Sabtu, 07 September 2013

Makalah Kalimat Majemuk

BAB I
PENDAHULUAN
            Kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan yang penting bagi seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa harus mampu menuliskan gagasan, ide, dan pemikirannya dalam ragam tulis yang baku. Kegiatan menulis sangat mendukung berhasil atau tidaknya suatu ide yang dikemukakan. Suatu tulisan yang memiliki tatanan dan susunan kalimat yang baik, ide dan gasasan yang disampaikan akan mendapat tanggapan yang baik.
            Kegiatan menulis tidak lepas dari penyusunan kalimat. Kita seringkali melihat hasil tulisan seorang mahasiswa dalam berbagai bentuk wacana. Wacana tersusun oleh rangkaian paragrap-paragrap yang saling berkaitan. Paragrap tersusun oleh rangkaian kalimat-kalimat. Masalah yang sering muncul adalah kesalahan dalam penyusunan fungsi-fungsi dalam kalimat. Akibatnya terjadi salah penafsiran makna oleh pembaca atau pendengar.
            Penyebab dari kesalahan tersebut adalah k
urangnya pemahaman terhadap penyusunan pola-pola kalimat, sehingga kita tidak bisa membedakan mana kalimat tunggal, kalimat majemuk, ataupun kalimat yang lainnya. Jika tidak bisa membedakan jenis kalimat, sudah pasti kita tidak bisa menyusun atau membuat kalimat yangt baik atau benar sesuai dengan ragam kalimat yang ada.
            Hal lain yang menyebabkan kurangnya kemampuan penulis khususnya mahasiswa dalam menyusun kalimat adalah karena tidak adanya minat baca. Mahasiswa malas atau tidak mau membaca tulisan-tulisan yang berkualitas, dalam arti tulisan yang memangsesuai dengan standar bahasa Indonesia yang baik, sehingga pengalaman membaca tidak berperan dalam peningkatan kualitas menulisnya.
            Kita juga tidak dapat memungkiri bahwa di sekitar kita tidak banyak bahan bacaan yang memang benar-benar baik untuk dijadikan sebagai contoh dalam penulisan. Tulisan yang kita temui adalah tulisan yang tidak mengikuti tata tulisan yang sesuai dengan tata bahasa, misalnya tulisan-tulisan yang disajikan di media elektronik ataupun media cetak masih banyak sekali yang mengalami kesalahan baik deri segi pola, sasaran, hingga makna kalimatnya.
            Semua faktor tersebut berpengaruh pada kepiawaian menulis masyarakat yang kurang baik. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini yang membahas mengenai salah satu jenis kalimat, yaitu kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar. Dengan memahami kalimat majemuk maka kita akan dapat membedakannya dengan jenis kalimat yang lain dan mampu menyusun atau menciptakan kalimat majemuk sesuai dengan situasi atau keadaan.
            Tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Sintaksis, juga untuk menyajikan bahan pembelajaran atau perkuliahan kepada pembaca mengenai kalimat majemuk. Manfaat mempelajari kalimat majemuk adalah memberi tambahan wawasan atau pengetahuan kepada pembaca atau pendengar mengenai tata tulis kalimat yang sesuai dengan standar yang baik dalam tata bahasa Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Kalimat Majemuk
Menurut Bambang dan Negoro, (1975: 52), bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terbentuk atas dua pola kalimat atau lebih. Artinya kalimat itu memiliki dua subjek dan dua predikat.
Contoh: Usaha mereka berhasil, keduanya bersyukur kepada Allah.
Selanjutnya Gorys Keraf, (1984: 167-168) menyatakan kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
1.      Ayah menulis surat, ibu berdiri disampingnya.
2.      Ayah menulis surat, sambil ibu berdiri disampingnya.
Sedangkan, Ambari  (1983: 156-157) menyatakan kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas, hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola yang ada.
Contoh:
1.  Angin bertiup. Hujan turun.
2.  Angin bertiup, hujan pun turun. 
Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal yang membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang sudah ada. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.
Contoh: Ketika adik tidur dan kakak sedang membaca buku, ayah pergi ke kantor.

2.2 Jenis Kalimat Majemuk
Menurut Ramlan (1987), mengatakan bahwa kalimat majemuk dapat dikelompokkan dalam empat   jenis sebagai berikut:
2.2.1  Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
Menurut Ambari (1983: 156-157) kalimat majemuk setara ialah kalimat gabung yang hubungan antara pola-pola kalimat didalamnya seharkat  atau sederajat.
Contoh:
a.       Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar.
Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar.
b.      Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi teman-temannya.
Ia pelajar paling pandai di kelasnya, sebab itu disenangi teman-temannya.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai dua klausa atau lebih yang berkedudukan setara. Tidak ada klausa atau pola kalimat yang menduduki suatu fungsi pada kalimat yang lain. Jadi, tidak ada yang menduduki anak kalimat.
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara terbagi tiga yaitu:
a. Kalimat majemuk setara penjumlahan, ditandai oleh sambungan dan, lalu,dan lagi.
Contoh:
1.      Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan menjadi surut kalau dibiarkan menganggur.
2.      Dia rajin lagi pandai
b. Kalimat majemuk setara pemilihan ditandai oleh kata penghubung atau.
Contoh: Dipukul atau ditampar sama saja sakitnya
c. Kalimat majemuk setara pertentangan, ditandai oleh kata penghubung tetapi dan  melainkan.
Contoh:
1. Bukan Arif yang main drama itu, tetapi Alam
2. Menabung bukanlah untuk memperkaya diri, melainkan untuk mmbiasakan diri hidup hemat.
2.2.2  Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan. Hal itu terjadi karena kata-kata atau frase dalam bagian-bagian kalimat itu menduduki fungsi yang sama. Proses perapatan dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama itu.
a.    Kalimat majemuk rapatan subyek
Contoh:
Pak Bahrum guru olah raga
   S                        P
Pak Bahrum,  ketua pemuda
   S                        P
Pak Bahrum,  guru olah raga  dan ketua pemuda
   S                        P1                Konj.     P2
b.    Kalimat majemuk rapatan predikat
Contoh:
Asep bermain basket
    S         P        Pel          
Anto  bermain  basket
    S         P        Pel          
Asep   dan  Anto   bermain basket
  S1     konj.   S2         P          Pel
c.       Kalimat majemuk rapatan keterangan
Contoh:
Dalam liburan nanti  saya  akan pergi  ke Tasikmalaya
                     K1                     S             P                    K2
Dalam liburan nanti  adik akan menengok nenek di Ciamis
                     K1           S                         P                  K2
Dalam liburan nanti  saya  akan pergi  ke Tasikmalaya sedangkan
                     K1             S                 P                 K2        konj.
adik  akan menengok  nenek  di  Ciamis
  S              P                   O              K3   

2.2.3  Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat.  Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantian/perubahan dinamai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
a.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung  jika, seandainya, dan  andaikata.
Contoh:
1. Jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu.
2. Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang sedemikian banyak.
b.      Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, dan  laksana.
Contoh:
1.      Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya.
2.      Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.
c.       Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban ditandai oleh kata sambung sebab, karena, dan oleh karena.
Contoh:
1. Borobudur tentu bukan nama resminya, sebab biasanya suatu bangunan   mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam keagamaan.
2.  Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit.
3. Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda terhadap teori struktural.
d.  Kalimat majemuk bertingkat hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga, sampai-sampai, dan maka.
Contoh:
1.  Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
2.  Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak.
3. Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan museum-museum   Angkatan Perang yang telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern.
e.   Kalimat majemuk bertingkat hubungan cara ditandai oleh kata sambung  dengan.
Contoh: Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka.
f.   Kalimat majemuk bertingkat hubungan penjelasan ditandai kata sambung bahwa, dan yaitu.
Contoh:
1.      Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh perhatian kepadaku.
2.      Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan membuang pohon-pohon yang tumbuh disekitarnya.
g.  Kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika, sewaktu dan semasa.
Contoh: Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor.
2.2.4   Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Menurut Abdul Chaer (1994:246) kalimat majemuk campuran adalah campuran dari kalimat majemuk koordinatif (setara) dan kalimat majemuk bertingkat (subordinatif). Dalam kalimat majemuk campuran, sekurang-kurangnya dibentuk tiga kalimat tunggal.
Contoh:
a.       Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan ibu selesai memasak.
b.      Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari uraian pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
a.       Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal yang membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang sudah ada. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih. Contoh: Ketika adik tidur dan kakak sedang membaca buku, ayah pergi ke kantor.
b.      Kalimat majemuk terbagi menjadi empat, yaitu:
1.      Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai dua klausa atau lebih yang berkedudukan setara. Contoh: Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar.
2.      Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan. Contoh:
Asep bermain basket
Anto  bermain  basket
Asep   dan  Anto   bermain basket
3.      Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yakni yang satu menjadi bagian yang lain. Contoh: Ketika saya masih tidur ayah berangkat ke sekolah.
4.      Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Contoh: Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan ibu selesai memasak.
3.2 Saran
            Sebagai mahasiswa calon guru, kita harus bisa menguasai tata cara penulisan yang baik, salah satunya adalah penulisan kalimat. Kita harus bisa membedakan dan menyususn berbagai jenis kalimat agar kelak kita bisa mengajarkannya kepada anak didik kita dengan baik dan benar. Oleh karena itu, marilah kita perbanyak belajar agar bisa menjadi individu yang berpengetahuan. Kuasailah kalimat agar kita bisa menguasai bahasa dan mengungkapkannya lewat karya tulis. Tulisan yang baik akan berm,anfaat baik pula bagi pembacanya.

















DAFTAR PUSTAKA

Ambari, Abdullah. 1983. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung:  Djatnika.
Bambang dan Negoro. 1975. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia. Jakarta:  Yudhistira.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1987. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Koryono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar