Sabtu, 07 September 2013

Makalah Pendekatan Komunikatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Pendidikan sebagai institusi formal merupakan lingkungan yang kondusif dalam menumbuhkembangkan potensi kreatif siswa. Agar dapat tercipta kondisi yang demikian, pelaksanaan proses belajar-mengajar sedapat mungkin dipusatkan pada aktivitas belajar siswa yang secara langsung mengalami keterlibatan internal dan emosional dalam proses belajar-mengajar.
            Dalam lingkungan pendidikan banyak sekali hal yang harus diperhatikan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai semaksimal mungkin yang sering disebut sebagai hasil belajar. Hal yang harus diperhatikan tersebut antara lain program, metode, teknik, pendekatan, strategi, evaluasi, dan sebagainya yang tidak lepas dari aktivitas guru dan siswa. Kesemua hal tersebut harus ada dalam proses belajar mengajar atau dalam pembelajaran.
            Pendekatan pembelajaran harus diterapkan pada seluruh mata pelajaran, tak terkecuali pembelajaran bahasa khususnya bahasa Indonesia juga tak luput sebagai objek penerapan pendekatan. Pendekatan pembelajaran bahasa mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan, dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah, yang kesemuanya merupakan suatu kesatuan fungsi bahasa.
            Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai dengan seperangkat asumsi yang saling berkaitan, yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif, pendekatan terpadu, pendekatan proses, dan lain-lain. Pemahaman mengenai pendekatan sifatnya mutlak bagi setiap guru dan calon guru pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan pendekatan sangat besar peranannya dalam menentukan hasil suatu kegiatan, baik kegiatan belajar mengajar yang bertujuan pada pencapaian hasil belajar yang memuaskan maupun kegiatan lainnya.
            Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pendekatan memiliki banyak peranan yang antara lain sebagai langkah pemberian pemahaman yang lebih baik bagi guru maupun siswa mengenai tata bahasa, penggunaan bahasa, dan abilitas lain yang berkaitan dengan kebahasaan. Oleh karena itu, kita harus memahami hakikat pendekatan dalam pembelajaran agar proses dan hasil dari pembelajaran dapat dicapai secara maksimal yang dalam makalah ini dikhususkan pada pembahasan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah
            Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:
a.       Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pembelajaran?
b.      Apa dan bagaimana yang dikatakan program, metode, teknik, pendekatan, dan strategi pembelajaran?
c.       Apa pengertian pendekatan kontekstual, komunikatif, terpadu, dan proses?

1.3 Batasan Masalah
            Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu mengambang maka masalah dalam makalah ini dibatasi pada pembahasan mengenai pendekatan kumunikatif.

1.4 Rumusan Masalah
            Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
“Bagaimana pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia?”

1.5 Manfaat
            Secara teoritis makalah ini bermanfaat sebagai bahan atau materi pembelajaran dan secara praktis bermanfaat sebagai referensi penulisan makalah atau penelitan lain yang relevan..

1.6 Tujuan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan berupa materi pembelajaran kepada pembaca mengenai pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
            Sebelum membahas pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kita harus memahami hakikat belajar dan pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Bila terjadi proses belajar maka bersama itu juga terjadi proses pembelajaran. Hal ini kiranya mudah dipahami karena bila ada yang belajar sudah tentu ada pembelajaran dan begitu juga pembelajaran tentu saja ada yang belajar.
            Definisi belajar menurut para ahli pendidikan memberikan arti yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang mereka dalam proses dan hasil belajar. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
            Skinner (dalam Dimyati 2009:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun, sedangkan menurut Gagne (dalam Dimyati 2009:10) belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru. Belajar dalam makalah ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mampu menguasai materi pembelajaran yang telah diterimanya yang dapat menciptakan perubahan tingkah laku baru dan belajar dapat diartikan berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu kepandaian.
            Belajar juga diartikan sebagai proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Dalam proses belajar guru harus dapat membimbing dan memfasilitasi siswa agar dapat melakukan proses belajar. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi perubahan tingkah laku.
            Seseorang dapat dikatakan belajar karena adanya indikasi melakukan proses belajar secara sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku yang diperoleh berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah nara sumber, teman, guru, situasi dan kondisi nyata, lingkungan alam, ingkungan buatan yang dapat dijadikan sumber belajar.
            Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengamatan tidak langsung. Belajar melalui pengamatan langsung adalah siswa melakukan sendiri atau dengan mengalami sendiri, contoh melakukan percobaan. Akan tetapi bila siswa mengetahui karena mambaca buku atau mendengarkan penjelasan guru disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung    
            Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng 1997:1). Bertolak dari definisi tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa memerlukan suatu strategi, yaitu strategi pembelajaran.
            Menurut Piaget (dalam Dimyati 2009:14-15), pembelajaran terdiri dari empat langkah, yaitu:
a.       Menentukan topic yang dapat dipelajari oleh anak sendiri;
b.      Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topic tersebut;
c.       Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah; dan
d.      Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.
            Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah proses belajar yang dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam mengkaji bahasa Indonesia dengan tujuan mencapai keberhasilan berupa hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah dan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi dengan baik dan benar.
            Suatu kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria yang diajukan oleh Djamarah dan Aswan Zain (2006:105-106) berikut:
a.       Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b.      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
            Oleh karena itu, maka agar pembelajaran berhasil maka pemilihan strategi ataupun pendekatan dalam pembelajaran harus tepat dan direncanakan dengan baik sesuai dengan empat strategi dasar dalam pembelajaran berikut (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:6):
a.       Mengidentifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik;
b.      Memilih sistem pendekatan pembelajaran;
c.       Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran; dan
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal ketuntasan.

2.2 Pendekatan Komunikatif Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
2.2.1 Pengertian Pendekatan Komunikatif
            Pendekatan merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:40). Jadi, pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa. Pendekatan ini lahir akibat ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh metode tatabahasa terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir yang diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55). Jadi, pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa komunikasi lisan maupun tertulis.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks.   
Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi. Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar.
            Selanjutnya, untuk memahami hakikat pendekatan komunikatif, menurut Syafi’ie (dalam http://m.nasirazami.blogspot.com) ada delapan hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Teori Bahasa
            Pendekatan komunikatif berdasarkan pada teori bahasa yang menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa itu merupakan suatu sistem untuk mengekspresikan makna. Teori ini lebih memberi tekanan pada dimensi semantik dan komunikatif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif yang perlu ditonjolkan ialah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
b. Teori Belajar
            Pebelajar dituntut untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna dan dituntut untuk menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini ialah teori pemerolehan bahasa kedua secara alami. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar bahasa lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara informal melalui komunikasi langsung di dalam bahasa yang sedang dipelajari.
c. Tujuan
            Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan komunikatif merupakan tujuan yang lebih mencerminkan kebutuhan siswa iaitu kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum pembelajaran bahasa ialah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performansi).
d. Silabus
            Silabus disusun searah dengan tujuan pembelajaran, yang harus dipehatikan ialah kebutuhan para pembelajar. Tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi yang diilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
e. Tipe Kegiatan
            Tipe kegiatan komunikasi dapat berupa kegiatan tukar informasi, negosiasi makna, atau kegiatan berinteraksi.
f. Peranan Guru
            Guru berperan sebagai fasilitator, konselor, dan manajer proses belajar.
g. Peranan Siswa
            Peranan siswa sebagai pemberi dan penerima, sebagai negosiator dan interaktor. Di samping itu, pelatihan yang langsung dapat mengembangkan kompetensi komunikatif pembelajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai struktur bahasa, tetapi menguasai pula bentuk dan maknanya dalam kaitan dengan konteks pemakaiannya.

h. Peranan Materi
            Materi disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi yang nyata. Materi berfungsi sebagai sarana yang sangat penting dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
            Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa diharapkan mampu melatih kemampuan berbahasa setiap individu yang berupa (Hartinah 2010:109-110):
a.       Mengkodifikasikan, mencatat, dan menyimpan berbagai hasil pengalaman dan pengamatan;
b.      Mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi;
c.       Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan; dan
d.      Mengkomunikasikan berbagai informasi.

2.2.2 Latar Belakang Munculnya Pendekatan Komunikatif
            Pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa muncul pada tahun 1970-an sebagai reaksi terhadap empat aliran pembelajaran bahasa yang dianut sebelumnya (grammar translation method, direct method, audiolingual method, dan cognitive learning theory). Keempat metode itu memiliki ciri yang sama yaitu pembelajaran bahasa dalam bidang struktur bahasa yang disebut pembelajaran bahasa struktural atau pembelajaran bahasa yang berdasarkan pendekatan struktural. Pendekatan struktural menitikberatkan pengajaran bahasa pada pengetahuan tentang kaidah bahasa (tatabahasa) yang biasanya disusun dari struktur yang sederhana ke struktur yang kompleks. Para pebelajar mula-mula diperkenalkan bunyi-bunyi, bentuk-bentuk kata, struktur kalimat, kemudian makna unsur-unsur tersebut.
            Kelemahan pendekatan struktural ialah tidak pernah memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk berlatih menggunakan bahasa dalam situasi komunikasi yang nyata yang sesungguhnya lebih urgen dimiliki oleh para siswa ketimbang pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa. Memang kurikulum nasional berupaya menanggulangi dan memperbaiki kelemahan tersebut dengan memberi perhatian pada tujuan akhir bahasa: komunikasi fungsional dan pragmatik antara dan sesama insan (Henry Guntur Tarigan 2009:137).
            Kelemahan dari pendekatan struktural itulah yang mengilhami lahirnya pendekatan komunikatif yang menitikberatkan perhatian pada penggunaan bahasa dalam situasi komunikasi. Pendekatan komunikatif memberikan tekanan pada kebermaknaan dan fungsi bahasa. Dengan kata lain, bahasa untuk tujuan tertentu dalam kegiatan berkomunikasi.

2.2.3 Ciri-ciri Pendekatan Komunikatif
            Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55-56):
a.       Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa;
b.      Tujuan belajar bahasa adalam membimbing peserta didik agar mampu berkomunkasi dalam situasi yang sebenarnya;
c.       Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa;
d.      Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui;
e.       Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;
f.       Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik dalam berkomunikasi diperluas; dan
g.      Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta didik sendiri, dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil

2.2.4 Prosedur Pelaksanaan Pendekatan Komunikatif
            Berkenaan dengan prosedur pembelajaran dalam kelas bahasa yang berdasarkan pendekatan komunikatif, Finochiaro dan Brumfit (dalam http://m.nasirazami.blogspot.com) menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Penyajian Dialog Singkat
            Penyajian ini didahului dengan pemberian motivasi dengan cara menghubungkan situasi dialog dengan pengalaman pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan
            Pelatihan ini diawali dengan contoh yang dilakukan oleh guru. Para siswa mengulang contoh lisan gurunya, baik secara bersama-sama, setengah, kelompok kecil, atau secara individu.
c. Tanya Jawab
            Hal ini dilakukan dua fase. Pertama, Tanya jawab yang berdasarkan topik dan situasi dialog. Kedua, tanya jawab tentang topik itu dikaitkan dengan pengalaman pribadi siswa.

d. Pengkajian
            Siswa diajak untuk mengkaji salah satu ungkapan yang terdapat dalam dialog. Selanjutnya, para siswa diberi tugas untuk memberikan contoh ungkapan lain yang fungsi komunikatifnya sama.
e. Penarikan Simpulan
            Siswa diarahkan untuk membuat simpulan tentang kaidah tata bahasa yang terkandung dalam dialog.
f. Aktivitas Interpretatif
            Siswa diarahkan untuk menafsirkan beberapa dialog yang dilisankan.
g. Aktivitas Produksi Lisan
            Dimulai dari aktivitas komunikasi terbimbing sampai kepada aktivitas yang bebas.
h. Pemberian Tugas
            Memberikan tugas tertulis sebagai pekerjaan rumah.

2.2.5 Strategi Pembelajaran Dalam Pendekatan Komunikatif
Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
            Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/ mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (Pannen, dkk. 2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan / siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Berdasarkan pemahaman tersebut, strategi pembelajaran SCL atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang member kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:27).















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Pendekatan komunikatif adalah salah satu pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan pada tujuan pembelajaran yang mengutamakan penggunaan bahasa secara baik dan benar (komunikatif) oleh peserta didik dalam lingkungan pendidikan ataupun social, bukan bertujuan untuk memberikan pemahaman struktural bahasa semata. Oleh karena itu, pendekatan komunikatif dirasa lebih baik dari pendekatan lainnya karena mampu memberikan pemahaman penggunaan bahasa sekaligus dtruktur bahasa kepa pebelajar.

3.2 Saran
            Dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembalajaran bahasa, kita harus memilih dan menetapkan strategi yang mencakup pendekatan pembelajaran dengan baik agar proses dan hasil belajar dapat meningkat dan sesuai dengan yang kita harapkan. Hal tersebut harus didahului oleh pemahaman kita mengenai pendekatan pembelajaran. Setelah kita memahami barulah kita bisa menerapkannya.

DAFTAR PUSTAKA
Degeng, Nyoman Sudana. 1997. Strategi Pembelajaran. Malang: IKIP Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartinah, Sitti. 2010. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pannen, Paulina dkk. 2001. Mengajar di Perguruan Tinggi: Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Website:
http://m.nasirazami.blogspot.com diakses 15:03 tanggal 12 Desember 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar