BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan menulis merupakan suatu
kegiatan yang penting bagi seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa harus mampu
menuliskan gagasan, ide, dan pemikirannya dalam ragam tulis yang baku. Kegiatan
menulis sangat mendukung berhasil atau tidaknya suatu ide yang dikemukakan.
Suatu tulisan yang memiliki tatanan dan susunan kalimat yang baik, ide dan
gasasan yang disampaikan akan mendapat tanggapan yang baik.
Kegiatan menulis tidak lepas dari
penyusunan kalimat. Kita seringkali melihat hasil tulisan seorang mahasiswa
dalam berbagai bentuk wacana. Wacana tersusun oleh rangkaian paragrap-paragrap
yang saling berkaitan. Paragrap tersusun oleh rangkaian kalimat-kalimat.
Masalah yang sering muncul adalah kesalahan dalam penyusunan fungsi-fungsi
dalam kalimat. Akibatnya terjadi salah penafsiran makna oleh pembaca atau
pendengar.
Penyebab dari kesalahan tersebut
adalah k
urangnya
pemahaman terhadap penyusunan pola-pola kalimat, sehingga kita tidak bisa
membedakan mana kalimat tunggal, kalimat majemuk, ataupun kalimat yang lainnya.
Jika tidak bisa membedakan jenis kalimat, sudah pasti kita tidak bisa menyusun
atau membuat kalimat yangt baik atau benar sesuai dengan ragam kalimat yang
ada.
Hal lain yang menyebabkan kurangnya
kemampuan penulis khususnya mahasiswa dalam menyusun kalimat adalah karena
tidak adanya minat baca. Mahasiswa malas atau tidak mau membaca tulisan-tulisan
yang berkualitas, dalam arti tulisan yang memangsesuai dengan standar bahasa
Indonesia yang baik, sehingga pengalaman membaca tidak berperan dalam
peningkatan kualitas menulisnya.
Kita juga tidak dapat memungkiri
bahwa di sekitar kita tidak banyak bahan bacaan yang memang benar-benar baik
untuk dijadikan sebagai contoh dalam penulisan. Tulisan yang kita temui adalah
tulisan yang tidak mengikuti tata tulisan yang sesuai dengan tata bahasa,
misalnya tulisan-tulisan yang disajikan di media elektronik ataupun media cetak
masih banyak sekali yang mengalami kesalahan baik deri segi pola, sasaran,
hingga makna kalimatnya.
Semua faktor tersebut berpengaruh
pada kepiawaian menulis masyarakat yang kurang baik. Oleh karena itu, penulis
menyusun makalah ini yang membahas mengenai salah satu jenis kalimat, yaitu
kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa
kalimat dasar. Dengan memahami kalimat majemuk maka kita akan dapat
membedakannya dengan jenis kalimat yang lain dan mampu menyusun atau
menciptakan kalimat majemuk sesuai dengan situasi atau keadaan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah selain
untuk memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Sintaksis, juga untuk
menyajikan bahan pembelajaran atau perkuliahan kepada pembaca mengenai kalimat
majemuk. Manfaat mempelajari kalimat majemuk adalah memberi tambahan wawasan
atau pengetahuan kepada pembaca atau pendengar mengenai tata tulis kalimat yang
sesuai dengan standar yang baik dalam tata bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Kalimat Majemuk
Menurut Bambang dan Negoro, (1975: 52), bahwa kalimat majemuk adalah
kalimat yang terbentuk atas dua pola kalimat atau lebih. Artinya kalimat itu
memiliki dua subjek dan dua predikat.
Contoh: Usaha
mereka berhasil, keduanya bersyukur kepada Allah.
Selanjutnya Gorys Keraf, (1984: 167-168) menyatakan kalimat majemuk
adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang
baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh:
1.
Ayah menulis surat, ibu berdiri disampingnya.
2.
Ayah menulis surat, sambil ibu berdiri disampingnya.
Sedangkan, Ambari (1983: 156-157)
menyatakan kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas, hasil penggabungan
atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu atau lebih pola kalimat
baru disamping pola yang ada.
Contoh:
1. Angin
bertiup. Hujan turun.
2. Angin
bertiup, hujan pun turun.
Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal yang membentuk satu
atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang sudah ada. Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal atau lebih.
Contoh: Ketika adik tidur dan
kakak sedang membaca buku, ayah pergi ke kantor.
2.2 Jenis Kalimat Majemuk
Menurut Ramlan (1987), mengatakan bahwa kalimat majemuk dapat
dikelompokkan dalam empat jenis sebagai
berikut:
2.2.1
Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
Menurut Ambari (1983: 156-157) kalimat majemuk setara ialah kalimat
gabung yang hubungan antara pola-pola kalimat didalamnya seharkat atau sederajat.
Contoh:
a.
Ayah berangkat ke kantor. Ibu pergi ke pasar.
Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi ke pasar.
b.
Ia pelajar paling pandai di kelasnya. Ia disenangi
teman-temannya.
Ia pelajar paling pandai di kelasnya, sebab itu disenangi
teman-temannya.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai dua klausa atau
lebih yang berkedudukan setara. Tidak ada klausa atau pola kalimat yang
menduduki suatu fungsi pada kalimat yang lain. Jadi, tidak ada yang menduduki
anak kalimat.
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang
hubungan antar unsur-unsurnya setara atau sederajat. Kalimat majemuk setara
terbagi tiga yaitu:
a. Kalimat majemuk setara penjumlahan, ditandai oleh
sambungan dan, lalu,dan lagi.
Contoh:
1.
Pikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan akan
menjadi surut kalau dibiarkan menganggur.
2.
Dia rajin lagi pandai
b. Kalimat majemuk setara
pemilihan ditandai oleh kata penghubung atau.
Contoh: Dipukul atau ditampar sama saja
sakitnya
c. Kalimat majemuk setara pertentangan, ditandai oleh
kata penghubung tetapi dan melainkan.
Contoh:
1. Bukan Arif yang main drama itu, tetapi Alam
2. Menabung bukanlah untuk memperkaya diri, melainkan
untuk mmbiasakan diri hidup hemat.
2.2.2 Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang
bagian-bagiannya dirapatkan. Hal itu terjadi karena kata-kata atau frase dalam
bagian-bagian kalimat itu menduduki fungsi yang sama. Proses perapatan
dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama itu.
a.
Kalimat majemuk rapatan subyek
Contoh:
Pak Bahrum guru olah
raga
S P
Pak Bahrum, ketua pemuda
S P
Pak Bahrum, guru olah raga dan ketua pemuda
S P1
Konj. P2
b.
Kalimat majemuk rapatan predikat
Contoh:
Asep bermain basket
S P Pel
Anto bermain basket
S P Pel
Asep dan Anto
bermain basket
S1 konj.
S2 P
Pel
c.
Kalimat majemuk rapatan keterangan
Contoh:
Dalam liburan nanti saya
akan pergi ke
Tasikmalaya
K1 S P K2
Dalam liburan nanti adik akan menengok nenek di
Ciamis
K1 S P K2
Dalam liburan nanti saya
akan pergi ke
Tasikmalaya sedangkan
K1 S P
K2 konj.
adik akan menengok nenek
di Ciamis
S
P O K3
2.2.3 Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
Menurut Ramlan (1987) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk
yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk
kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Bagian kalimat majemuk
yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami pergantian/ perubahan
dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang berasal dari
kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantian/perubahan dinamai anak kalimat.
Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut:
a.
Kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian yang
ditandai oleh kata penghubung jika,
seandainya, dan andaikata.
Contoh:
1. Jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta
itu.
2. Seandainya engkau tidak hadir malam itu,
kami tidak mendapat uang sedemikian banyak.
b.
Kalimat majemuk bertingkat hubungan perbandingan
ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, dan laksana.
Contoh:
1.
Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti
dia menyayangi anak kandungnya.
2. Lebih
baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali.
c.
Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban ditandai
oleh kata sambung sebab, karena, dan oleh karena.
Contoh:
1. Borobudur tentu bukan nama resminya, sebab biasanya
suatu bangunan mempunyai nama resmi
yang diberikan maknanya dalam keagamaan.
2. Dia tidak
pergi ke sekolah karena sakit.
3. Teori transformasi lahir oleh karena
ketidak puasan para linguis muda terhadap teori struktural.
d. Kalimat
majemuk bertingkat hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga,
sampai-sampai, dan maka.
Contoh:
1. Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh
sakit.
2. Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya
bengkak.
3. Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan
museum-museum Angkatan Perang yang
telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern.
e. Kalimat
majemuk bertingkat hubungan cara ditandai oleh kata sambung dengan.
Contoh: Kesebelasan Persib Bandung berhasil
mempertahankan kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka.
f. Kalimat
majemuk bertingkat hubungan penjelasan ditandai kata sambung bahwa, dan yaitu.
Contoh:
1.
Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar
menaruh perhatian kepadaku.
2.
Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan
memangkas dan membuang pohon-pohon yang tumbuh disekitarnya.
g. Kalimat
majemuk bertingkat hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika, sewaktu dan
semasa.
Contoh: Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah
datang dari kantor.
2.2.4 Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Menurut Abdul Chaer (1994:246) kalimat majemuk
campuran adalah campuran dari kalimat majemuk koordinatif (setara) dan kalimat
majemuk bertingkat (subordinatif). Dalam kalimat majemuk campuran,
sekurang-kurangnya dibentuk tiga kalimat tunggal.
Contoh:
a.
Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor,
dan ibu selesai memasak.
b.
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di
kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
a.
Kalimat majemuk merupakan perluasan kalimat tunggal
yang membentuk satu atau lebih pola kalimat baru disamping pola kalimat yang
sudah ada. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua kalimat tunggal
atau lebih. Contoh: Ketika adik tidur dan kakak sedang membaca buku, ayah pergi
ke kantor.
b.
Kalimat majemuk terbagi menjadi empat, yaitu:
1.
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang mempunyai
dua klausa atau lebih yang berkedudukan setara. Contoh: Ayah berangkat ke
kantor dan ibu pergi ke pasar.
2. Kalimat
majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan.
Contoh:
Asep bermain basket
Anto bermain basket
Asep dan
Anto bermain basket
3.
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi
dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara atau sederajat
yakni yang satu menjadi bagian yang lain. Contoh: Ketika saya masih tidur ayah
berangkat ke sekolah.
4. Kalimat
majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Contoh: Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan
ibu selesai memasak.
3.2
Saran
Sebagai mahasiswa calon guru,
kita harus bisa menguasai tata cara penulisan yang baik, salah satunya adalah
penulisan kalimat. Kita harus bisa membedakan dan menyususn berbagai jenis
kalimat agar kelak kita bisa mengajarkannya kepada anak didik kita dengan baik
dan benar. Oleh karena itu, marilah kita perbanyak belajar agar bisa menjadi
individu yang berpengetahuan. Kuasailah kalimat agar kita bisa menguasai bahasa
dan mengungkapkannya lewat karya tulis. Tulisan yang baik akan berm,anfaat baik
pula bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambari, Abdullah. 1983. Intisari Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Djatnika.
Bambang dan Negoro. 1975. Rangkuman Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Yudhistira.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1987. Morfologi
Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.
Koryono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar