam sastra sebagai media pengungkapan perasaan dan pikiran yang bernilai indah dan bersifat fiksi.
Brooks, dkk (dalam Tarigan, 2008:76) menyatakan bahwa fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersiat historis, dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi sastranya.  Artinya, dalam memaknai sebuah karya yang bersifat fiksi, kita sebagai pembaca atau penikmat memiliki kebebasan untuk menafsirkan maksud dan tujuan penyair dalam karyanya sesuai dengan pemahaman kita. Kita dapat menemukan sendiri ide dan perasaan penyair sesuai daya imaji yang kita miliki.
Berdasarkan waktunya, salah satu jenis puisi yang kita kenal adalah puisi lama. Menurut Uned (2010:36) puisi lama adalah puisi Indonesia yang belum terpengaruh puisi barat. Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu. Aturan-aturan yang mengikat tersebut antara lain:
a.       Jumlah kata dalam 1 baris;
b.      Jumlah baris dalam 1 bait;
c.       Persajakan (rima), yaitu pengulangan bunyi yang berselang;
d.      Irama, yaitu alunan yang tercipta oleh kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi;
e.       Banyak suku kata tiap baris.
Puisi lama juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (http://www.wikipedia.com) :
a.       Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya (anonim);
b.      Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan; dan
c.       Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

2.2 Jenis Puisi Lama
            Puisi lama memiliki beragam jenis, yaitu sebagai berikut (http://www.okrek.com):
a. Mantra
Menurut Uned (2010:37) mantra adalah puisi yang berisi ucapan-ucapan yang dianggap mengandung kekuatan gaib dan biasanya diucapkan oleh seorang atau beberapa orang pawang. Mantra adalah kata atau ucapan yang mengandung hikmah dan kekuatan gaib. Kekuatan mantra dianggap dapat menyembuhkan atau mendatangkan celaka. Keberadaan mantra dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat kepercayaan. Hanya orang yang ahli yang boleh mengucapkan mantera, misalnya pawang atau dukun.
Ciri-ciri mantra:
1)      Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
2)      Bersifat lisan, sakti atau magis
3)      Adanya perulangan
4)      Metafora merupakan unsur penting
5)      Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
6)      Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan (http:www.okrek.com).
Contoh: 
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b. Pantun
Pantun adalah sajak pendek, tiap-tiap kolet biasanya empat baris ab ab dan dua baris yang dahulu biasanya untuk tumpuan saja (Ali, 2006:288) Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Ciri-ciri pantun:
1)      Setiap bait terdiri 4 baris
2)      Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3)      Baris 3 dan 4 merupakan isi
4)      Bersajak a – b – a – b
5)      Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6)      Berasal dari bahasa Melayu
Contoh :
Berburu ke padang datar (a)
Mendapat rusa belang kaki (b)
Berguru kepalang ajar (a)
Bagai bunga kembang tak jadi (b)
                        (Balai Pustaka, 2008:217)

Pantun yang kita kenal dalam masyarakat Indonesia memiliki keanekaragaman atau variasi (http:www.sekolahdi.blogspot.com).
1) Pantun Anak-anak
Contoh :
Elokrupanya sikumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
                        (Balai Pustaka, 2008:20)
2) Pantun Muda-mudi
Contoh :
Dari jauh kapallah datang
Berlabuh dekat pulau Pandan
Dari jauh kakanda datang
Rsa semangat pulang ke badan
                        (Balai Pustaka, 2008:117-118)




3) Pantun Orang Tua
Contoh :
Bagai puisi, puisi indah
Dipetik hidup di pucuk belati
Bagai bocah, bocah bermadah
Lupa diri menyusur di lorong mati
                        (S. Wiraatmadja dalam H.B. Jassin, 1982:283)
4) Pantun Jenaka
Contoh:
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
                        (Balai Pustaka, 2008:206)
5) Pantun Teka-teki
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

c. Sajak
Menurut H.B. Jassin (dalam http:www.okrek.com) sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang dapat menjadi renungan masyarakat .Sedangkan Abdul Hadi W.M. (dalam http:www.okrek.com) menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari kebenaran. Katanya lagi, "dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara batiniah". Oleh karena itu, di dalam sajak harus ada gagasan dan keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai kemanusiaan.
 Ciri-ciri sajak antara lain berasal dari perkataan Arab “saj” yang bermaksud karangan puisi, sebagai puisi modern, bentuknya bebas dari pada puisi dan syair, pemilihan kata-kata yang indah.
Contoh:
"Sebatang Lisong"
Penyair-penyair salon
Yang bersajak tentang anggur dan rembulan
Sementara ketidakadilan terjadi disampingnya
Dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan
Termangu-mangu di kaki dewi kesenian

d. Syair
        Menurut Uned (2010:37) syair adalah puisi lama yang terdiri atas 4 (empat) baris yang berakhir dengan bunyi yang sama (berirama aaaa). Puisi lama yang berasal dari Arab, yang memiliki ciri-ciri setiap bait terdiri dari 4 baris dan semua baris merupakan isi, jadi tidak memiliki sampiran, setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata yang biasanya berisi nasehat, dongeng ataupun cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

e. Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek (http:www.wikipedia.com).

Ciri-ciri:
1)      Setiap bait terdiridari 2 baris
2)      Baris pertama merupakan sampiran
3)      Baris kedua merupakan isi
4)      Bersajak a-a
5)      Setiapbaris terdiri dari 8-12 suku kata
Contoh: 
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

f. Talibun
Menurut Ali (2006:486) talibun adalah sajak yang lebih dari empat baris, biasanya terdiri dari 6 atau 20 baris yang bersamaan bunyi akhirnya. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya.
Ciri-ciri:
1)      Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
2)      Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
3)      Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
4)      Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
5)      Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh: 
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu 
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu 

g. Seloka
Seloka adalah sajak yang mengandung ajaran, sindiran, dan sebagainya (Ali, 2006:405). Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Ciri-ciri:
1)      Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
2)      Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh :
Lurusjalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati takkan  rusuh,
Ibu mati bapak berjalan


Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
h. Gurindam
Menurut Uned (2010:37) gurindam adalah sajak dua baris yang mengandung petuah atau nasehat. Gurindam adalah satu bentuk puisi yang berasal dari Tamil (India)  yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-ciri:
1)      Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2)      Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
3)      Isinyamerupakannasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatu sebab akibat.
Contoh: 
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (a)
Bagai rumah tiada bertiang (a)
Jika suami tiada berhati lurus (a)
Istri pun kelak menjadi kurus (a)




i. Bidal
Menurut Ali (2006:40) bidal adalah pribahasa atau pepatah yang mengandung nasehat. Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, memiliki rima dan irama, sehingga digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesustraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindiran atau pengertian tertentu ini termasuk salah satu bentuk sastra tertua. Ciri-ciri bidal yaitu bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif yang bertujuan menangkis, menyanggah, dan menyindir. Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tetapi dengan sindiran, ibarat, dan perbandingan.  Dalam tataran teori makna bidal sering disamakan dengan ungkapan atau pepatah. Kategori bidal yaitu ungkapan, peribahasa, perumpamaan, tamsil, pepatah, dan pameo (http://www.okrek.com):
1)      Ungkapan yaitu peribahasa yang berbentuk kelompok kata.
Contoh: Tebal muka artinya tidak punya malu.
2)      Peribahasa yaitu bahasa kiasan atau figuratif yang bisa berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya.
Contoh: Bagai kerbau dicocok hidungnya artinya tidak ada pendirian.
3)      Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi perbandingan-perbandingan, biasanya menggunakan kata-kata bak, laksana, umpama, dan bagai.
Contoh: Bagai kucing lepas senja artinya sangat senang hingga lupa pulang.
4)      Tamsil yaitu seperti perumpamaan yang diikuti bagian kalimat yang menjelaskan.
Contoh: Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
5)      Pepatah yaitu kiasan tetapi yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
Contoh: Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua, artinya budi baik seseorang itu jangan dilupakan.
6)      Pameo merupakan peribahasa ang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan semangat/menghidupkan suasana.
Contoh: Gantungkan cita-citamu setinggi langit artinya agar kita tidak pesimis dan berusaha untuk mencapai cita-cita itu.

            Selain jenis di atas ada juga jenis puisi lama yang berasal dari Arab namun kurang popular penggunaannya, yaitu masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal (http://abdularief78.blogspot.com/search/label/pendidikan):
j. Masnawi
Masnawi adalah bentuk sajak Persia (Ali, 2006:244). Yaitu jenis puisi melayu lama yang berasal dari Arab-Parsi. Puisi ini berisi puji pujian tentang tingkah laku seseorang yang mulia.
Ciri-ciri:
1)      Jumlah larik dan barisnya tergolong bebas
2)      Skema rima berpasangan (aa,bb,cc,……)
3)      Memuji-muji orang
Contoh:
UMAR
Umar yang adil dengan perinya
Nyatalahpun adil sama sendirinya
Dengan adil itu anaknya dibunuh
Itulah adalah yang benar dan sungguh
Dengan bedah antara isi alam
Ialah yang besar pada siang dan malam
Lagi pun yang menjauhkan segala syar
Imamu`ilhak di dalam kandang mahsyar
Barang yang hak tat`ala katakan begitu
Maka katanya sebenarnya begitu

k. Ruba’i
Rubai yaitu sajak empat baris (Ali, 2006:365). Rubai merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang.
Contoh:
Subhanahu allah apa segala hal manusia
Yang tubuhnya dalam tanah jadi duli yang sia
Tanah ini kujadikan tubuhnya kemudian
Yang ada dahulu ada padanya terlalu mulia

l. Khit’ah
Khit’ah yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
Contoh:
Jikalau kulihat dalam tanah pada ihwal sekalian ihsan,
Tiada kudapat bedakan pada antara rakyat dan sultan,
Fana juga sekalian yang ada, dengarkan yang Allah selalu berfirman,
Kullu man`alaiaha fanin, yaitu,
Barang siapa yang ada di dalam bumi itu fana juga

m. Nazam
Nazam yaitu puisi lama yang terdiri dari dua belas baris sebait. Nazam berisi tentang hamba raja yang setia.
Contoh:
Sukar hendak menyelami perasaan dan hati wanita
Sama seperti sulitnya memahami bahasa ombak
Berdiri di tepian pantai aku terpesona oleh keindahan laut
Tiupan bayu serta lambaian pohon-pohon kelapa
Namun menatap wajah wanita
Aku tergoda oleh senyumannya yang menyalakan rindu
Seperti terdapat banyak wanita maka begitulah pula
Ada ramai lelaki namun ketiadaan wanita
Mampu menukarkan dunia menjadi sebuah padang sepi
Yang kosong dan bisu
Terima kasih wanita
Tanpamu aku tak akan lahir ke alam ini!

n. Gazal
Gazal yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau oktaf).
Contoh:
Kekasihku,
Seperti senyawa pun adalah terkasih,
Termulia juga
Dan nyawaku pun,
Mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika 1000 tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga
Hanya jika pada nyawa itu hampir dengan sedia suka juga
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Puisi yang lahir sebelum masa penjajahan Belanda. Sifat masyarakat lama yang statis dan objektif, melahirkan bentuk puisi yang statis pula, yaitu sangat terikat pada aturan tertentu.
Adapun aturan-aturan yang mengikat tersebut, yaitu jumlah kata dalam 1 baris, jumlah baris dalam 1 bait, persajakan (rima), yaitu pengulangan bunyi yang berselang, irama, yaitu alunan yang tercipta oleh kalimat, panjang pendek, dan kemerduan bunyi, banyak suku kata tiap baris. Puisi lama memiliki beragam jenis, yaitu mantra, pantun, sajak, syair, karmina, talibun, seloka, gurindam, bidal, masnawi, ruba’i, khit’ah, nazam, dan gazal.

3.2 Saran
            Kita sebagai mahasiswa khususnya yang duduk di jurusan Bahasa Indonesia harus memiliki pengetahuan yang baik tentang bahasa yang dalam hal ini mengenai puisi lama. Hal itu tentu saja akan terwujud apabila kita rajin membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis wawasan kita akan berkembang dan akan semakin matang.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Imani
Balai Pustaka. 2008. Pantun Melayu. Jakarta: Balai Pustaka
Jassin, H.B. 1982. Angkatan 66 Prosa dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung
Junaedi, Uned. 2010. Materi Penting Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Ciamis: Mekar Mandiri
Pradopo, R.D. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Website:
http://www.okrek.com diakses 10:23 23/02/2013
http://www.sekolahdi.blogspot.com diakses 10:25 23/02/2013
http://www.wikipedia.com diakses 10:02 23/02/2013
 

 



1 komentar: