MAKALAH
UNSUR-UNSUR
SERAPAN BAHASA DAERAH
KE DALAM BAHASA
INDONESIA
Disusun
Oleh:
KELOMPOK 8 :
1. JASON WALKER PANGGABEAN
2. NURLIANA SIMBOLON
3. RISKA EMELIA SIMBOLON
4. ELSA MIA TARIHORAN
5. MERTIANA SILITONGA
PRODI :
BAHASA INDONESIA IV A
MATA KULIAH :
BAHASA BANTU
DOSEN :
SRI MAHARANI, M.Pd
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
“STKIP TAPANULI SELATAN”
PADANGSIDIMPUAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Unsur-Unsur Serapan
Bahasa Daerah ke dalam Bahasa Indonesia”.
Makalah
ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Bahasa Bantu,
di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran unsur
serapan yaitu menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang
pengertian kata serapan, pengertian dan fungsi bahasa daerah, kontribusi bahasa
daerah dalam bahasa Indonesia, dan kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam
bahasa Indonesia yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau
pengetahuan.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1)
Ibu
Sri Maharani, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Bantu yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami;
2)
Para
penulis yang tulisannya kami jadikan sebagai referensi dalam penulisan makalah
ini; dan
3)
Terakhir
kepada rekan kelompok yang turut bekerja sama demi terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata penulis mengucapkan
selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya.
Padang
Sidimpuan, Mei 2013
Penulis,
Kelompok
8
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah............................................................................................... 2
1.3
Batasan Masalah..................................................................................................... 2
1.4
Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.5
Tujuan..................................................................................................................... 2
1.6
Manfaat.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kata Serapan........................................................................................ 3
2.2 Pengertian dan Fungsi
Bahasa Daerah................................................................... 4
2.3 Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah
dalam Bahasa Indonesia.............................. 5
2.4 Daftar Kosakata Bahasa Daerah yang
Diserap ke dalam Bahasa Indonesia.......... 9
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ iii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat
multilingual. Di dalam masyarakat multilingual kemungkinan terjadinya kontak
bahasa tidak dapat dihindari. Kontak bahasa ini menimbulkan saling serap antara
unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Berdasarkan laporan hasil penelitian Kekerabatan dan
Pemetaan Bahasa-Bahasa di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Bahasa pada tahun
2008, telah berhasil diidentifikasi sejumlah 442 bahasa. Hingga tahun 2011,
tercatat terjadi penambahan sejumlah 72 bahasa sehingga jumlah keseluruhannya
menjadi 514 bahasa. Jumlah tersebut masih dapat bertambah karena masih ada
beberapa daerah yang belum diteliti. Di dalam situasi yang multikultural dan
multilingual tersebut, sentuh bahasa dan sentuh budaya tidak dapat dihindari.
Kontak bahasa itu menimbulkan saling serap antara unsur bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain.
Penyerapan kosakata bahasa daerah, terutama kosakata budaya,
merupakan suatu usaha yang harus didukung dalam usaha pengembangan bahasa
Indonesia. Dukungan tersebut layak diberikan karena ternyata banyak sekali
konsep yang berasal dari kosakata bahasa daerah yang tidak dapat ditemukan
dalam konsep bahasa Indonesia dan kalaupun ada, bentuknya biasanya berupa
frasa. Selain itu, kosakata bahasa daerah juga memiliki ungkapan yang berisi
nilai-nilai kearifan lokal yang biasanya hanya dapat dijumpai dalam bahasa
tertentu.
Selain itu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cepat, perkembangan itu juga harus diimbangi dengan pengembangan
kosakata. Kosakata serapan dari bahasa daerah, dalam hal ini, dapat
dimanfaatkan sebagai media alternatifnya. Sejauh ini, sudah ada beberapa
istilah yang telah dimanfaatkan dan sudah diterima oleh masyarakat, misalnya
kata unduh dan unggah yang diserap dari bahasa Jawa yang
digunakan sebagai padanan kata download dan upload.
Usaha penyerapan kosakata tersebut tentunya harus diikuti
dengan kodifikasi sehingga nantinya akan tercipta keteraturan bentuk yang
sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa Indonesia. Salah satu bentuk produk
kodifikasi itu ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI
juga menjadi penting karena kamus itu dibuat oleh lembaga pemerintah dan
dipakai sebagai acuan oleh masyarakat. Selain itu, keberagaman kosakata bahasa
daerah yang terserap di dalamnya dapat menjadi salah satu tolok ukur seberapa
jauh pemerintah memperhatikan bahasa daerah di Nusantara. Dalam konteks
persatuan, dimasukkannya kosakata bahasa daerah secara tidak langsung akan
menumbuhkan rasa memiliki bahasa Indonesia.
1.2 Ientifikasi Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu
sebagai berikut:
a. Unsur-unsur
bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
b. Unsur-unsur
bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
1.3 Batasan Masalah
Agar
pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu mengambang maka penulis membatasinya
pada masalah unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
yang di dalamnya akan di bahas beberapa bahasa daerah yang kosakatanya diserap
ke dalam bahasa Indonesia.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini adalah
“Apa sajakah unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia?”
1.5 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk melengkapi penyelesaian tugas
mata kuliah Bahasa Bantu adalah untuk menambah wawasan penulis dan pembaca
mengenai unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.
1.6 Manfaat
Manfaat
penulisan makalah ini adalah menyajikan paparan materi mengenai penjelasan unsur-unsur
bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang bermanfaat agar kita
mengetahui sumber atau asal muasal kekayaan khazanah bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang
diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa
asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penulisannya mengalami
perubahan ataupun tidak mengalami perubahan. Setiap
masyarakat bahasa memiliki cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan
perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya.
Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan
masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi
hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep,
atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya
juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering
dianggap lebih mudah
adalah
mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal
baru itu.
Soal kata serapan dalam bahasa atau
lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali
ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit
bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi
pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka berarti
mudah menerima pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada
umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam
kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjam atau menyerap unsur
asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain
kebutuhan, prestise, kurang faham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar
belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama
persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari
bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi
perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses
penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi dalam
bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi,
pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima
pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal
pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap unsur-unsur asing baik
bahasa asing ataupun hbahasa daerah terutama dalam hal kosa kata. Pertumbuhan
ini disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya masyarakat.
Proses penyerapan itu dapat
dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu:
a.
Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya;
b.
Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan
terjemahan Indonesianya; dan
c.
Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah
tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak
sinonimya.
Secara umum kata serapan tersebut
masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4 cara, yaitu:
a.
Adopsi. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil
bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
b.
Adaptasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya
mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia.
c.
Penerjemahan. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil
konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari
padanannya dalam Bahasa Indonesia
d.
Kreasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil
konsep dasar yang ada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara
penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk
fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
2.2
Pengertian dan Fungsi Bahasa Daerah
Dalam rumusan Seminar Politik Bahasa
(2003) disebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa
perhubungan intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan
yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya daerah atau
masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia, bahasa rumpun
Melayu, dan bahasa asing tidak masuk dalam kategori bahasa daerah.
Kemudian, dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, juga dijelaskan mengenai batasan bahasa
daerah, yaitu bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi
antaranggota masyarakat dari suku atau kelompok etnis di daerah dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan yang kedua, dibandingkan dengan
batasan pertama, sama-sama melihat bahasa daerah dari sudut pandang fungsi dan
area pemakaian bahasa. Akan tetapi, batasan kedua lebih jelas dalam menunjukkan
hal penutur bahasa daerah, yakni suku atau kelompok etnis. Meskipun demikian,
kedua batasan tersebut tampaknya masih dirasa kurang lengkap. Batasan tersebut
tidak menyebutkan secara jelas asal-usul bahasa dan penuturnya.
Oleh karena itu, batasan bahasa daerah
itu disempurnakan lagi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara
turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bahasa daerah setidaknya memiliki
lima fungsi, yaitu sebagai:
a. Lambang kebanggaan daerah;
b. Lambang identitas daerah;
c. Alat perhubungan di dalam keluarga
dan masyarakat daerah;
d. Sarana pendukung budaya daerah dan
bahasa Indonesia; dan
e. Pendukung sastra daerah dan sastra
Indonesia.
Sementara itu, dalam hubungannya
dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai:
a. Pendukung bahasa Indonesia;
b. Bahasa pengantar di tingkat permulaan
sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia
dan/atau pelajaran lain; dan
c. Sumber kebahasaan untuk memperkaya
bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah dapat
menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat
daerah.
2.3
Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah
dalam Bahasa Indonesia
Ada beberapa cara untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah
satunya adalah dengan melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus.
Kamus, selain menjadi sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa,
juga merupakan rekaman tertulis penggunaan bahasa yang (pernah) digunakan oleh
masyarakat penggunanya. KBBI merupakan salah satu kamus komprehensif
yang merekam penggunan kata, termasuk di dalamnya kosakata bahasa daerah yang
telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. KBBI disusun berdasarkan kamus
bahasa Indonesia yang telah ada sebelumnya, seperti Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Poerwadarminta, 1985), Kamus Indonesia (Harahap, 1951),
dan Kamus Modern Bahasa Indonesia (Zain, t.t.).
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) memuat kurang lebih 70 bahasa
daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Selain bahasa
daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu Jakarta, Melayu
Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti bahasa Arab, bahasa
Belanda, dan bahasa Cina.
Kosakata dari bahasa daerah tersebut
dapat diidentifikasi dengan dua cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis
antara lema dan kelas kata dan (2) melihat informasi asal bahasa yang ada di
dalam definisi. Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label
penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah
berjumlah 3.592 entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI
Edisi Keempat (2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya
memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa
Indonesia. Jumlah tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu, pernyataan
yang menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan penyumbang terbesar
kosakata bahasa negara, seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 40 Tahun 2007, perlu dipertimbangkan kembali. Berikut ini adalah
tabel lengkap bahasa daerah dan jumlah kosakata yang disumbang.
No
|
Bahasa
|
Jumlah
Kosakata
|
Persentase
|
Provinsi
|
1
|
Jawa
|
1109
|
30,87%
|
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY
|
2
|
Minangkabau
|
929
|
25,86%
|
Sumatera Barat
|
3
|
Sunda
|
223
|
6,21%
|
Jawa Barat
|
4
|
Madura
|
221
|
6,15%
|
Jawa Timur
|
5
|
Bali
|
153
|
4,26%
|
Bali
|
6
|
Aceh
|
112
|
3,12%
|
Aceh
|
7
|
Banjar
|
100
|
2,78%
|
Kalimantai Timur
|
8
|
Muna
|
63
|
1,75%
|
Sulawesi Tenggara
|
9
|
Using
|
46
|
1,28%
|
Jawa Timur
|
10
|
Gayo
|
45
|
1,25%
|
Aceh
|
11
|
Tolaki
|
42
|
1,17%
|
Sulawesi Tenggara
|
12
|
Wolio
|
36
|
1,00%
|
Sulawesi Tenggara
|
13
|
Muyu
|
33
|
0,92%
|
Papua
|
14
|
Batak
|
32
|
0,89%
|
Sumatera Utara
|
15
|
Alas
|
30
|
0,84%
|
Aceh
|
16
|
Kaili
|
30
|
0,84%
|
Sulawesi Tengah
|
17
|
Bugis
|
24
|
0,67%
|
Sulawesi Selatan
|
18
|
Dayak
|
20
|
0,56%
|
Kalimantan Tengah
|
19
|
Sangir/Sangihe
|
19
|
0,53%
|
Sulawesi Utara
|
20
|
Sasak
|
18
|
0,50%
|
NTB
|
21
|
Lampung
|
17
|
0,47%
|
Lampung
|
22
|
Benuaq
|
16
|
0,45%
|
Kalimantan Timur
|
23
|
Makassar
|
15
|
0,42%
|
Sulawesi Selatan
|
24
|
Berik
|
14
|
0,39%
|
Papua
|
25
|
Jayawijaya
|
13
|
0,36%
|
Papua
|
26
|
Sumbawa
|
13
|
0,36%
|
NTB
|
27
|
Papua
|
12
|
0,33%
|
Papua
|
28
|
Putuk
|
12
|
0,33%
|
Kalimantan Timur
|
29
|
Dani
|
11
|
0,31%
|
Papua
|
30
|
Pulo/Wakatobi
|
11
|
0,31%
|
Sulawesi Tenggara
|
31
|
Minahasa
|
10
|
0,28%
|
Papua
|
32
|
Mandar
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Selatan
|
33
|
Tombulu
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Utara
|
34
|
Minahasa Tonsea
|
10
|
0,28%
|
Sulawesi Utara
|
35
|
Abrab
|
9
|
0,25%
|
Papua
|
36
|
Sentani
|
8
|
0,2%
|
Papua
|
37
|
Toulour
|
8
|
0,22%
|
Sulawesi Utara
|
38
|
Toraja
|
7
|
0,19%
|
Sulawesi Selatan
|
39
|
Bugis-Makassar
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi Selatan
|
40
|
Bima
|
6
|
0,17%
|
NTB
|
41
|
Kapuas Hulu
|
6
|
0,17%
|
Kalimantan Barat
|
42
|
Kamoro
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
43
|
Talaud
|
6
|
0,17%
|
Sulawesi Utara
|
44
|
Waropen
|
6
|
0,17%
|
Papua
|
45
|
Biak
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
46
|
Ekagi
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
47
|
Fakfak
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
48
|
Kulawi
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi Tengah
|
49
|
Massenrempulu
|
5
|
0,14%
|
Sulawesi Selatan
|
50
|
Sorong
|
5
|
0,14%
|
Papua
|
51
|
Asmat
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
52
|
Wamena
|
4
|
0,11%
|
Papua
|
53
|
Aji
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
54
|
Basemah
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
55
|
Mimika
|
3
|
0,08%
|
Papua
|
56
|
Sekayu
|
3
|
0,08%
|
Sumatera Selatan
|
57
|
Pegunungan Tengah
|
2
|
0,06%
|
Papua
|
58
|
Awyu
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
59
|
Baliem
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
60
|
Bauzi
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
61
|
Damal/Amungkal
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
62
|
Jayapura
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
63
|
Kimaam
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
64
|
Kaureh
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
65
|
Lengkayap
|
1
|
0,03%
|
Sumatera Selatan
|
66
|
Bian Marind Deg
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
67
|
Ormu
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
68
|
Petapa
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi Tengah
|
69
|
Rampi
|
1
|
0,03%
|
Sulawesi Tengah
|
70
|
Wandamen
|
1
|
0,03%
|
Papua
|
|
Total
|
3592
|
|
|
Dari tabel di atas, bahasa Jawa menempati urutan teratas
dalam kontribusinya terhadap pengembangan kosakata bahasa Indonesia, yakni
sebesar 30,54 %. Berturut-turut disusul oleh bahasa Minangkabau (25,59%), Sunda
(6,14%), Madura (6,09%), Bali (4,21%), Aceh (3,08%), dan Banjar (2,75%).
Sementara itu, di urutan bawah umumnya ditempati oleh bahasa di sebelah timur
Indonesia, terutama wilayah Papua. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa bahasa
yang secara geografis terletak di wilayah barat Indonesia lebih banyak
memberikan kontribusi kosakata daripada bahasa di wilayah timur meskipun dari
segi jumlah bahasa, di wilayah timur lebih banyak daripada di wilayah barat.
Berdasarkan jumlah penuturnya, terdapat 13 bahasa daerah
yang penuturnya di atas satu juta orang, yaitu bahasa Jawa (75.200.000), Sunda
(27.000.000), Melayu (20.000.000), Madura (13.694.000), Minang (6.500.000),
Batak (5.150.000), Bugis (4.000.000), Bali (3.800.000), Aceh (3.000.000), Sasak
(2.100.000), Makassar (1.600.000), Lampung (1.500.000), dan Rejang (1.000.000)
(Lauder dan Lauder, 2012). Besarnya jumlah penutur ternyata berkorelasi dengan
jumlah kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Makin
besar jumlah penuturnya, makin besar kecenderungan kosakata yang diserap.
Selain itu, proses penyerapan kosakata di dalam sejarah bahasa Melayu/Indonesia
sudah lama berjalan. Jadi, tidaklah mengherankan jika bahasa serumpun yang
jumlah penuturnya tergolong besar menjadi penyumbang utama dalam kosakata
bahasa Indonesia. Namun, hal itu tidak berlaku pada bahasa Minang karena
meskipun dalam hal jumlah penutur berada di peringkat kelima, ternyata bahasa
Minang merupakan penyumbang kedua terbesar di atas bahasa Sunda dan bahasa
Madura yang memiliki jumlah penutur yang lebih besar. Hal itu tampaknya karena
dukungan tradisi sastra Indonesia yang dahulu didominasi oleh sastrawan asal
Minangkabau.
Selain jumlah penutur, ada beberapa
faktor lain yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah
diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media massa,
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
- kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
- ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya dalam KBBI
tidak dianggap sebagai bahasa daerah karena bahasa Melayu mendasari bahasa Indonesia
dan telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad di seluruh
kawasan Indonesia. Sumbangan dialek bahasa Melayu dalam kosakata bahasa
Indonesia di dalam KBBI (2008), dengan melihat label yang ditulis antara
lema dan kelas kata, tercatat sebanyak 596 entri, seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.
No.
|
Dialek
|
Label
|
Jumlah Kosakata
|
Persentase
|
1
|
Melayu
Jakarta
|
Jk
|
454
|
76,17%
|
2
|
Melayu
Jambi
|
Jb
|
44
|
7,38%
|
3
|
Melayu
Palembang
|
Plb
|
28
|
4,70%
|
4
|
Melayu
Medan
|
Md
|
26
|
4,36%
|
5
|
Melayu
Riau
|
Ri
|
25
|
4,19%
|
6
|
Melayu
Kalimantan
|
Klm
|
11
|
1,85%
|
7
|
Melayu
Manado
|
Mnd
|
8
|
1,34%
|
Total
|
596
|
2.4
Daftar Kosakata Bahasa Daerah yang
Diserap ke dalam Bahasa Indonesia
Berikut
ini adalah daftar kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
yaitu kata-kata atau unsur-unsur bahasa daerah yang digunakan dalam bahasa
Indonesia sehari-hari maupun dalam kamus. Daftar berikut hanya sebagian dari
keseluruhan kosakata tersebut karena untuk mencatatkan keseluruhan kosakata
tersebut membutuhkan penelitian yang lebih lanjut dalam lingkungan sosial.
No
|
Bahasa Daerah
|
Kosakata
|
Makna
|
1
|
Bahasa Jawa
|
Alot
|
Liat
|
Abangan
|
Golongan muslim
|
||
Abdi dalem
|
Pegawai keraton
|
||
Adem
ayem
|
Sejuk tenang
|
||
Ajang
|
*
|
||
Ajek
|
Teratur
|
||
Aji mumpung
|
*
|
||
Aleman
|
Senang
dipuji
|
||
Alun-alun
|
*
|
||
Amblas
|
*
|
||
Ambruk
|
*
|
||
Ampuh
|
*
|
||
Anak
|
*
|
||
Ancang-ancang
|
*
|
||
Ancar-ancar
|
Perkiraan
|
||
Andong
|
Kereta kuda
|
||
Anggur
|
*
|
||
Angker
|
*
|
||
Anglo
|
*
|
||
Anjlok
|
*
|
||
Antek
|
*
|
||
Anteng
|
Tenang
|
||
Anu
|
*
|
||
Anyar
|
*
|
||
Apek
|
Bau
|
||
Apes
|
*
|
||
Apik
|
*
|
||
Arisan
|
*
|
||
Arit
|
Sabit; pisau
|
||
Atur
|
*
|
||
Babat
|
*
|
||
Bablas
|
*
|
||
Babut
|
*
|
||
Bahu
|
*
|
||
Baki
|
*
|
||
Bakul
|
*
|
||
Bareng
|
*
|
||
Bejat
|
*
|
||
Belek
|
*
|
||
Besan
|
|
||
Bindeng
|
Bersuara sengau
|
||
Bisa
|
*
|
||
Blak-blakan
|
*
|
||
Blangkon
|
*
|
||
Bodong
|
|
||
Bong
|
Profesi
|
||
Budek
|
*
|
||
Buduk
|
Penyakit
|
||
Caplok
|
*
|
||
Cawe-cawe
|
*
|
||
Cebol
|
*
|
||
Celingukan
|
*
|
||
Cemani
|
Warna
|
||
Cemplung
|
*
|
||
Cengkal
|
Ukuran
|
||
Ceplas-ceplos
|
*
|
||
Cetok
|
Perkakas
|
||
Ciblon
|
Permainan
|
||
Ciduk
|
*
|
||
Cikal bakal
|
*
|
||
Copot
|
*
|
||
Corong
|
*
|
||
Cukup
|
*
|
||
Cungkup
|
Rumah kubur
|
||
Dasa
|
*
|
||
Deg-degan
|
*
|
||
Dempul
|
*
|
||
Dengkul
|
*
|
||
Deragem
|
Warna
|
||
Digdaya
|
Tidak terlukai
|
||
Dombolong
|
*
|
||
Dower
|
*
|
||
Doyan
|
*
|
||
Dulang
|
*
|
||
Ecer
|
*
|
||
Edan
|
*
|
||
Emoh
|
Tidak mau
|
||
Enteng
|
*
|
||
Gambling
|
*
|
||
Gampang
|
*
|
||
Ganyang
|
*
|
||
Gawe
|
Pekerjaan
|
||
Gebrak
|
*
|
||
Gede
|
*
|
||
Gelontor
|
Menghanyutkan
|
||
Gembok
|
*
|
||
Gembos
|
*
|
||
Gerabah
|
Alat-alat dapur
|
||
Getok tular
|
*
|
||
Gingsul
|
*
|
||
Gondola
|
*
|
||
Gonjang-ganjing
|
*
|
||
Gono-gini
|
*
|
||
Gosong
|
*
|
||
Guci
|
*
|
||
Gudik
|
*
|
||
Irit
|
*
|
||
Jagabaya
|
Jabatan
|
||
Jagal
|
*
|
||
Jajan
|
*
|
||
Jelalatan
|
*
|
||
Joget
|
*
|
||
Jor-joran
|
Mengunggul-ungguli
|
||
Kadas
|
*
|
||
Kagok
|
Susah
|
||
Kalang kabut
|
*
|
||
Kapalan
|
*
|
||
Kayu
|
*
|
||
Kebaya
|
*
|
||
Kecipratan
|
*
|
||
Kejawen
|
*
|
||
Kelilipan
|
*
|
||
Kerasan
|
*
|
||
Kiprah
|
*
|
||
Legowo
|
Ikhlas; rela
|
||
Lembur
|
*
|
||
Lengser
|
*
|
||
Lugas
|
*
|
||
Lugu
|
*
|
||
Mangap
|
*
|
||
Manut-manutan
|
Patuh
|
||
Melek
|
*
|
||
Membopong
|
*
|
||
Menabok
|
*
|
||
Mencopet
|
*
|
||
Mendelik
|
*
|
||
Mendeprok
|
*
|
||
Mendompleng
|
*
|
||
Mengeyel
|
*
|
||
Menggendong
|
*
|
||
Menggeblak
|
Jatuh terlentang
|
||
Menggitik
|
Memukul
|
||
Mengutil
|
*
|
||
Menyunggi
|
Menjunjung
|
||
Merem
|
*
|
||
Mitra
|
*
|
||
Ngomong
|
*
|
||
Ngoyo
|
Memaksakan diri
|
||
Nyolong
|
*
|
||
Pakem
|
*
|
||
Pamong praja
|
*
|
||
Pamrih
|
*
|
||
Panu
|
*
|
||
Pemirsa
|
*
|
||
Perlu
|
*
|
||
Perot
|
Pencong; miring
|
||
Pesek
|
*
|
||
Pilek
|
*
|
||
Pondok
|
*
|
||
Pramugari
|
*
|
||
Prihatin
|
*
|
||
Rampung
|
*
|
||
Rangga
|
Pangkat
|
||
Rebutan
|
*
|
||
Rembuk
|
*
|
||
Rikuh
|
Malu-malu
|
||
Selentik
|
*
|
||
Selenting
|
*
|
||
Sembrono
|
*
|
||
Semburat
|
*
|
||
Sumeh
|
Murah senyum
|
||
Sungkan
|
*
|
||
Sungkan
|
*
|
||
Sungkawa
|
*
|
||
Surjan
|
*
|
||
Swasembada
|
*
|
||
Tampah
|
*
|
||
Tatakrama
|
*
|
||
Tepos
|
*
|
||
Terjungkal
|
*
|
||
Tiwul
|
Makanan dari gaplek
|
||
Tunanetra
|
*
|
||
Tunarungu
|
*
|
||
Tunawicara
|
*
|
||
Tuntas
|
*
|
||
Tutuk
|
Mengetuk
|
||
Udar
|
*
|
||
Unduh
|
*
|
||
Unek-unek
|
*
|
||
Unggah
|
*
|
||
Upeti
|
*
|
||
Urakan
|
*
|
||
Wajik
|
*
|
||
Wanti-wanti
|
*
|
||
Warsa
|
*
|
||
2
|
Bahasa Betawi
|
Ablag
|
Terbuka lebar
|
Acak
|
Tidak teratur
|
||
Adat
|
*
|
||
Ambek
|
Mengambek
|
||
Amen
|
Mengamen
|
||
Amprok
|
Dijodohkan
|
||
Anggur
|
Menganggur
|
||
Antup
|
Sengat
|
||
Apa
|
*
|
||
Bè’ol
|
Buang air besar
|
||
Bekoar
|
Berkata sombong
|
||
Bekutet
|
Terpaku
|
||
Belèpotan
|
*
|
||
Belingsatan
|
Tidak tenang
|
||
Belo
|
Mata besar
|
||
Bèncong
|
*
|
||
Bengal
|
*
|
||
Bengep
|
*
|
||
Bengok
|
Sakit pipi
|
||
Bènjol
|
*
|
||
Bènyèk
|
Lembek
|
||
Benyènyèh
|
Bernanah
|
||
Berabé
|
*
|
||
Berèndèng
|
*
|
||
Bèrèt
|
Baret
|
||
Bero
|
Hernia burut
|
||
Beser
|
Sering
buang air kecil
|
||
Beset
|
Terluka
|
||
Betot
|
Menarik paksa
|
||
Bewok
|
Jambang
|
||
Bikang
|
Nama kue
|
||
Biku-biku
|
Pita kecil
|
||
Binal
|
*
|
||
Bodong
|
Pusar jambu
|
||
Bokè’
|
*
|
||
Bokong
|
*
|
||
Bokor
|
Mangkuk
|
||
Bongsang
|
Keranjang kecil
|
||
Bontot
|
Bungsu
|
||
Bopong
|
Membawa
|
||
Bruntusan
|
Bintil-bintil kulit
|
||
Budeg
|
Tuli
|
||
Budug
|
Penyakit kulit
|
||
Butut
|
*
|
||
Buyar
|
*
|
||
Cadel
|
*
|
||
Caling
|
Taring
|
||
Calo’
|
Perantara
|
||
Cangcut
|
Kancut
|
||
Cantol
|
*
|
||
Caplok
|
*
|
||
Caplok
|
*
|
||
Cèbok
|
*
|
||
Cecer
|
*
|
||
Celentang
|
Telentang
|
||
Centèng
|
*
|
||
Centil
|
*
|
||
Cermin
|
*
|
||
Cèwè
|
*
|
||
Cingcong
|
*
|
||
Cipok
|
*
|
||
Cowok
|
*
|
||
Cuèk
|
*
|
||
Dedengkot
|
Gembong
|
||
Dèking
|
Pelindung
|
||
Demek
|
Lembab
|
||
Demen
|
*
|
||
Doang
|
*
|
||
Dol
|
Longgar
|
||
Domplang
|
Roboh
|
||
Dong
|
*
|
||
Donga’
|
Menengadah
|
||
Duilah
|
Menyatakan kaget
|
||
Dumel
|
*
|
||
Èntot
|
*
|
||
Enyot
|
*
|
||
Èrèt
|
Memikat
|
||
Gaco’an
|
Pacar
|
||
Kecelé
|
Kecewa
|
||
Kopek
|
*
|
||
Ngaco
|
*
|
||
Nyèntrik
|
*
|
||
|
|
|
|
3
|
Bahasa Mingkabau
|
Balayan
|
Penyakit
|
Cabul
|
Porno
|
||
Cangap
|
Rakus
|
||
Cuduh
|
Waktu
|
||
Ganih
|
Warna
|
||
Kanceh
|
Kerdil
|
||
Kuririk
|
Jangkrik
|
||
Rangkiang
|
Bangunan
|
||
Saka
|
Pangkat
|
||
Sanjai
|
Panganan
|
||
Sansei
|
Sengsara
|
||
Uni
|
Kerabat
|
||
4
|
Bahasa Sunda
|
Anjangsana
|
Berkunjung
|
Anjun
|
Profesi
|
||
Aom
|
Gelar
|
||
Asoi
|
Menyenangkan
|
||
Bagong
|
Fauna
|
||
Caing
|
Ukuran
|
||
Calung
|
Seni
|
||
Corob
|
Penyakit
|
||
Gantar
|
Perkakas
|
||
Majikan
|
Tuan
|
||
Mendingan
|
Lebih baik
|
||
Paledang
|
Profesi
|
||
Teteh
|
Kerabat
|
||
5
|
Bahasa Madura
|
Berang
|
Perkakas
|
Dinaju
|
Gelar
|
||
6
|
Bahasa Aceh
|
Raweet
|
Aktivitas
|
7
|
Bahasa Batak
|
Libas
|
Pukul
|
Molek
|
Cantik
|
||
8
|
Bahasa Bali
|
Bangkung
|
Fauna
|
Guli
|
Ukuran
|
||
Mbok
|
Kerabat
|
||
Melasti
|
Upacara agama/adat
|
||
Pancawalikrama
|
Upacara agama/adat
|
||
9
|
Bahasa Sasak
|
Berugak
|
Bangunan
|
10
|
Bahasa Muna
|
Dahopi
|
Upacara agama/adat
|
11
|
Bahasa Kaili
|
Sibalaya
|
Flora
|
12
|
Bahasa Wamena
|
Saik
|
Flora
|
13
|
Bahasa Banjar
|
Anang
|
Gelar
|
Tanggui
|
Busana
|
||
14
|
Bahasa Tolaki
|
Metai-tai
|
Permainan
|
Osara
|
Jabatan
|
||
15
|
Bahasa Toulour
|
Sangadi
|
Jabatan
|
16
|
Bahasa Lampung
|
Cudang
|
Perabot
|
17
|
Bahasa Kamoro
|
Pekoro
|
Perabot
|
18
|
Bahasa Sumbawa
|
Berang
|
Senjata
|
19
|
Bahasa Using
|
Lancur
|
Senjata
|
20
|
Bahasa Bauzi
|
Dao
|
Senjata
|
21
|
Bahasa Asmat
|
Ces
|
Senjata
|
22
|
Bahasa Sasak
|
Kecimal
|
Seni
|
23
|
Bahasa Minahasa
|
Ambal
|
Penganan
|
24
|
Bahasa Bugis Makassar
|
Barangko
|
Penganan
|
Rincara
|
Transportasi
|
||
Sope
|
Transportasi
|
||
25
|
Bahasa Pulo Wakatobi
|
Paksangko
|
Busana
|
26
|
Bahasa Mandar
|
Boko
|
Busana
|
27
|
Bahasa Waropen
|
Sawado
|
Transportasi
|
28
|
Bahasa Gayo
|
Cengkung
|
Aktivitas
|
Keterangan: *) Makna yang sudah
lumrah dalam bahasa Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bahasa Indonesia
yang kita kenal dan kita gunakan sekarang ini merupakan perkembangan dari
berbagai bahasa baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Maksudnya adalah bahasa
Indonesia telah mendapatkan penambahan berupa penyerapan dari bahasa asing dan
bahasa daerah. Hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan bahasa. Tidak ada
satupun bahasa yang sama persis. Oleh karena itulah, maka terjadi campur baur
bahasa yang mengakibatkan kontak atau gesek bahasa. Kontak tersebut mengakibatkan
aktivitas serap menyerap antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.
Akibat positifnya adalah kita memperoleh atau dapat menggunakan beragam bahasa
karena manusia memiliki kemampuan mengolah bahasa menjadi beragam dan lebih
ekspresif.
3.2
Saran
Kita sebagai
masyarakat pengguna bahasa harus mengetahui dengan jelas asal muasal bahasa
yang kita gunakan agar kita lebih bias menghargai bahasa tersebut. Dengan
menghargai maka sudah barang tentu kita akan melestarikannya. Melestarikan
bahasa merupakan tugas dari seluruh masyarakat pemakai bahasa karena bahasa
merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa. Oleh karena itu, kita harus mempu
menjaga kelestarian bahasa sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Website:
Contoh kosa kata bahasa daerah nya mana?
BalasHapusContoh kosa kata bahasa daerah nya mana?
BalasHapus