Sabtu, 07 September 2013

Makalah Serapan Bahasa Daerah ke dalam Bahasa Indonesia


MAKALAH

UNSUR-UNSUR SERAPAN BAHASA DAERAH
KE DALAM BAHASA INDONESIA


Disusun Oleh:

KELOMPOK  8           : 1. JASON WALKER PANGGABEAN
                                        2. NURLIANA SIMBOLON
                                        3. RISKA EMELIA SIMBOLON
                                        4. ELSA MIA TARIHORAN
                                        5. MERTIANA SILITONGA
PRODI                          : BAHASA INDONESIA IV A
MATA KULIAH           : BAHASA BANTU
DOSEN                         : SRI MAHARANI, M.Pd




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
“STKIP TAPANULI SELATAN”
PADANGSIDIMPUAN
2013

KATA PENGANTAR
           
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Unsur-Unsur Serapan Bahasa Daerah ke dalam Bahasa Indonesia”.
            Makalah ini penulis buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Bahasa Bantu, di samping sebagai salah satu keterlibatan penulis dalam pelajaran unsur serapan yaitu menyediakan bahan perkuliahan. Makalah ini berisi tentang pengertian kata serapan, pengertian dan fungsi bahasa daerah, kontribusi bahasa daerah dalam bahasa Indonesia, dan kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan atau pengetahuan.
            Dalam penulisan makalah ini, penulis tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1)      Ibu Sri Maharani, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Bantu yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami;
2)      Para penulis yang tulisannya kami jadikan sebagai referensi dalam penulisan makalah ini; dan
3)      Terakhir kepada rekan kelompok yang turut bekerja sama demi terselesainya makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
            Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

                                                                        Padang Sidimpuan,    Mei 2013
                                                                        Penulis,


                                                                        Kelompok 8





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah................................................................................................... 2
1.5 Tujuan..................................................................................................................... 2
1.6 Manfaat.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kata Serapan........................................................................................ 3
2.2 Pengertian dan Fungsi Bahasa Daerah................................................................... 4
2.3 Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia.............................. 5
2.4 Daftar Kosakata Bahasa Daerah yang Diserap ke dalam Bahasa Indonesia.......... 9
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multilingual. Di dalam masyarakat multilingual kemungkinan terjadinya kontak bahasa tidak dapat dihindari. Kontak bahasa ini menimbulkan saling serap antara unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Berdasarkan laporan hasil penelitian Kekerabatan dan Pemetaan Bahasa-Bahasa di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Bahasa pada tahun 2008, telah berhasil diidentifikasi sejumlah 442 bahasa. Hingga tahun 2011, tercatat terjadi penambahan sejumlah 72 bahasa sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 514 bahasa. Jumlah tersebut masih dapat bertambah karena masih ada beberapa daerah yang belum diteliti. Di dalam situasi yang multikultural dan multilingual tersebut, sentuh bahasa dan sentuh budaya tidak dapat dihindari. Kontak bahasa itu menimbulkan saling serap antara unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain.
Penyerapan kosakata bahasa daerah, terutama kosakata budaya, merupakan suatu usaha yang harus didukung dalam usaha pengembangan bahasa Indonesia. Dukungan tersebut layak diberikan karena ternyata banyak sekali konsep yang berasal dari kosakata bahasa daerah yang tidak dapat ditemukan dalam konsep bahasa Indonesia dan kalaupun ada, bentuknya biasanya berupa frasa. Selain itu, kosakata bahasa daerah juga memiliki ungkapan yang berisi nilai-nilai kearifan lokal yang biasanya hanya dapat dijumpai dalam bahasa tertentu.
Selain itu, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat, perkembangan itu juga harus diimbangi dengan pengembangan kosakata. Kosakata serapan dari bahasa daerah, dalam hal ini, dapat dimanfaatkan sebagai media alternatifnya. Sejauh ini, sudah ada beberapa istilah yang telah dimanfaatkan dan sudah diterima oleh masyarakat, misalnya kata unduh dan unggah yang diserap dari bahasa Jawa yang digunakan sebagai padanan kata download dan upload.
Usaha penyerapan kosakata tersebut tentunya harus diikuti dengan kodifikasi sehingga nantinya akan tercipta keteraturan bentuk yang sesuai dengan kaidah pemakaian bahasa Indonesia. Salah satu bentuk produk kodifikasi itu ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI juga menjadi penting karena kamus itu dibuat oleh lembaga pemerintah dan dipakai sebagai acuan oleh masyarakat. Selain itu, keberagaman kosakata bahasa daerah yang terserap di dalamnya dapat menjadi salah satu tolok ukur seberapa jauh pemerintah memperhatikan bahasa daerah di Nusantara. Dalam konteks persatuan, dimasukkannya kosakata bahasa daerah secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa memiliki bahasa Indonesia.
1.2  Ientifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai berikut:
a.       Unsur-unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
b.      Unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia

1.3  Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu mengambang maka penulis membatasinya pada masalah unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang di dalamnya akan di bahas beberapa bahasa daerah yang kosakatanya diserap ke dalam bahasa Indonesia.

1.4  Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini adalah “Apa sajakah unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia?”

1.5  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk melengkapi penyelesaian tugas mata kuliah Bahasa Bantu adalah untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia.

1.6  Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah menyajikan paparan materi mengenai penjelasan unsur-unsur bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang bermanfaat agar kita mengetahui sumber atau asal muasal kekayaan khazanah bahasa Indonesia.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang diserap dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, yang di gunakan dalam bahasa Indonesia yang cara penulisannya mengalami perubahan ataupun tidak mengalami perubahan. Setiap masyarakat bahasa memiliki cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu yang sering dianggap lebih mudah adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka berarti mudah menerima pengaruh.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjam atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise, kurang faham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap unsur-unsur asing baik bahasa asing ataupun hbahasa daerah terutama dalam hal kosa kata. Pertumbuhan ini disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya masyarakat.


Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu:
a.       Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya;
b.      Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya; dan
c.       Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia   terlalu banyak sinonimya.
Secara umum kata serapan tersebut masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4 cara, yaitu:
a.       Adopsi. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
b.      Adaptasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
c.       Penerjemahan. Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
d.      Kreasi. Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.

2.2 Pengertian dan Fungsi Bahasa Daerah
Dalam rumusan Seminar Politik Bahasa (2003) disebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia dan yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra serta budaya daerah atau masyarakat etnik di wilayah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia, bahasa rumpun Melayu, dan bahasa asing tidak masuk dalam kategori bahasa daerah.
Kemudian, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, juga dijelaskan mengenai batasan bahasa daerah, yaitu bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi dan interaksi antaranggota masyarakat dari suku atau kelompok etnis di daerah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batasan yang kedua, dibandingkan dengan batasan pertama, sama-sama melihat bahasa daerah dari sudut pandang fungsi dan area pemakaian bahasa. Akan tetapi, batasan kedua lebih jelas dalam menunjukkan hal penutur bahasa daerah, yakni suku atau kelompok etnis. Meskipun demikian, kedua batasan tersebut tampaknya masih dirasa kurang lengkap. Batasan tersebut tidak menyebutkan secara jelas asal-usul bahasa dan penuturnya.
Oleh karena itu, batasan bahasa daerah itu disempurnakan lagi dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bahasa daerah setidaknya memiliki lima fungsi, yaitu sebagai:
a.       Lambang kebanggaan daerah;
b.      Lambang identitas daerah;
c.       Alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah;
d.      Sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia; dan
e.       Pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.
Sementara itu, dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai:
a.       Pendukung bahasa Indonesia;
b.      Bahasa pengantar di tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar  pengajaran bahasa Indonesia dan/atau pelajaran lain; dan
c.       Sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia. Selain itu, dalam situasi tertentu bahasa daerah dapat menjadi pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintah di tingkat daerah.

2.3 Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia
Ada beberapa cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dengan melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus. Kamus, selain menjadi sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa, juga merupakan rekaman tertulis penggunaan bahasa yang (pernah) digunakan oleh masyarakat penggunanya. KBBI merupakan salah satu kamus komprehensif yang merekam penggunan kata, termasuk di dalamnya kosakata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. KBBI disusun berdasarkan kamus bahasa Indonesia yang telah ada sebelumnya, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1985), Kamus Indonesia (Harahap, 1951), dan Kamus Modern Bahasa Indonesia (Zain, t.t.).
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) memuat kurang lebih 70 bahasa daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Selain bahasa daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu Jakarta, Melayu Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa Cina.
Kosakata dari bahasa daerah tersebut dapat diidentifikasi dengan dua cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata dan (2) melihat informasi asal bahasa yang ada di dalam definisi. Berdasarkan penghitungan dengan hanya memperhatikan label penggunaan bahasa daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah 3.592 entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat (2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa Indonesia. Jumlah tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan penyumbang terbesar kosakata bahasa negara, seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, perlu dipertimbangkan kembali. Berikut ini adalah tabel lengkap bahasa daerah dan jumlah kosakata yang disumbang.
No
Bahasa
Jumlah Kosakata
Persentase
Provinsi
1
Jawa
1109
30,87%
Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY
2
Minangkabau
929
25,86%
Sumatera Barat
3
Sunda
223
6,21%
Jawa Barat
4
Madura
221
6,15%
Jawa Timur
5
Bali
153
4,26%
Bali
6
Aceh
112
3,12%
Aceh
7
Banjar
100
2,78%
Kalimantai Timur
8
Muna
63
1,75%
Sulawesi Tenggara
9
Using
46
1,28%
Jawa Timur
10
Gayo
45
1,25%
Aceh
11
Tolaki
42
1,17%
Sulawesi Tenggara
12
Wolio
36
1,00%
Sulawesi Tenggara
13
Muyu
33
0,92%
Papua
14
Batak
32
0,89%
Sumatera Utara
15
Alas
30
0,84%
Aceh
16
Kaili
30
0,84%
Sulawesi Tengah
17
Bugis
24
0,67%
Sulawesi Selatan
18
Dayak
20
0,56%
Kalimantan Tengah
19
Sangir/Sangihe
19
0,53%
Sulawesi Utara
20
Sasak
18
0,50%
NTB
21
Lampung
17
0,47%
Lampung
22
Benuaq
16
0,45%
Kalimantan Timur
23
Makassar
15
0,42%
Sulawesi Selatan
24
Berik
14
0,39%
Papua
25
Jayawijaya
13
0,36%
Papua
26
Sumbawa
13
0,36%
NTB
27
Papua
12
0,33%
Papua
28
Putuk
12
0,33%
Kalimantan Timur
29
Dani
11
0,31%
Papua
30
Pulo/Wakatobi
11
0,31%
Sulawesi Tenggara
31
Minahasa
10
0,28%
Papua
32
Mandar
10
0,28%
Sulawesi Selatan
33
Tombulu
10
0,28%
Sulawesi Utara
34
Minahasa Tonsea
10
0,28%
Sulawesi Utara
35
Abrab
9
0,25%
Papua
36
Sentani
8
0,2%
Papua
37
Toulour
8
0,22%
Sulawesi Utara
38
Toraja
7
0,19%
Sulawesi Selatan
39
Bugis-Makassar
6
0,17%
Sulawesi Selatan
40
Bima
6
0,17%
NTB
41
Kapuas Hulu
6
0,17%
Kalimantan Barat
42
Kamoro
6
0,17%
Papua
43
Talaud
6
0,17%
Sulawesi Utara
44
Waropen
6
0,17%
Papua
45
Biak
5
0,14%
Papua
46
Ekagi
5
0,14%
Papua
47
Fakfak
5
0,14%
Papua
48
Kulawi
5
0,14%
Sulawesi Tengah
49
Massenrempulu
5
0,14%
Sulawesi Selatan
50
Sorong
5
0,14%
Papua
51
Asmat
4
0,11%
Papua
52
Wamena
4
0,11%
Papua
53
Aji
3
0,08%
Sumatera Selatan
54
Basemah
3
0,08%
Sumatera Selatan
55
Mimika
3
0,08%
Papua
56
Sekayu
3
0,08%
Sumatera Selatan
57
Pegunungan Tengah
2
0,06%
Papua
58
Awyu
1
0,03%
Papua
59
Baliem
1
0,03%
Papua
60
Bauzi
1
0,03%
Papua
61
Damal/Amungkal
1
0,03%
Papua
62
Jayapura
1
0,03%
Papua
63
Kimaam
1
0,03%
Papua
64
Kaureh
1
0,03%
Papua
65
Lengkayap
1
0,03%
Sumatera Selatan
66
Bian Marind Deg
1
0,03%
Papua
67
Ormu
1
0,03%
Papua
68
Petapa
1
0,03%
Sulawesi Tengah
69
Rampi
1
0,03%
Sulawesi Tengah
70
Wandamen
1
0,03%
Papua

Total
3592



Dari tabel di atas, bahasa Jawa menempati urutan teratas dalam kontribusinya terhadap pengembangan kosakata bahasa Indonesia, yakni sebesar 30,54 %. Berturut-turut disusul oleh bahasa Minangkabau (25,59%), Sunda (6,14%), Madura (6,09%), Bali (4,21%), Aceh (3,08%), dan Banjar (2,75%). Sementara itu, di urutan bawah umumnya ditempati oleh bahasa di sebelah timur Indonesia, terutama wilayah Papua. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa bahasa yang secara geografis terletak di wilayah barat Indonesia lebih banyak memberikan kontribusi kosakata daripada bahasa di wilayah timur meskipun dari segi jumlah bahasa, di wilayah timur lebih banyak daripada di wilayah barat.
Berdasarkan jumlah penuturnya, terdapat 13 bahasa daerah yang penuturnya di atas satu juta orang, yaitu bahasa Jawa (75.200.000), Sunda (27.000.000), Melayu (20.000.000), Madura (13.694.000), Minang (6.500.000), Batak (5.150.000), Bugis (4.000.000), Bali (3.800.000), Aceh (3.000.000), Sasak (2.100.000), Makassar (1.600.000), Lampung (1.500.000), dan Rejang (1.000.000) (Lauder dan Lauder, 2012). Besarnya jumlah penutur ternyata berkorelasi dengan jumlah kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Makin besar jumlah penuturnya, makin besar kecenderungan kosakata yang diserap. Selain itu, proses penyerapan kosakata di dalam sejarah bahasa Melayu/Indonesia sudah lama berjalan. Jadi, tidaklah mengherankan jika bahasa serumpun yang jumlah penuturnya tergolong besar menjadi penyumbang utama dalam kosakata bahasa Indonesia. Namun, hal itu tidak berlaku pada bahasa Minang karena meskipun dalam hal jumlah penutur berada di peringkat kelima, ternyata bahasa Minang merupakan penyumbang kedua terbesar di atas bahasa Sunda dan bahasa Madura yang memiliki jumlah penutur yang lebih besar. Hal itu tampaknya karena dukungan tradisi sastra Indonesia yang dahulu didominasi oleh sastrawan asal Minangkabau.
            Selain jumlah penutur, ada beberapa faktor lain yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam KBBI, yaitu
  1. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media massa,
  2. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau sastrawan dalam karangannya,
  3. kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
  4. ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu dengan berbagai dialeknya dalam KBBI tidak dianggap sebagai bahasa daerah karena bahasa Melayu mendasari bahasa Indonesia dan telah dipakai sebagai lingua franca selama berabad-abad di seluruh kawasan Indonesia. Sumbangan dialek bahasa Melayu dalam kosakata bahasa Indonesia di dalam KBBI (2008), dengan melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata, tercatat sebanyak 596 entri, seperti terlihat pada tabel di bawah ini.  
No.
Dialek
Label
Jumlah Kosakata
Persentase
1
Melayu Jakarta
Jk
454
76,17%
2
Melayu Jambi
Jb
44
7,38%
3
Melayu Palembang
Plb
28
4,70%
4
Melayu Medan
Md
26
4,36%
5
Melayu Riau
Ri
25
4,19%
6
Melayu Kalimantan
Klm
11
1,85%
7
Melayu Manado
Mnd
8
1,34%
Total
596


2.4 Daftar Kosakata Bahasa Daerah yang Diserap ke dalam Bahasa Indonesia
            Berikut ini adalah daftar kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu kata-kata atau unsur-unsur bahasa daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia sehari-hari maupun dalam kamus. Daftar berikut hanya sebagian dari keseluruhan kosakata tersebut karena untuk mencatatkan keseluruhan kosakata tersebut membutuhkan penelitian yang lebih lanjut dalam lingkungan sosial.

No
Bahasa Daerah
Kosakata
Makna
1
Bahasa Jawa
Alot
Liat
Abangan
Golongan muslim
Abdi dalem
Pegawai keraton
Adem ayem
Sejuk tenang
Ajang
*
Ajek
Teratur
Aji mumpung
*
Aleman
Senang dipuji
Alun-alun
*
Amblas
*
Ambruk
*
Ampuh
*
Anak
*
Ancang-ancang
*
Ancar-ancar
Perkiraan
Andong
Kereta kuda
Anggur
*
Angker
*
Anglo
*
Anjlok
*
Antek
*
Anteng
Tenang
Anu
*
Anyar
*
Apek
Bau
Apes
*
Apik
*
Arisan
*
Arit
Sabit; pisau
Atur
*
Babat
*
Bablas
*
Babut
*
Bahu
*
Baki
*
Bakul
*
Bareng
*
Bejat
*
Belek
*
Besan

Bindeng
Bersuara sengau
Bisa
*
Blak-blakan
*
Blangkon
*
Bodong

Bong
Profesi
Budek
*
Buduk
Penyakit 
Caplok
*
Cawe-cawe
*
Cebol
*
Celingukan
*
Cemani
Warna
Cemplung
*
Cengkal
Ukuran
Ceplas-ceplos
*
Cetok
Perkakas
Ciblon
Permainan
Ciduk
*
Cikal bakal
*
Copot
*
Corong
*
Cukup
*
Cungkup
Rumah kubur
Dasa
*
Deg-degan
*
Dempul
*
Dengkul
*
Deragem
Warna
Digdaya
Tidak terlukai
Dombolong
*
Dower
*
Doyan
*
Dulang
*
Ecer
*
Edan
*
Emoh
Tidak mau
Enteng
*
Gambling
*
Gampang
*
Ganyang
*
Gawe
Pekerjaan
Gebrak
*
Gede
*
Gelontor
Menghanyutkan
Gembok
*
Gembos
*
Gerabah
Alat-alat dapur
Getok tular
*
Gingsul
*
Gondola
*
Gonjang-ganjing
*
Gono-gini
*
Gosong
*
Guci
*
Gudik
*
Irit
*
Jagabaya
Jabatan
Jagal
*
Jajan
*
Jelalatan
*
Joget
*
Jor-joran
Mengunggul-ungguli
Kadas
*
Kagok
Susah
Kalang kabut
*
Kapalan
*
Kayu
*
Kebaya
*
Kecipratan
*
Kejawen
*
Kelilipan
*
Kerasan
*
Kiprah
*
Legowo
Ikhlas; rela
Lembur
*
Lengser
*
Lugas
*
Lugu
*
Mangap
*
Manut-manutan
Patuh
Melek
*
Membopong
*
Menabok
*
Mencopet
*
Mendelik
*
Mendeprok
*
Mendompleng
*
Mengeyel
*
Menggendong
*
Menggeblak
Jatuh terlentang
Menggitik
Memukul
Mengutil
*
Menyunggi
Menjunjung
Merem
*
Mitra
*
Ngomong
*
Ngoyo
Memaksakan diri
Nyolong
*
Pakem
*
Pamong praja
*
Pamrih
*
Panu
*
Pemirsa
*
Perlu
*
Perot
Pencong; miring
Pesek
*
Pilek
*
Pondok
*
Pramugari
*
Prihatin
*
Rampung
*
Rangga
Pangkat
Rebutan
*
Rembuk
*
Rikuh
Malu-malu
Selentik
*
Selenting
*
Sembrono
*
Semburat
*
Sumeh
Murah senyum
Sungkan
*
Sungkan
*
Sungkawa
*
Surjan
*
Swasembada
*
Tampah
*
Tatakrama
*
Tepos
*
Terjungkal
*
Tiwul
Makanan dari gaplek
Tunanetra
*
Tunarungu
*
Tunawicara
*
Tuntas
*
Tutuk
Mengetuk
Udar
*
Unduh
*
Unek-unek
*
Unggah
*
Upeti
*
Urakan
*
Wajik
*
Wanti-wanti
*
Warsa
*
2
Bahasa Betawi
Ablag
Terbuka lebar
Acak
Tidak teratur
Adat
*
Ambek
Mengambek
Amen
Mengamen
Amprok
Dijodohkan
Anggur
Menganggur
Antup
Sengat
Apa
*
Bè’ol
Buang air besar
Bekoar
Berkata sombong
Bekutet
Terpaku
Belèpotan
*
Belingsatan
Tidak tenang
Belo
Mata besar
Bèncong
*
Bengal
*
Bengep
*
Bengok
Sakit pipi
Bènjol
*
Bènyèk
Lembek
Benyènyèh
Bernanah
Berabé
*
Berèndèng
*
Bèrèt
Baret
Bero
Hernia burut
Beser
Sering buang air kecil
Beset
Terluka
Betot
Menarik paksa
Bewok
Jambang
Bikang
Nama kue
Biku-biku
Pita kecil
Binal
*
Bodong
Pusar jambu
Bokè’
*
Bokong
*
Bokor
Mangkuk
Bongsang
Keranjang kecil
Bontot
Bungsu
Bopong
Membawa
Bruntusan
Bintil-bintil kulit
Budeg
Tuli
Budug
Penyakit kulit
Butut
*
Buyar
*
Cadel
*
Caling
Taring
Calo’
Perantara
Cangcut
Kancut
Cantol
*
Caplok
*
Caplok
*
Cèbok
*
Cecer
*
Celentang
Telentang
Centèng
*
Centil
*
Cermin
*
Cèwè
*
Cingcong
*
Cipok
*
Cowok
*
Cuèk
*
Dedengkot
Gembong
Dèking
Pelindung
Demek
Lembab
Demen
*
Doang
*
Dol
Longgar
Domplang
Roboh
Dong
*
Donga’
Menengadah
Duilah
Menyatakan kaget
Dumel
*
Èntot
*
Enyot
*
Èrèt
Memikat
Gaco’an
Pacar
Kecelé
Kecewa
Kopek
*
Ngaco
*
Nyèntrik
*




3
Bahasa Mingkabau
Balayan
Penyakit
Cabul
Porno
Cangap
Rakus
Cuduh
Waktu
Ganih
Warna
Kanceh
Kerdil
Kuririk
Jangkrik
Rangkiang
Bangunan
Saka
Pangkat
Sanjai
Panganan
Sansei
Sengsara
Uni
Kerabat
4
Bahasa Sunda
Anjangsana
Berkunjung
Anjun
Profesi
Aom
Gelar
Asoi
Menyenangkan
Bagong
Fauna
Caing
Ukuran
Calung
Seni
Corob
Penyakit
Gantar
Perkakas
Majikan
Tuan
Mendingan
Lebih baik
Paledang
Profesi
Teteh
Kerabat
5
Bahasa Madura
Berang
Perkakas
Dinaju
Gelar
6
Bahasa Aceh
Raweet
Aktivitas
7
Bahasa Batak
Libas
Pukul
Molek
Cantik
8
Bahasa Bali
Bangkung
Fauna
Guli
Ukuran
Mbok
Kerabat
Melasti
Upacara agama/adat
Pancawalikrama
Upacara agama/adat
9
Bahasa Sasak
Berugak
Bangunan
10
Bahasa Muna
Dahopi
Upacara agama/adat
11
Bahasa Kaili
Sibalaya
Flora
12
Bahasa Wamena
Saik
Flora
13
Bahasa Banjar
Anang
Gelar
Tanggui
Busana
14
Bahasa Tolaki
Metai-tai
Permainan
Osara
Jabatan
15
Bahasa Toulour
Sangadi
Jabatan
16
Bahasa Lampung
Cudang
Perabot
17
Bahasa Kamoro
Pekoro
Perabot
18
Bahasa Sumbawa
Berang
Senjata
19
Bahasa Using
Lancur
Senjata
20
Bahasa Bauzi
Dao
Senjata
21
Bahasa Asmat
Ces
Senjata
22
Bahasa Sasak
Kecimal
Seni
23
Bahasa Minahasa
Ambal
Penganan
24
Bahasa Bugis Makassar
Barangko
Penganan
Rincara
Transportasi
Sope
Transportasi
25
Bahasa Pulo Wakatobi
Paksangko
Busana
26
Bahasa Mandar
Boko
Busana
27
Bahasa Waropen
Sawado
Transportasi
28
Bahasa Gayo
Cengkung
Aktivitas

Keterangan: *) Makna yang sudah lumrah dalam bahasa Indonesia.



























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Bahasa Indonesia yang kita kenal dan kita gunakan sekarang ini merupakan perkembangan dari berbagai bahasa baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Maksudnya adalah bahasa Indonesia telah mendapatkan penambahan berupa penyerapan dari bahasa asing dan bahasa daerah. Hal ini terjadi karena tuntutan perkembangan bahasa. Tidak ada satupun bahasa yang sama persis. Oleh karena itulah, maka terjadi campur baur bahasa yang mengakibatkan kontak atau gesek bahasa. Kontak tersebut mengakibatkan aktivitas serap menyerap antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Akibat positifnya adalah kita memperoleh atau dapat menggunakan beragam bahasa karena manusia memiliki kemampuan mengolah bahasa menjadi beragam dan lebih ekspresif.

3.2 Saran
            Kita sebagai masyarakat pengguna bahasa harus mengetahui dengan jelas asal muasal bahasa yang kita gunakan agar kita lebih bias menghargai bahasa tersebut. Dengan menghargai maka sudah barang tentu kita akan melestarikannya. Melestarikan bahasa merupakan tugas dari seluruh masyarakat pemakai bahasa karena bahasa merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa. Oleh karena itu, kita harus mempu menjaga kelestarian bahasa sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA


Website:






2 komentar: